Sabtu, 31 Oktober 2020
Jumat, 30 Oktober 2020
Story Telling
Kamis, 29 Oktober 2020
Belajar Sejarah
Setelah setahun lebih kami sekeluarga tidak mudik ke Magelang karena pandemi, long weekend kali ini kami menyempatkan untuk mudik. Sempat maju mundur sebenarnya karena bagaimanapun pandemi ini belum selesai. Tapi setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya kami memutuskan untuk mudik. Tentunya dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Nah, sejak beberapa waktu lalu, Nadya memiliki keinginan untuk mengunjungi Candi Borobudur. Anak gadis ini memang senang bepergian ke tempat sejarah seperti museum. Tak heran ketika kami berkunjung ke Magelanng, sering eyangnya akan mengajak ke tempat wisata seperti keraton, museum. Sebelumnya, Candi Borobudur belum pernah masuk ke dalam list yang dikunjungi karena pertimbangan, jarak antara tempat parkir ke candi cukup jauh dutambah butuh stamina untuk naik candi. Eyangnya yang sudah cukup sepuh menyerah kalau harus menemani Nadya. Jika bukan dalan kondisi pandemi, tentunya berkunjung ke Candi Borobudur akan masuk ke dalam agenda selama di Magelang. Dalam situasi begini, ada perasaan khawatir ketika harus berkunjung ke tempat wisata. Namun setelah mendapat masukan dari beberapa Saudara, terutama mempertimbangkan value added jika Nadya berkunjung kesama, akhirnya membuat rencana untuk berkunjung ke Candi Borobudur.
Rencana berkunjung ditetapkan Rabu, dnegan pertimbangan hari tersebut adalah hari pertama libur, harapannya belum banyak wisatwan yang tiba di Borobudur. Selanjutnya, berangkat pagi dari rumah sekitar pukul 07.00 karena Candi akan dibuka mulai pukul 08.00 (jarak rumah-Candi sekitar 40 menit). Infonya kalau pagi, wisatwan masih diperbolehkan naik sampai atas plus pertimbangan kami jika semakin siang khawatir akan semakin padat. Selanjutnya persiapan air minum dan cemilan. Yang paling utama adalah briefing ke anak-anak protokol selama di tempat wisata, diantaranya jika sampai candi sudah penuh, kami batal masuk candi. Kemudian memakai masker selama di candi, tidak jajan sembarangan, dan menjauhi kerumunan.
Pada hari yang ditentukan, anak-anak bangun pagi dan bersiap dengan cepat. Waktu kebernagkatan sedikit molor karena saya harus beberes dulu. Sekitar pukul 7.35 kami berangkat ke Candi, Perjalanan lancar, dan tiba di Candi skeitar pukul 8.00. Alhamdulillah susana candi belum terlalu padat sehingga kami masuk. Selama pandemi ini, Candi Borobudur menerapkan protokol kesehatan yang cukup padat, diantaranya adalah pengunjung tidak dapat naik ke Candi dan hanya diperbolehkan masuk sampai pelataran candi, itupun harus ditemani oleh tour guide. Agak kecewa sebenernya, tetapi karena ada tour guide jadi Nadya bisa mendapat sedikit penjelasan dan cerita tentang candi Borobudur. Saya bilang sedikit karena level pemahaman Nadya belum nyambung dnegan penjelasan tour guide. Walhasil, saya tetap harus menceritakan benang merah antara level pemahaman Nadya dan penjelasan tour guide supaya dapat dipahami. Kesulitannya adalah Candi Borobudur ini adalah candi Budha, yang mana selama ini Nadya tidak terlalu paham dengan tata cara ibadah agama lain. Disini saya agak kesulitan menjelaskan, tetapi niatnya adalah saya mengajarkan sejarahnya jadi saya memposisikan diri berada di level pemahamannya. Saya ingat dulu ketika saya masih kecil, mama saya juga bercerita tentang sejarah candi borobudur beserta cerita pada relief-reliefnya. Sedikit banyak ingatan cerita mama tentang Borobudur masih tertanam dalam pikiran saya, dan cerita itu pula yang saya ceritakan kepada Nadya. So far, Nadya tampak puas dengan penjelasan saya.
Untuk Umar, sepertinya memang belum paham belajar sejarah. Baginya area outdoor di Candi adalah tempat bermain yang menyenangkan. Walaupun satu dua hal, dia belajar kosa kata dan melihat hal baru seperti patung, relief, dan gamelan. Sesekali memang nampak tidak tertarik melihat objek Candi. Namun demikian, bisa bergerak leluasa di ruang terbuka cukup mengalihkan kebosanannya. Alhasil perjalanan pulang pergi Dari tempat parkir ke area candi, yang menurut saya cukup jauh, Umar cukup menikmati dan tida rewel minta gendong.
Secara umum, perjalanan ke Candi Borobudur kemarin cukup menyenangkan. Dan tujuan tercapai, Nadya sudah tidak penasaran dengan Candi Borobudur. Plus value added atas tambahan ilmu selama di Candi. Alhamdulillah..
********
Nilai : 99%
Kamis, 22 Oktober 2020
Surat untuk Umar
Kamis, 15 Oktober 2020
Penyakit 'M' - Melatih Kemandirian Anak
Sebagai anak bungsu, Umar tentu mendapat banyak perhatian dan bantuan dari orang-orang di rumah, tak terkecuali dari kakaknya. Hal ini mengakibatkan sedikit banyak Uamr terjangkit penyakit 'M' alias MALAS. Iya, malas melayani kebutuhan sendiri, bahkan untuk hal kecil. Tidak selalu sih, tapi banyak hal dia sakit M ini. Misalnya, dia mau minum. Gelas minumnya sebenenrya sudah ada di dekat dia, Umar cukup geser posisi sedikit ntuk bisa menjangkaunya, tapi dia tidak mau kerjakan. Yang ada merengek minta diambilkan. Tapi di lain waktu, Umar dengan sennag hati mau berjalan memgambil minuman sendiri ke dapur, atau bahkan mengambilkan kami minum. Kadang ketika sifat M nya kambuh, saya merasa mungkin dia cuma lagi manja. Tapi di waktu lain, saya merasa juga nih anak pandai mengambil kesempatan, dalam arti meminta orang lain melayaninya karena dia malas. Padahal ya, kalau ditanya sebenernya dia paham apa yang ahrusnya dia lakukan.
Menanggapi hal tersebut, saya antara santai dan deg-degan. Khawatir kalau sifat malasnya keterusan. santai karena faktor usia yang masih kecil. Akhirnya di treat saja, kapanpun di sedang tidak malas, dia harus belajar melayani dirinya sendiri. Minimal ketika dia sedang malas, saya konfirmasi dulu ke Umar, apakah Umar tahu yang harus dilakukannya atau tidak, dalam arti kalau dia tahu, tapi sedang malas, yasudahlah saat ini mengalah dulu, tetap dibantu. Yang penting tetap di sounding tugasnya.
Akhirnya kewajiban orang tua mengingatkan terus. Selain itu, mencontohkan juga efektif. Alhamdulillah kakak sering mencontohkan adeknya, ini yang sering jadi trigger Umar untuk mandiri. dan tentunya sangat membantu saya untuk melatih Umar mandiri.
#harike 15
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Rabu, 14 Oktober 2020
Mengenalkan Risiko - Melatih Kemandirian Anak
#harike 14
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Selasa, 13 Oktober 2020
Merapikan Mainan - Melatih Kemandirian Anak
Rencana ke depannya, latihan kemandirian ini karena mungkin ga bisa dilakukan di hari kerja, rencana akan saya latih di hari libur saja. Ga terlalu efektif mungkin ya karena kurang konsisten, tapi setidaknya sudah mulai belajar. Tak apalah butuh waktu lebih lama daripada tidak dimulai sama sekali. 😊
#harike 13
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Senin, 12 Oktober 2020
Aturan Berbicara - Melatih Kemandirian
#harike 12
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Minggu, 11 Oktober 2020
Gunting Pertama - Melatih Kemandirian
Hari ini Umar mengikuti kelas online pertamanya. Materi hari ini adalah membuat mobil pemadam kebakaran dari karton bekas susu. Bayangan saya, nanti saya bantuin gunting-gunting, Umar tinggal tempel-tmepel saja. Tapi bayangan ga sesuai dengan kenyataan karena anak piyik lebih tertarik gunting-gunting. Awalnya saya ngeri liat Umar pegang gunting, tapi ya bismillah aja, dengan pengawasan ketat saya ijinkan Umar menggunting sendiri hiasan untuk mobilnya. Hasilnya ga terlalu buruk, Umar ternyata paham bagian mana saja yang harus digunting, ya walaupun hasil guntingannya belum rapi sama sekali.
Temuan saya hari ini adalah belajar mempercayai anak. Belajar mempercayai anak ini merupakan pondasi melatih kemandirian. Yang ditekankan adalah bukan hasil akhir, tetapi bagaimana menumbuhkan percaya diri pada anak. dengan bekal percaya diri, harapannya anak akan mandiri. Tantangan dalam temuan kali ini adalah kompetensi soft skill yang dimiliki Umar memang belum sampai tahap menggunting. Tapi sebagai awalan cukup oke lah, tentunya masih harus dilatih kembali. Kedepannya, saya akan terus belajar memberikan kepercayaan kepada anak supaya kemandirian terus terlatih.
Belajar kemandirian hari ini Uamr sangat exited dapat ijin menggunting-gunting. Saya juga happy karena Umar percaya diri melaksanakan kegiatannya.
#harike 11
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Sabtu, 10 Oktober 2020
Independen dalam Bermain - Melatih Kemandirian Anak
Saya mungkin adalah tipe ibu yang terlihat 'cuek' karena membiarkan anak bebas bermain dan mmilih sendiri permainannya. Tentunya bebas dalam konteks pilihan permainan aman, tidak menggangu orang dan bermain di jam bermain. Contohnya di dekat rumah, ada jalanan turun yang belakangan ini jadi wahana anak-anak meluncur. Iya, meluncur pakai sepeda, pakai sepatu roda, atau kalau Umar pakai mobil-mobilannya. dan kebetulan karena jalan buntu, jadi tidak ada kendaraan bermotor lewat disitu. Sebagian ibu-ibu tetangga beberapa kali negur saya, untuk ga ngijinin anak-anak meluncur dari situ. Tapi sebagian tidak saya hiraukan karena menurut pengamatan saya jalan turunan tersebut sebenarnya cukup landai jadi tidak terlalu membahayakan. Ini baru satu contoh. Ada beberapa case lain, yang saya suka ditegur tetangga, misal Umar lari-lari di depan rumah. mereka langsung negur karena khawatir Umar jatuh. Sesunguhnya saya cukup memahami perhatian dan kekhawatiran mereka, tetapi saya juga ingin mendidik anak saya untuk memiliki rasa 'bebas' dan tidak terkekang, tidak boleh ini, tidak boleh itu. Barangkali saya ini termasuk salah satu produk anak yang tidak 'bebas', hasilnya saya akui saya bukan orang yang mandiri. Tidak mengulang didikan yang sama, saya berusaha 'membebaskan' anak-anak.
Rencana ke depannya, 'kebebasan' yang saya berikan ini sejalan dengan pelajaran mengenai tanggung jawab. Tentunya tanggung jawab sesuai dengan umur anak. Harapannya dengan memberikan kebebasan ini, anak-anak jadi indepen dalam bermain dan memilih permainan. Imajinasi mereka juga dapat berkembang karena tidak terkekang dengan aturan. Tujuan akhirnya adalah anak-anak akan mandiri, termasuk dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab atas apa yang mereka putuskan.
#harike 10
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Jumat, 09 Oktober 2020
Memutuskan - Melatih Kemandirian Anak
#harike 9
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Kamis, 08 Oktober 2020
Aturan - Melatih Kemandirian Anak
Sebagai bagian dari melatih kemandirian, saya menetapkan beberapa aturan untuk anak-anak. Harapannya aturan ini dikerjakan sehingga mereka tahu mereka harus melakukan apa pada waktu apa. Misalnya, bangun tidur tidak boleh langsung nonton tv, boleh main keluar setelah mandi sore, tidak boleh minum susu sebelum makan dan sebagainya. Tapi kembali lagi, aturan ini dibuat tapi juga tidak saklek dikerjakan. Masih tergantung juga pada usia anak. Aturan yang saklek untuk anak sulung, bisa jadi saya longgar untuk anak bungsu. bagaimanapun juga, usia mereka terpaut jauh, pemahaman mereka terhadap aturan juga berbeda. Yang pasti tidak ada punishment atas ketidakpatuhan terhadap aturan. Kalau reward sesekali bolehlah dikasih.
Salah satu aturan yang saya berikan untuk Umar adalah tidur siang. Untuk anak seumurnya, tidur siang ini masuk dalam kategori sangat penting dan wajib dilakukan. Karena kalau Umar ga tidur siang, jam-jam menjelang maghrib, dia sudah mulai merem. Jadi wajib hukumnya untuk tidur siang. Nah, selama wfh ini, Umar biasa tidur siang sekitar pukul 13.00, setelah saya selesai makan siang dan solat. Maunya saya sih, Umar bisa tidur sekitar jam segitu supaya setelahnya saya bisa lanjut kerja. Namanya anak, kalau masih asik main, jadinya susah sekali disuruh tidur siang. Padahal Umar juga tahu kalau selesai makan siang, boleh nonton sebentar terus tidur. Tapi praktiknya ga semudah itu. Kecuali kalau Umar sudah ngantuk. Jadi kegiatan tidur siang ini bsia dibilang separo kesadaran Umar yang tahu bahwa jamnya tidur siang, separonya sedikit paksaan. Walaupun ga saklek, tapi aturan ini perlu ditegaskan sih. seringnya sebenenrya sudah di kamar, ngobrol bentar. Sounding-sounding terus buat tidur siang, akhirnya anaknya juga tidur. 😊
Kalau hari ini aturan tidur siang masih separo 'dipaksa', yasudahlah. Barangkali anaknya sebenernya masih ingin main dengan saya. Karena walaupun di rumah, ga sepanjang hari juga saya bisa menemani main. Yang penting sih sudah ada kesadaran waktu, bahwa di jam tersebut adalah waktu tidur siang. Palingan setiap disuruh tidur siang, Umar jadi cranky, sayanya kadang panik dan emosi apalagi kalau deket jam itu sudah ada jadwal rapat 😥
#harike 8
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Rabu, 07 Oktober 2020
Melatih bukan Mewajibkan - Melatih Kemandirian Anak
Meletakkan peralatan bekas makan mungkin pekerjaan sepele ya. Tapi melatih kemandirian Umar di bagian ini, bagi saya agak lumayan tricky. Intinya sih memang ga bisa berlatih sekali dua kali saja, tetapi dilatih setiap hari sampai memebentuk kebiasaan. Dan yang paling penting adalah melatih bukan mewajibkan, ynag penting anaknya paham dulu. Untuk eksekusi pelaksanaannya, harus sejalan dengan pelaksanaan komunikasi produktif dengan Umar.
#harike 7
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Selasa, 06 Oktober 2020
Building Mood - Melatih Kemandirian Anak
Kedepannya, mungkin saya perlu memilah kegiatan-kegiatan pagi yang berpotensi menimbulkan distraksi. Tidak semua kegiatan berakibat negatif, misalnya tadi pagi, setelah diajak jalan-jalan, moodnya bagus, semuanya berjalan baik. Tapi ketika pagi-pagi sudah dimulai dengan nonton tv, biasanya jadwal tidak berjalan baik karena Umar lebih fokus nonton tv. Beberapa minggu belakangan ini sebenarnya sudah ada aturan tidak boleh menonton tv di pagi hari, tapi sejujurnya sekali dua kali kadang kecolongan juga. 😌
#harike 6
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Senin, 05 Oktober 2020
Konsisten dan Sabar - Melatih Kemandirian Anak
Konsistensi adalah salah satu kunci dalam melatih kemandirian. Selanjutnya adalah sabar. Kemandirian yang sudah dilatih secara konsisten belum menjamin keberhasilan yang konsisten. Hari ini anak berhasil mandiri, besok bisa jadi gagal mandiri. Tentu saja faktor kegagalan ini banyak, tapi sebagai orang tua, tidak boleh berkecil hati ketika anak 'gagal' mandiri sesekali. It's okey, ketika anak menajdi manja di waktu-waktu tertentu.
Pagi ini rasanya dimulai seperti biasanya. Mulai menjalani rutinitas pagi seperti biasa. Umar bangun ketika saya masih masak, minta susu seperti biasa. Yang ga biasa adalah setelah selesai minum susu, Umar minta ngemil dulu, lanjut akhirnya susah mandi pagi. Yaa mungkin karena sudah ada distraksi di rutinitasnya. Yup, memang agak sulit sebenarnya membuat rutinitas pagi yang benar-benar konsisten. distraksi bisa muncul dalam bentuk apapun. Dan sejujurnya setiap pagi bisa jadi hampir selalu ada distraksi. Mungkin ini yang menyebabkan Umar jadi sulit sadar bahwa hal yang harus dilakukan setelah minum susu adalah mandi pagi.
Barangkali ke depanya, saya harus berusahan meminimalisir distraksi supaya rutinitas pagi berjalan sesuai jadwal. Tentunya ini komunikasi ke asisten juga penting karena di pagi hari, biasanya Umar dimandikan oleh asisten. Jadinya harus kerja sama supaya ga ada distraksi dan moodnya bagus sehingga dapat menjalani rutinitas.
Kegagalan hari ini seidkit membuat sedih sih, tetapi tak masalah. Justru malah jadi menemukan 'sumber permasalahan' yang insya Alloh menjadi bahan pembelajaran hari selanjutnya.
#harike 5
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Minggu, 04 Oktober 2020
Membuang Sampah - Melatih Kemandirian Anak
Urusan membuang sampah makanan, terlihat sepele, tetapi dampaknya besar di kemudian hari. Sering ya kita melihat orang nampak biasa saja membuang sampah sembarangan atau meninggalkan sampahnya begitu saja. Saya menduga mungkin orang-orang ini tidak bisa atau dibiasakan sejak kecil untuk membuang sampah pada tempatnya. Karena saya ingin anak-anak tidak berlaku demikian, saya mengajarkan anak-anak saya untuk belajar membuang sampah pada tempatnya.
#harike 4
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Sabtu, 03 Oktober 2020
Menerima Ketidaksempurnaan - Melatih Kemandirian Anak
#harike 3
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Jumat, 02 Oktober 2020
Seperti Adek Bayi - Melatih Kemandirian Anak
#harike 2
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Kamis, 01 Oktober 2020
Rutinitas Pagi - Melatih Kemandirian Anak
Mama saya adalah seorang pekerja di ranah publik. Sedari kecil, setiap pagi saya sudah merasakan dan terlibat dalam rutinitas pagi sebelum mama berangkat ke kantor dan saya berangkat sekolah. Mama pernah cerita, dulu sebelum saya sekolah, mama sudah pastikan kami -saya dan adik, sudah mandi dan sarapan pagi sebelum mama berangkat ke kantor. Belum sepenuhnya kami melakukan smeua sendiri sih, karena setiap pagi ada mama dan pengasuh yang mandiin dan nyuapin makan. Sejujurnya memang saya bisa dibilang telat mandiri waktu itu.
Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama (hmm...ga pas sebenernya bilang kesalahan ya, karena setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, terlepas ada kekurangan atau ketidaktahuan metode pendidikan), saya belajar untuk mengajari anak-anak saya kemandirian dari usia dini. Saya sangat menyadari sebagai ibu yang bekerja di ranah publik, saya tidak bisa 24 jam hadir dalam kehidupan anak saya, implikasinya adalah saya ingin anak-anak dapat mengurus dirinya sendiri, terutama ketika saya tidak ada dan tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka.
Anak pertama saya, Nadya (6 tahun, 11 bulan), menurut saya di usianya sudah cukup mandiri. dia sudah tuntas dengan dirinya, peka terhadap lingkungan, dan memiliki empati terhadap lingkungan. Sejauh ini, saya merasa cukup 'berhasil' melatih kemandiriannya. Tentunya ke depannya masih harus dilatih dan meningkatkan skill kemandirian lain sesuai tingkatan umurnya.
Beda anak, beda treatment, beda hasilnya. Masih menjadi PR besar bagi saya untuk melatih kemandirian anak kedua saya, Umar (2 tahun 10 bulan). Jika di usia yang sama, si kakak sudah memperlihatkan kemandiriannya, si adek malah belum mandiri sama sekali. Barangkali karena saat ini jadi anak bungsu, setiap orang di rumah termasuk kakaknya ikut mengurus dan membantu hampir semua kebutuhannya. Faktor lainnya adalah masalah komunikasi. Adek ini belum dapat menerima komunikasi dengan baik. Bahasa jawanya, masih sak karepe dewe. Di zona kedua ini, saya akan melatih kemandirian Umar. dimulai dari rutinitas paginya. Karena beberapa bulan ini masih wfh-sfh, tentunya rutinitas pagi dan treatmentnya jadi agak seidkit berbeda dengan kehidupan normal. Rutinitas pagi yang akan saya latih adalah sebagai berikut:
- bangun tidur => bangun sendiri, tidak nangis
- minum susu => minta dibuatkan susu dan minum susu sendiri
- mandi pagi => mandi, tidak pakai drama
- sarapan
Hari ini, seperti biasa Umar sudah bangun tidur tanpa nangis. Cukup dipeluk saja, terus minta ke dapur, minta dibuatkan susu. Biasanya saya ga akan menawarkan susu, tapi menunggu Umar minta sendiri. Minum susu sifatnya opsional sebenernya, Umar berhak meminta atau tidak minum susu pagi hari. Rutinitas selanjutnya adalah mandi pagi. Bagian paling susah adalah diminta mandi. di jam ini, biasanya saya sudah mulai bekerja, jadi Umar sudah dipegang pengasuhnya. Membujuk Umar mandi kadang butuh extra effort bagi pengasuhnya. Pagi ini, Umar yang sudah buka baju, lari dari kamar mandi menangis ke arah saya minta dipakaikan lagi bajunya. Alih-alih menyuruhnya masuk lagi ke kamar mandi, saya tanya ke Umar, "Adek, habis ini adek mau pakai baju apa? kita pilih baju dulu yuk". Kemudian Umar memilih baju yang akan dipakainya. Selanjutnya dia dengan hati lapang mau diajak ke kamar mandi untuk mandi. Urusan mandi beres, Alhamdulillah sarapan juga kelar karena hati sudah riang.
Mengajari mandiri tanpa dimulai dengan komunikasi produktif menjadi tidak efektif. Tantangannya adalah kit aharus terbiasa dulu untuk berkomunikasi produktif agar dapat melatih kemandirian anak dengan baik. Alhamdulillah, hari ini saya merasa cukup berhasil, Umar juga jadi bersemangat dengan rutinitas paginya. Rencana besok saya masih melatih kemandirian untuk rutinitas paginya, fokus pada minum dan makan sendiri.
#harike 1
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia