Sabtu, 31 Oktober 2020

Silahturrahim

Setiap kami mudik, selalu ada agenda silahturahim ke saudara-saudara. Karena eyangnhya anak-anak ini adalah keluarga besar, otomatis ada beberapa tempat yang wajib kami kunjungi. silahturrahim seperti ini merupakan ajaran orang tua saya supaya tidak putus persaudaraan. Tradisi ini kami turunkan ke anak-anak kami supaya mereka juga mengenal keluarga besar kami.
Rencananya, Kamis kemarin kami akan berkunjung ke dua tempat yaitu bude saya dan sepupu saya. Kali ini kami tidak pergi sekeluarga saja, tetapi bersam eyangnya anak-anak plus keluarga adik saya. Tidak terlalu jauh dari rumah orang tua saya sih, tetapi namanya bawa anak-anak tentulah tetap melakukan persiapan. Ketua perjalanan adalah eyang kakung/putri, wakil ketuanya adik saya. disebutnya wakil ketua karena memang menjadi penasihat dalam perjalanan. Sie perlengkapan eyang putri, adik ipar, dan saya. sie akomodasi suami saya dan adik saya. 

Di hari H, rombongan dibagi menjadi dua mobil. saya sekeluarga minus Nadya dan rombongan keluarga adek saya plus eyang putri. Eyang kakung batal ikut karena ingin bersantai di rumah saja. Destinasi pertma rumah bude saya. Disini kami cukup lama berkunjung. Rumah bude saya ini dulunya adalah rumah eyang saya, dimana saya menghabiskan masa kecil saya di rumah ini. Jadi ke rumah bud eini rasanya seperti pulang ke rumah. Anak-anak hepi main bersama sepupu-sepupunya sampai sore. Anak-anak mandi sore di rumah bude saya selanjutnya ke rumah sepupu saya. Perjalanan kesana, Umar agak cranky karena ingin ikut mobil omnya. Tapi karena disana penuh plus kahwatir Umar tidak ada yang menjaga, saya ga ijinin Umar bareng omnya. sampai di rumah sepupu, kami langsung pesan makan karena kebetulan sepupu saya buka kedai makan. alhamdulillah anak-anak tertib bermain plus tetap menjaga protokol kesehatan. Tapi sayangnya Umar makan sedikit saja karena mungkin sudah kenyang makan sore. Pulang ke rumah, eyang putri ikut mobil kami sekalin mampir membelikan pesanan eyang kakung. Karena sudah cukup malam, sampai rumah anak-anak bersih-bersih dan selanjutnya tidur malam.

Perjalanan silahturahim adalah kewajiban di keluarga kami. Selama ini anak-anak menikmati, mereka mengenali keluarga besarnya walaupun jarang bertemu. Selain itu, kami mengajarkan bahwa silahturrahim seperti ini dapat memperluas rizqi. 



*****

nilai 90%

Jumat, 30 Oktober 2020

Story Telling

Dalam rangka memperingati Bulan Bahasa, sekolah Nadya mengadakan lomba story telling kisah nabi untuk siswa kelas 1. Mendengar hal tersebut, Nadya cukup exited. Apalagi beberapa waktu sebelumnya Nadya sempat mengikuti pelatihan story telling. Jadi kegiatan story telling ini bukan hal asing untuk Nadya. Dan Nadya dengan senang hati mengikuti lomba tersebut.
Sebagai persiapan, saya bertanya ke Nadya, cerita apa yang akan dia pilih untuk lomba tersebut. Awalnya dia masih bingung menentukan, sempat ingin bercerita tentang kisah Nabi Musa tetapi karena durasinya cukup panjang, akhirnya dipilih cerita penyerangan ka'bah oleh pasukan bergajah. Kebetulan momennya pas juga dengan Maulid Nabi. Selanjutnya, menyiapkan properti apa saja yang akan digunakan. saya cukup mancing imajinasi Nadya saja sebenernya, dan selanjutnya Nadya melanjutkan persiapannya. properti yang diginakan diantaranya adalah boneka gajah, boneka Sali (yang diumpamakan raja Abrahah), dan burung ababil serta Ka'bah yang Nadya buat sendiri menggunakan kardus. 

Setelah semua perlengkapan selesai dibuat, saya minta Nadya belajar bercerita sebelum take video. Saya bilang ke nadya take videonya mungkin akan dilakukan beberapa kali untuk kemudian dipilih yang paling bagus dan dia setuju. 

Realisasinya, take video dilakukan 3 kali dalam 3 waktu berbeda. Karena menurut saya, walaupun awalnya Nadya exited dalam mengikuti lomba, tapi jika sudah mulai under pressure, hasilnya tidak akan baik. Ini saya memposisikan diri sebagai nadya yang pastinya akan stress jika ditekan. Lagipula niat awal ikut lomba ini adalah untuk mengembangkan kesukaan Nadya dalam bercerita plus mempraktikan ilmu story telling yang telah dia dapat. Intinya sih yang penting anaknya enjoy. 

Melalui kegiatan story telling ini, kemampuan Nadya untuk berbicara makin berkembang, pedenya mulai tumbuh. Proses mengikuti lomba ini sendiri, ada perasaan roller coaster. Antara keinginan menang dan harus berusaha lebih keras, tetapi kadang bosan karena harus berlatih dan take video beberapa kali. Tapi Nadya sudah belajar bagaimana proses menuju kesempurnaan dan proses untuk meraih hasil terbaik. usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Alhamdulillah hasilnya Nadya mendapat juara 1 story telling :)

******

Nilai = 99%






Kamis, 29 Oktober 2020

Belajar Sejarah

Setelah setahun lebih kami sekeluarga tidak mudik ke Magelang karena pandemi, long weekend kali ini kami menyempatkan untuk mudik. Sempat maju mundur sebenarnya karena bagaimanapun pandemi ini belum selesai. Tapi setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya kami memutuskan untuk mudik. Tentunya dengan tetap menjaga protokol kesehatan.

Nah, sejak beberapa waktu lalu, Nadya memiliki keinginan untuk mengunjungi Candi Borobudur. Anak gadis ini memang senang bepergian ke tempat sejarah seperti museum. Tak heran ketika kami berkunjung ke Magelanng, sering eyangnya akan mengajak ke tempat wisata seperti keraton, museum. Sebelumnya, Candi Borobudur belum pernah masuk ke dalam list yang dikunjungi karena pertimbangan, jarak antara tempat parkir ke candi cukup jauh dutambah butuh stamina untuk naik candi. Eyangnya yang sudah cukup sepuh menyerah kalau harus menemani Nadya. Jika bukan dalan kondisi pandemi, tentunya berkunjung ke Candi Borobudur akan masuk ke dalam agenda selama di Magelang. Dalam situasi begini, ada perasaan khawatir ketika harus berkunjung ke tempat wisata. Namun setelah mendapat masukan dari beberapa Saudara, terutama mempertimbangkan value added jika Nadya berkunjung kesama, akhirnya membuat rencana untuk berkunjung ke Candi Borobudur.

Rencana berkunjung ditetapkan Rabu, dnegan pertimbangan hari tersebut adalah hari pertama libur, harapannya belum banyak wisatwan yang tiba di Borobudur. Selanjutnya, berangkat pagi dari rumah sekitar pukul 07.00 karena Candi akan dibuka mulai pukul 08.00 (jarak rumah-Candi sekitar 40 menit). Infonya kalau pagi, wisatwan masih diperbolehkan naik sampai atas plus pertimbangan kami jika semakin siang khawatir akan semakin padat. Selanjutnya persiapan air minum dan cemilan. Yang paling utama adalah briefing ke anak-anak protokol selama di tempat wisata, diantaranya jika sampai candi sudah penuh, kami batal masuk candi. Kemudian memakai masker selama di candi, tidak jajan sembarangan, dan menjauhi kerumunan.

Pada hari yang ditentukan, anak-anak bangun pagi dan bersiap dengan cepat. Waktu kebernagkatan sedikit molor karena saya harus beberes dulu. Sekitar pukul 7.35 kami berangkat ke Candi, Perjalanan lancar, dan tiba di Candi skeitar pukul 8.00. Alhamdulillah susana candi belum terlalu padat sehingga kami masuk. Selama pandemi ini, Candi Borobudur menerapkan protokol kesehatan yang cukup padat, diantaranya adalah pengunjung tidak dapat naik ke Candi dan hanya diperbolehkan masuk sampai pelataran candi, itupun harus ditemani oleh tour guide. Agak kecewa sebenernya, tetapi karena ada tour guide jadi Nadya bisa mendapat sedikit penjelasan dan cerita tentang candi Borobudur. Saya bilang sedikit karena level pemahaman Nadya belum nyambung dnegan penjelasan tour guide. Walhasil, saya tetap harus menceritakan benang merah antara level pemahaman Nadya dan penjelasan tour guide supaya dapat dipahami. Kesulitannya adalah Candi Borobudur ini adalah candi Budha, yang mana selama ini Nadya tidak terlalu paham dengan tata cara ibadah agama lain. Disini saya agak kesulitan menjelaskan, tetapi niatnya adalah saya mengajarkan sejarahnya jadi saya memposisikan diri berada di level pemahamannya. Saya ingat dulu ketika saya masih kecil, mama saya juga bercerita tentang sejarah candi borobudur beserta cerita pada relief-reliefnya. Sedikit banyak ingatan cerita mama tentang Borobudur masih tertanam dalam pikiran saya, dan cerita itu pula yang saya ceritakan kepada Nadya. So far, Nadya tampak puas dengan penjelasan saya.

Untuk Umar, sepertinya memang belum paham belajar sejarah. Baginya area outdoor di Candi adalah tempat bermain yang menyenangkan. Walaupun satu dua hal, dia belajar kosa kata dan melihat hal baru seperti patung, relief, dan gamelan. Sesekali memang nampak tidak tertarik melihat objek Candi. Namun demikian, bisa bergerak leluasa di ruang terbuka cukup mengalihkan kebosanannya. Alhasil perjalanan pulang pergi Dari tempat parkir ke area candi, yang menurut saya cukup jauh, Umar cukup menikmati dan tida rewel minta gendong. 

Secara umum, perjalanan ke Candi Borobudur kemarin cukup menyenangkan. Dan tujuan tercapai, Nadya sudah tidak penasaran dengan Candi Borobudur. Plus value added atas tambahan ilmu selama di Candi. Alhamdulillah.. 


********

Nilai : 99%

 



 

 #harike1



Kamis, 22 Oktober 2020

Surat untuk Umar

Ibrahim Umar Al Azzam...
Seorang anak istimewa yang kelahirannya adalah penawar setelah duka menyapa..Ibrahim Umar adalah nama yang papa berikan agar kelak engkau akan meneladani nabi Ibrahim a.s dan Umar bin Khattab.. Azzam berarti tekad, yang mana terselip doa agar engkau memiliki tekad kuat..Nama yang sama yang kami berikan kepada kakakmu - Rahimahullah..

Mendidik seorang calon pempimpin di masa yang akan datang, bagi mama tentulah bukan hal yang mudah. Kemandirian adalah salah satu pondasi yang harus dimiliki seorang pempimpin. Karena kelak Umar akan mampu menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, dapat membedakan yang haq dan yang batil, memutuskan segala sesuatu dengan bijak. Lima belas hari berlatih tentunya waktu yang singkat untuk mendidik sebuah kemandirian. Namun di waktu yang singkat itu, perasaan mama seperti roller coaster. Bukan karena goal yang tidak tercapai. Tapi mama menyadari betapa jauhnya mama dari kata sempurna untuk menjadi mama Umar. Seringkali pendidikan kemandirian justru gagal karena ketidaksabaran mama..

Umar anakku sayang,
Ke depannya, jalan menjadi pemimpin akan tidak mudah..Masih akan banyak jalan terjalnya..Mari kita berjuang bersama. Semoga Alloh senantiasa memberikan kemudahan untuk kita dalam menapakinya..semoga Alloh memberikan kekuatan untuk mendidik calon pemimpin..Aamiin.



Kamis, 15 Oktober 2020

Penyakit 'M' - Melatih Kemandirian Anak

Sebagai anak bungsu, Umar tentu mendapat banyak perhatian dan bantuan dari orang-orang di rumah, tak terkecuali dari kakaknya. Hal ini mengakibatkan sedikit banyak Uamr terjangkit penyakit 'M' alias MALAS. Iya, malas melayani kebutuhan sendiri, bahkan untuk hal kecil. Tidak selalu sih, tapi banyak hal dia sakit M ini. Misalnya, dia mau minum. Gelas minumnya sebenenrya sudah ada di dekat dia, Umar cukup geser posisi sedikit ntuk bisa menjangkaunya, tapi dia tidak mau kerjakan. Yang ada merengek minta diambilkan. Tapi di lain waktu, Umar dengan sennag hati mau berjalan memgambil minuman sendiri ke dapur, atau bahkan mengambilkan kami minum. Kadang ketika sifat M nya kambuh, saya merasa mungkin dia cuma lagi manja. Tapi di waktu lain, saya merasa juga nih anak pandai mengambil kesempatan, dalam arti meminta orang lain melayaninya karena dia malas. Padahal ya, kalau ditanya sebenernya dia paham apa yang ahrusnya dia  lakukan.

Menanggapi hal tersebut, saya antara santai dan deg-degan. Khawatir kalau sifat malasnya keterusan. santai karena faktor usia yang masih kecil. Akhirnya di treat saja, kapanpun di sedang tidak malas, dia harus belajar melayani dirinya sendiri. Minimal ketika dia sedang malas, saya konfirmasi dulu ke Umar, apakah Umar tahu yang harus dilakukannya atau tidak, dalam arti kalau dia tahu, tapi sedang malas, yasudahlah saat ini mengalah dulu, tetap dibantu. Yang penting tetap di sounding tugasnya. 

Akhirnya kewajiban orang tua mengingatkan terus. Selain itu, mencontohkan juga efektif. Alhamdulillah kakak sering mencontohkan adeknya, ini yang sering jadi trigger Umar untuk mandiri. dan tentunya sangat membantu saya untuk melatih Umar mandiri. 


#harike 15

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Rabu, 14 Oktober 2020

Mengenalkan Risiko - Melatih Kemandirian Anak

Sebagai seorang anak laki-laki pada umumnya, Umar sangat aktif bergerak. Hobinya lari-lari, manjat apapun yang bisa dipanjat, ga bisa diem intinya. Se'cuek' dan se'bebas' apapun saya dalam mendidik anak-anak, tapi faktor keselamatan bermain tetap diprioritaskan. Seperti hobi Umar manjat-manjat ini. Dalam banyak hal, saya ga ijinkan,, apalagi kalau yang dipanjat itu rak-rak di rumah. Tentu saja hal tersebut sangat berbahaya. Karenanya saya mengajarkan risiko yang terjadi jika dia melanggar larangan saya.

Risiko ini penting untuk diajarkan supaya anak belajar bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Ketika Umar melanggar larangan saya, contohnya dia manjat rak. nah sayangnya dia tidak berani turun sendiri. Momen seperti itu saya jadikan ajang untuk mengenalkan risiko. Saya awasi Umar ketika dia mulai memanjat rak, setelahnya saya biarkan dia. sambil saya katakan kalau adek naik ke rak itu berbahaya, adek jadi ga bisa turun. Umar jelas mulai panik karena tidak ada yang membantunya turun. Untuk berapa saat, saya biarkan dia merasakan kepanikan tersebut. Saya ingin Umar belajar mengenal ini risiko ketika manjat rak. Ga lama, tentu saya bantu Umar untuk turun sambil terus saya komunikasikan risiko yang terjadi. 

Tentunya latihan seperti itu tidak langsung berhasil. Ada sih, momennya sekali dia merasakan risiko yang terjadi terus dia kapok ga mau ngulangi. Ini momennya ketika dia kepleset karena lantai basah setelah dipel. Saya sudah bilang agar Umar duduk dulu sampai lantainya kering. karena tidak dihiraukan, alhasil dia kepleset. Tapi akhirnya Umar jadi paham bahwa ketika lantai basah, dia tidak boleh lari-lari. Kalau sudah di tahap ini,saya anggap anak sudah mulai dapat membedakan mana boleh dan tidak boleh. Kemandirian anak mulai terasah.😊


#harike 14

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Selasa, 13 Oktober 2020

Merapikan Mainan - Melatih Kemandirian Anak

Sejujurnya, bagi saya kegiatan melatih Umar untuk merapikan mainan sendiri ini masih PR besar. disamping anaknya juga masih males-malesan dan belum paham konsep merapikan, sepertinya saya juga masih belum siap. Belum siap menahan emosi dan kesabaran 😢. Ada beberapa pekerjaan rumah yang fully saya deligasikan ke teteh, salah satunya adalah beberes rumah. Saya beberes kadang-kadang aja dan itupun untuk bagian yang teteh ga bisa mengerjakan. Jadi urusan merapikan mainan ini termasuk dalam beberes regular yang biasanya saya sudah ga turun tangan lagi. 

Karena pola tersebut, otomatis bagian melatih Umar merapikan mainan sendiri ini agak keteteran. karena saya baru di tahap sounding saja. Pada praktiknya, sebagian besar kegiatan merapikan ini akhirnya dilakukan oleh teteh. Pernah juga sih sekali dua kali, saya minta Umar merapikan dulu mainan yang baru dimainkan, baru kemudian mengambil mainan lainnya berhasil. Tapi keberhasilan ini satu diantara sekian banyak kegagalan. Tentulah kegagalan terbesar karena saya, akhirnya karena saya juga sambi kerja di rumah, saya ga mau repot dan bikin Umar malah cranky. Hasilnya untuk kemandirian ini masih failed. Padahal sebenernya saya tahu, kalau Umar sudah mulai dilatih dari sekarang, pada saatnya nanti pas lagi ART less bakalan kebantu banyak. Tapi balik lagi, kalau sekarang sepertinya belum konsisten.

Rencana ke depannya, latihan kemandirian ini karena mungkin ga bisa dilakukan di hari kerja, rencana akan saya latih di hari libur saja. Ga terlalu efektif mungkin ya karena kurang konsisten, tapi setidaknya sudah mulai belajar. Tak apalah butuh waktu lebih lama daripada tidak dimulai sama sekali. 😊



#harike 13

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Senin, 12 Oktober 2020

Aturan Berbicara - Melatih Kemandirian

Seringkali, anak-anak meminta sesuuatu dengan merengek. Seolah rengekan itu menjadi senjata bagai anak-anak untuk meminta sesuatu. Sayangnya, saya dan suami sudah memutuskan untuk tidak mudah luluh pada rengekan. Bagi kami lebih baik mendengar rengekan saat ini daripada di kemudian hari anak-anak memudahkan diri menggunakan rengekan sebagai senjata untuk meminta sesuatu. Kami pun mengajari bahwa tidak semua yang mereka inginkan itu dapat terpenuhi. Salah satunya adalah belajar bagaimana meminta dengan baik.
Sebagai anak yang saat ini bungsu, Umar cenderung lebih kolkan. sedikit-sedikit merengek, merajuk. Alhamdulillah saya mendapat kata kunci, jadi ketika Umar meminta sesuatu dengan merengek, maka saya akan bilang, 'ayo coba bilangnya yang bagus gimana'. Kemudian dalam sekejap, Umar berganti mimik muka manis dan berbicara dengan manis menyampaikan keinginannya. 

Tantangannya adalah ketika keinginannya itu sedang tidak bisa dipenuhi. Misalnya dia minta ijin main di luar rumah. Karena hari sudah siang, kami ga mengijinkan Umar main di luar. Biasanya sih, setelah berbicara manis, dia akan merengek. Kalau sudah begini, ga mempan lagi diminta berbicara bagus. Ganti strategi dengan pengalihan kegiatan. Kalau tidak diijinkan main di luar rumah, cari alternatif permainan yang bisa dilakukan di dalam rumah dan dia setuju. Ga lama sih, moodnya bisanya sudah bagus lagi.

Rencana ke depan, kata kunci 'ayo bilangnya yang bagus'  masih akan tetap diterapkan. Sambil terus mengajari Umar bahwa tidak semua keinginannya itu dipenuhi walaupun dia sudah bicara bagus. Termasuk didalamnya mulai mengajarkan positif dan negatif permintannya yang Umar sampaikan plus kenapa permintannya itu ditolak. 

Sebagai langkah awal, cara seperti ini membuat Umar terlatih berbicara dengan baik. Makin kesini Alhamdulillah semakin mudah. Karena berbicara baiknya dimulai dnegan senyum, biasanya moodnya membaik setelah mulai senyum. Jadi gestur positif  akan memperbaiki moodnya, bonusnya saya happy dong kalau anak-anak meminta sesuatu dengan bahasa yang baik.

#harike 12

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Minggu, 11 Oktober 2020

Gunting Pertama - Melatih Kemandirian

Hari ini Umar mengikuti kelas online pertamanya. Materi hari ini adalah membuat mobil pemadam kebakaran dari karton bekas susu. Bayangan saya, nanti saya bantuin gunting-gunting, Umar tinggal tempel-tmepel saja. Tapi bayangan ga sesuai dengan kenyataan karena anak piyik lebih tertarik gunting-gunting. Awalnya saya ngeri liat Umar pegang gunting, tapi ya bismillah aja, dengan pengawasan ketat saya ijinkan Umar menggunting sendiri hiasan untuk mobilnya. Hasilnya ga terlalu buruk, Umar ternyata paham bagian mana saja yang harus digunting, ya walaupun hasil guntingannya belum rapi sama sekali.

Temuan saya hari ini adalah belajar mempercayai anak. Belajar mempercayai anak ini merupakan pondasi  melatih kemandirian. Yang ditekankan adalah bukan hasil akhir, tetapi bagaimana menumbuhkan percaya diri pada anak. dengan bekal percaya diri, harapannya anak akan mandiri. Tantangan dalam temuan kali ini adalah kompetensi soft skill yang dimiliki Umar memang belum sampai tahap menggunting. Tapi sebagai awalan cukup oke lah, tentunya masih harus dilatih kembali. Kedepannya, saya akan terus belajar memberikan kepercayaan kepada anak supaya kemandirian terus terlatih.

Belajar kemandirian hari ini Uamr sangat exited dapat ijin menggunting-gunting. Saya juga happy karena Umar percaya diri melaksanakan kegiatannya. 

#harike 11

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Sabtu, 10 Oktober 2020

Independen dalam Bermain - Melatih Kemandirian Anak

Saya mungkin adalah tipe ibu yang terlihat 'cuek' karena membiarkan anak bebas bermain dan mmilih sendiri permainannya.  Tentunya bebas dalam konteks pilihan permainan aman, tidak menggangu orang dan bermain di jam bermain. Contohnya di dekat rumah, ada jalanan turun yang belakangan ini jadi wahana anak-anak meluncur. Iya, meluncur pakai sepeda, pakai sepatu roda, atau kalau Umar pakai mobil-mobilannya. dan kebetulan karena jalan buntu, jadi tidak ada kendaraan bermotor lewat disitu. Sebagian ibu-ibu tetangga beberapa kali negur saya, untuk ga ngijinin anak-anak meluncur dari situ. Tapi sebagian tidak saya hiraukan karena menurut pengamatan saya jalan turunan tersebut sebenarnya cukup landai jadi tidak terlalu membahayakan. Ini baru satu contoh. Ada beberapa case lain, yang saya suka ditegur tetangga, misal Umar lari-lari di depan rumah. mereka langsung negur karena khawatir Umar jatuh. Sesunguhnya saya cukup memahami perhatian dan kekhawatiran mereka, tetapi saya juga ingin mendidik anak saya untuk memiliki rasa 'bebas' dan tidak terkekang, tidak boleh ini, tidak boleh itu. Barangkali saya ini termasuk salah satu produk anak yang tidak 'bebas', hasilnya saya akui saya bukan orang yang mandiri. Tidak mengulang didikan yang sama, saya berusaha 'membebaskan' anak-anak.

Rencana ke depannya, 'kebebasan' yang saya berikan ini sejalan dengan pelajaran mengenai tanggung jawab. Tentunya tanggung jawab sesuai dengan umur anak. Harapannya dengan memberikan kebebasan ini, anak-anak jadi indepen dalam bermain dan memilih permainan. Imajinasi mereka juga dapat berkembang karena tidak terkekang dengan aturan. Tujuan akhirnya adalah anak-anak akan mandiri, termasuk dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab atas apa yang mereka putuskan.


#harike 10

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Jumat, 09 Oktober 2020

Memutuskan - Melatih Kemandirian Anak

Salah satu hal yang saya ajarkan sebagai bagian dari kemandirian Umar adalah belajar memutuskan apakah dia akan menambah makan atau tidak. Selain kemandirian, saya merasa perlu mengajarkan kapan perutnya masih lapar atau sudah kenyang. Sebagaimana orang dewasa ya, porsi makan kita kadang tidak selalu sama. Ada kala kita butuh makan sedikit saja, ada kalanya butuh makan dengan porsi lebih besar. Saya ingin Umar dapat mengidentifikasi kebutuhan dirinya sendiri. 
Namun demikian, karena saya rasa Umar belum pada fase memutuskan porsinya dengan baik, jadi porsi makannya sudah ditentukan terlebih dahulu. Tentunya porsi rata-rata yang bisa dia makan. Selanjutnya, setelah porsi tersebut hampir habis, baru ditanya apakah Umar mau nambah makan atau tidak. Hasilnya, kalau lagi mood makannya bagus, dia akan minta nambah. Tapi seringnya merasa sudah kenyang. kadang-kadang dari porsi yang diberikan juga tidak habis.  

Disini saya menemukan bahwa anak pun butuh independensi dalam makan. dalam hal ini adalah menentukan porsi makan. Walaupun Umar badannya kecil, tetapi tidak lantas saya berambisi memberinya makan banyak supaya gemuk. No, karena setiap manusia itu unik, termasuk dalam kebutuhan makannya. Tipe Umar ini, walaupun makan banyak, ya badannya ya segitu saja, memang susah gemuk. Bagi saya yang penting memastikan asupannya saja. Jika dalam satu sesi akan, porsinya sedikit, saya usahakan untuk menambah asupan dalam bentuk kudapan. Jadi walaupun independen dalam memutuskan porsi makan, tetapi tetap dalam pengawasan. 

Pagi ini Umar makan cukup bagus, tidak mau nambah, tapi karena tadi porsi yang diambil sangat seidkit, saya tambah nasi seidkit dan Alhamdulillah tetap habis.  Saya tenang karena asupan pagi sudah terpenuhi, anak juga senang selama proses makan karena tidak ada paksaan dalam makan.

#harike 9

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia


Kamis, 08 Oktober 2020

Aturan - Melatih Kemandirian Anak

Sebagai bagian dari melatih kemandirian, saya menetapkan beberapa aturan untuk anak-anak. Harapannya aturan ini dikerjakan sehingga mereka tahu mereka harus melakukan apa pada waktu apa. Misalnya, bangun tidur tidak boleh langsung nonton tv, boleh main keluar setelah mandi sore, tidak boleh minum susu sebelum makan dan sebagainya. Tapi kembali lagi, aturan ini dibuat tapi juga tidak saklek dikerjakan. Masih tergantung juga pada usia anak. Aturan yang saklek untuk anak sulung, bisa jadi saya longgar untuk anak bungsu. bagaimanapun juga, usia mereka terpaut jauh, pemahaman mereka terhadap aturan juga berbeda. Yang pasti tidak ada punishment atas ketidakpatuhan terhadap aturan. Kalau reward sesekali bolehlah dikasih.

Salah satu aturan yang saya berikan untuk Umar adalah tidur siang. Untuk anak seumurnya, tidur siang ini masuk dalam kategori sangat penting dan wajib dilakukan. Karena kalau Umar ga tidur siang, jam-jam menjelang maghrib, dia sudah mulai merem. Jadi wajib hukumnya untuk tidur siang. Nah, selama wfh ini, Umar biasa tidur siang sekitar pukul 13.00, setelah saya selesai makan siang dan solat. Maunya saya sih, Umar bisa tidur sekitar jam segitu supaya setelahnya saya bisa lanjut kerja.  Namanya anak, kalau masih asik main, jadinya susah sekali disuruh tidur siang. Padahal Umar juga tahu kalau selesai makan siang, boleh nonton sebentar terus tidur. Tapi praktiknya ga semudah itu. Kecuali kalau Umar sudah ngantuk. Jadi kegiatan tidur siang ini bsia dibilang separo kesadaran Umar yang tahu bahwa jamnya tidur siang, separonya sedikit paksaan. Walaupun ga saklek, tapi aturan ini perlu ditegaskan sih. seringnya sebenenrya sudah di kamar, ngobrol bentar. Sounding-sounding terus buat tidur siang, akhirnya anaknya juga tidur. 😊

Kalau hari ini aturan tidur siang masih separo 'dipaksa', yasudahlah. Barangkali anaknya sebenernya masih ingin main dengan saya. Karena walaupun di rumah, ga sepanjang hari juga saya bisa menemani main. Yang penting sih sudah ada kesadaran waktu, bahwa di jam tersebut adalah waktu tidur siang. Palingan setiap disuruh tidur siang, Umar jadi cranky, sayanya kadang panik dan emosi apalagi kalau deket jam itu sudah ada jadwal rapat 😥


#harike 8

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia


Rabu, 07 Oktober 2020

Melatih bukan Mewajibkan - Melatih Kemandirian Anak

Salah satu kegiatan di rutinitas pagi Umar adalah minum susu. Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menceritakan bagaimana cara Umar minum susu, yap masih seperti adek bayi. Maunya gelasnya dipegangi, belum mau minum sendiri. Dan ini khusus minum susu saja, minum lainnya sih sudah mandiri minum sendiri. Untuk case minum susu ini, saya pikir masih dalam fase wajar jika Umar masih ingin manja. Namun demikian, saya melatih Umar untuk menaruh gelas susunya di tempat cuci piring. setiap selesai minu, saya selalu challenge sambil mengatakan,"susunya sudah habis, gelasnya taruh dimana ya?". dan dia bisa menjawab dengan benar walaupun cuma menunjuk. Sayangnya, belum selalu tertib untuk menaruh gelasnya di tempat cuci piring. Pagi ini sih Alhamdulillah Umar mau menaruh kembali gelasnya. Tapi sorenya tidak mau. Mood pagi dan sore memang beda. Tadi pagi secara keseluruhan, Umar memulai aktivitas pagi dengan happy, jadi mudah saja diminta menaruh gelasnya. Beda dengan sore ini yang baru bangun tidur, mood masih berantakan jadi tidak mau menaruh sendiri gelasnya.

Meletakkan peralatan bekas makan mungkin pekerjaan sepele ya. Tapi melatih kemandirian Umar di bagian ini, bagi saya agak lumayan tricky. Intinya sih memang ga bisa berlatih sekali dua kali saja, tetapi dilatih setiap hari sampai memebentuk kebiasaan. Dan yang paling penting adalah melatih bukan mewajibkan, ynag penting anaknya paham dulu. Untuk eksekusi pelaksanaannya, harus sejalan dengan pelaksanaan komunikasi produktif dengan Umar. 


#harike 7

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Selasa, 06 Oktober 2020

Building Mood - Melatih Kemandirian Anak

Setelah kemarin saya menemukan bahwa distraksi dapat merusak jadwal rutinitas pagi Umar, pagi ini saya menemukan bahwa mood juga dapat menganggu jadwalnya. Pagi ini bangun tidur Umar diajak jalan-jalan beli sarapan. Oh tentu, kegiatan jalan-jalan pagi ini ga termasuk dalam rutinitasnya. Tapi barangkali setelah diajak jalan-jalan, moodnya jadi bagus, rutinitas selanjutnya berjalan dengan lancar dan bahagia. Pulang dari beli sarapan, Umar nimum susu, lanjut mandi tanpa drama seperti hari-hari sebelumnya. setelah itu, main sebentar karena mungkin masih agak kenyang. terus lanjut deh sarapan pagi. Jadi sepagian ini berlalu dengan damai 😎

Kedepannya, mungkin saya perlu memilah kegiatan-kegiatan pagi yang berpotensi menimbulkan distraksi. Tidak semua kegiatan berakibat negatif, misalnya tadi pagi, setelah diajak jalan-jalan, moodnya bagus, semuanya berjalan baik. Tapi ketika pagi-pagi sudah dimulai dengan nonton tv, biasanya jadwal tidak berjalan baik karena Umar lebih fokus nonton tv. Beberapa minggu belakangan ini sebenarnya sudah ada aturan tidak boleh menonton tv di pagi hari, tapi sejujurnya sekali dua kali kadang kecolongan juga. 😌


#harike 6

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia


Senin, 05 Oktober 2020

Konsisten dan Sabar - Melatih Kemandirian Anak

 Konsistensi adalah salah satu kunci dalam melatih kemandirian. Selanjutnya adalah sabar. Kemandirian yang sudah dilatih secara konsisten belum menjamin keberhasilan  yang konsisten. Hari ini anak berhasil mandiri, besok bisa jadi gagal mandiri. Tentu saja faktor kegagalan ini banyak, tapi sebagai orang tua, tidak boleh berkecil hati ketika anak 'gagal' mandiri sesekali. It's okey, ketika anak menajdi manja di waktu-waktu tertentu.

Pagi ini rasanya dimulai seperti biasanya. Mulai menjalani rutinitas pagi seperti biasa. Umar bangun ketika saya masih masak, minta susu seperti biasa. Yang ga biasa adalah setelah selesai minum susu, Umar minta ngemil dulu, lanjut akhirnya susah mandi pagi. Yaa mungkin karena sudah ada distraksi di rutinitasnya. Yup, memang agak sulit sebenarnya membuat rutinitas pagi yang benar-benar konsisten. distraksi bisa muncul dalam bentuk apapun. Dan sejujurnya setiap pagi bisa jadi hampir selalu ada distraksi. Mungkin ini yang menyebabkan Umar jadi sulit sadar bahwa hal yang harus dilakukan setelah minum susu adalah mandi pagi. 

Barangkali ke depanya, saya harus berusahan meminimalisir distraksi supaya rutinitas pagi berjalan sesuai jadwal. Tentunya ini komunikasi ke asisten juga penting karena di pagi hari, biasanya Umar dimandikan oleh asisten. Jadinya harus kerja sama supaya ga ada distraksi dan moodnya bagus sehingga dapat menjalani rutinitas.

Kegagalan hari ini seidkit membuat sedih sih, tetapi tak masalah. Justru malah jadi menemukan 'sumber permasalahan' yang insya Alloh menjadi bahan pembelajaran hari selanjutnya. 


#harike 5

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Minggu, 04 Oktober 2020

Membuang Sampah - Melatih Kemandirian Anak

Urusan membuang sampah makanan, terlihat sepele, tetapi dampaknya besar di kemudian hari. Sering ya kita melihat orang nampak biasa saja membuang sampah sembarangan atau meninggalkan sampahnya begitu saja. Saya menduga mungkin orang-orang ini tidak bisa atau dibiasakan sejak kecil untuk membuang sampah pada tempatnya. Karena saya ingin anak-anak tidak berlaku demikian, saya mengajarkan anak-anak saya untuk belajar membuang sampah pada tempatnya.

Sejak Umar bisa memegang makanan sendiri, saya selalu sounding untuk membuang sampah sisa makanannya di tempat sampah. Tidak cukup sounding, saya harus mengantar Umar ke tempat sampah supaya dia mau membuang sampahnya. Tapi tidak selalu berhasil, seringnya Umar malas jalan ke tempat sampah, walaupun sudah diajak dan ditemani untuk buang sampah. Anak ini kalau ditanya sebenernya tau, kalau selesai makan sampahnya dibuang di tempat sampah. Penyakitnya memang malas. Karenanya, sayanya yang ga boleh malas mengingatkan. Plus ada kakak yang selalu mencontohkan :)

Untuk hari ini, Alhamdulillah Umar dengan mandiri membuang sampah bekas makanannya tanpa disuruh. Jadi selesai makan, dengan kesadaranya dia membuang sampah sendiri. 

Ke depannya, kebiasaan seperti ini akan terus dialtih dan diingatkan. Ketika Umar sedang 'malas', yasudah diabaikan saja. Yang penting terus disounding dan dilatih. Insya Alloh lama-lama akan menjadi kebiasaan baik. 


#harike 4

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia




Sabtu, 03 Oktober 2020

Menerima Ketidaksempurnaan - Melatih Kemandirian Anak

Salah satu menu hari ini adalah telur rebus. Menu ini adalah salah satu kesukaan Umar. Umar exited ketika diberi tahu, mama lagi merebus telur. Saking tidak sabarnya, Umar merengek mau lihat telur yang sedang direbus. Selesai merebus telur, Umar kembali tidak sabar ingin makan. Tapi karena belum dikupas, mama minta Umar sabar menunggu mama mengupas telur. Bukannya menunggu, Umar memaksa menolong mama untuk mengupas telur. Oh ya baiklaaah, saya berikan satu telur untuk Umar kupas. Keputusan saya untuk membiarkan Umar mengupas telur sendiri, sempat ditentang suami karena khawatir akan banyak telur yang terbuang kalau Umar yang kupas telur. Namun saya menenangkan suami, tidak masalah jika Umar mau mengupas sendiri telurnya. Kalau rusak sedikit, tak masalah, yang penting anaknya belajar. Anak bahagia dengan hasil kerjanya. Yang paling penting, dia akan belajar memenuhi kebutuhannya sendiri. Alhamdulillah, di usianya ini kemampuan motorik halusnya sudah mulai berkembang. Sesi mengupas telur, walaupun masih dibantu, tapi hasilnya sangat bagus. Tanpa rusak sedikitpun. Saya tunjukkan hasil tersebut ke suami dengan bangga.. 

Yap, ada kalanya orang tua tidak memiliki pandangan yang berbeda. Walaupun  visi besarnya sama, tetapi ketika dihadapi hal-hal teknis, respon kedua orang tua bisa saja berbeda. Ayah bilang tidak boleh melakukan sesuatu, tetapi ibu boleh. Atau sebaliknya. Hal seperti ini yang membuat anak menjadi tidak terlatih mandiri. Untuk kami sendiri, perbedaan-perbedaan yang bersifat teknis ini seringnya dibicarakan dulu mana baik buruknya. Tapi jika butuh keputusan cepat, yang penting salah satu dari kami akan bertanggung jawab penuh atas keputusan yang dibuat. Seperti persoalan mengupas telur tadi, karena saya bertanggung jawab atas hasil kerja Umar sepenuhnya maka suami ga akan 'recok' lagi. Semisal hasil mengupas telur tadi jelek atau berantakan, saya ga akan marah ke Umar atau complain telurnya jelek. 

Hari ini kami semua happy, Umar bersemangat menghabiskan telurnya (plus nambah telur). Alhamdulillah..


#harike 3

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia


Jumat, 02 Oktober 2020

Seperti Adek Bayi - Melatih Kemandirian Anak

Rutinitas pagi Umar hari ini dimulai merengek sedikit ketika bangun tidur. Cukup dipeluk sebentar, Alhamdulillah sudah tidak rewel. Rutinitas selanjutnya adalah minta susu. Proses pembuatan susu ini terlihat sederhana, tetapi tanpa saya sadari melatih Umar untuk independen dan memilih preferensi. dimulai dari pilihan mau minum susu atau tidak. Selanjutnya, siapa yang mau membuatkan susu. Biasanya Umar minta yang buatin saya, tidak mau dibuatkan papanya ataupun teteh. Antara memang ingin 'manja' dengan saya atau juga karena proses pembuatannya sendiri memang berbeda. Karena setiap hari melihat cara saya membuatkan susu, Umar hafal langkah-langkahnya. Mulai dari tuang sedikit air panas, air dingin, masukkan susu, tambah sedikit madu, baru diaduk. Jika salah satu langkah ada yang terlewat atau tertukar, Umar akan tahu dan protes. Di fase ini, saya menilai kemandiriannya sudah mulai tumbuh. Umar independen dalam memilih preferensinya.

Tantangannya adalah waktu minum susu. Kali ini manja maksimal. Umar ingin seperti adek bayi, minum susunya harus dipangku dan dipegangin gelasnya. Padahal saya tau pasti, Umar sudah terampil minum sendiri. Bahkan dia sudah mampu menuang air sendiri untuk minum. Khusus untuk minum susu saja, keluar manjanya. Saya merasa masih dalam tahap wajar, di fase ini anak masih ingin bermanja dengan ibunya. Manja yang masih wajar saya rasa. Walaupun sudah sering saya sounding agar dapat minum sendiri. Tapi barangkali perasaan tenang dan nyaman anak ketika berada di dekat ibunya dan diberi perhatian maksimal tidak tergantikan. Karena kemandirian bukan sesuatu yang diwajibkan, tapi perlu dilatih, untuk kasus minum susu ini, saya masih santai, Saya rasa ada nanti waktunya Umar akan mandiri minum susu sendiri. 

Untuk tantangan hari ini, saya dan Umar happy. Saya tidak terbebani dengan 'kemanjaan' nya. Umar juga merasa secure karena mendapat perhatian penuh. 


#harike 2

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia





Kamis, 01 Oktober 2020

Rutinitas Pagi - Melatih Kemandirian Anak

Mama saya adalah seorang pekerja di ranah publik. Sedari kecil, setiap pagi saya sudah merasakan dan terlibat dalam rutinitas pagi sebelum mama berangkat ke kantor dan saya berangkat sekolah. Mama pernah cerita, dulu sebelum saya sekolah, mama sudah pastikan kami -saya dan adik, sudah mandi dan sarapan pagi sebelum mama berangkat ke kantor. Belum sepenuhnya kami melakukan smeua sendiri sih, karena setiap pagi ada mama dan pengasuh yang mandiin dan nyuapin makan. Sejujurnya memang saya bisa dibilang telat mandiri waktu itu. 

Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama (hmm...ga pas sebenernya bilang kesalahan ya, karena setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, terlepas ada kekurangan atau ketidaktahuan metode pendidikan), saya belajar untuk mengajari anak-anak saya kemandirian dari usia dini. Saya sangat menyadari sebagai ibu yang bekerja di ranah publik, saya tidak bisa 24 jam hadir dalam kehidupan anak saya, implikasinya adalah saya ingin anak-anak dapat mengurus dirinya sendiri, terutama ketika saya tidak ada dan tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka.

Anak pertama saya, Nadya (6 tahun, 11 bulan), menurut saya di usianya sudah cukup mandiri. dia sudah tuntas dengan dirinya, peka terhadap lingkungan, dan memiliki empati terhadap lingkungan. Sejauh ini, saya merasa cukup 'berhasil' melatih kemandiriannya. Tentunya ke depannya masih harus dilatih dan meningkatkan skill kemandirian lain sesuai  tingkatan umurnya. 

Beda anak, beda treatment, beda hasilnya. Masih menjadi PR besar bagi saya untuk melatih kemandirian anak kedua saya, Umar (2 tahun 10 bulan). Jika di usia yang sama, si kakak sudah memperlihatkan kemandiriannya, si adek malah belum mandiri sama sekali.  Barangkali karena saat ini jadi anak bungsu, setiap orang di rumah termasuk kakaknya ikut mengurus dan membantu hampir semua kebutuhannya. Faktor lainnya adalah masalah komunikasi. Adek ini belum dapat menerima komunikasi dengan baik. Bahasa jawanya, masih sak karepe dewe. Di zona kedua ini, saya akan melatih kemandirian Umar. dimulai dari rutinitas paginya. Karena beberapa bulan ini masih wfh-sfh, tentunya rutinitas pagi dan treatmentnya jadi agak seidkit berbeda dengan kehidupan normal. Rutinitas pagi yang akan saya latih adalah sebagai berikut:

- bangun tidur  => bangun sendiri, tidak nangis

- minum susu => minta dibuatkan susu dan minum susu sendiri

- mandi pagi => mandi, tidak pakai drama

- sarapan 

Hari ini, seperti biasa Umar sudah bangun tidur tanpa nangis. Cukup dipeluk saja, terus minta ke dapur, minta dibuatkan susu. Biasanya saya ga akan menawarkan susu, tapi menunggu Umar minta sendiri. Minum susu sifatnya opsional sebenernya, Umar berhak meminta atau tidak minum susu pagi hari.  Rutinitas selanjutnya adalah mandi pagi. Bagian paling susah adalah diminta mandi. di jam ini, biasanya saya sudah mulai bekerja, jadi Umar sudah dipegang pengasuhnya. Membujuk Umar mandi kadang butuh extra effort bagi pengasuhnya. Pagi ini, Umar yang sudah buka baju, lari dari kamar mandi menangis ke arah saya minta dipakaikan lagi bajunya. Alih-alih menyuruhnya masuk lagi ke kamar mandi, saya tanya ke Umar, "Adek, habis ini adek mau pakai baju apa? kita pilih baju dulu yuk". Kemudian Umar memilih baju yang akan dipakainya. Selanjutnya dia dengan hati lapang mau diajak  ke kamar mandi untuk mandi. Urusan mandi beres, Alhamdulillah sarapan juga kelar karena hati sudah riang.

Mengajari mandiri tanpa dimulai dengan komunikasi produktif menjadi tidak efektif. Tantangannya adalah kit aharus terbiasa dulu untuk berkomunikasi produktif agar dapat melatih kemandirian anak dengan baik. Alhamdulillah, hari ini saya merasa cukup berhasil, Umar juga jadi bersemangat dengan rutinitas paginya. Rencana besok saya masih melatih kemandirian untuk rutinitas paginya, fokus pada minum dan makan sendiri.



#harike 1

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia