Alhamdulillah, tantangan 15 hari di zona pertama Bunda Sayang sudah terlewati. Awalnya, saya merasa ga yakin bisa melewatinya. Tapi yaa dikerjakan saja, toh tugas bisa dirapel ini. Walaupun akhirnya, Alhamdulillah teratur mengerjakan. Habisnya kalau dirapel malah makin rempong.
Kamis, 24 September 2020
Kamis, 17 September 2020
Bahasa Cinta - Komunikasi Produktif
Anak gadis adalah anak feeling, perasaannya mendominasi seluruh perbuatannya. Jadinya ketika berkomnikasi dengannya, harus dengan nada lembut dan dimulai dengan pelukan dulu. Biasanya setelah itu komunikasi akan lancar. Tantangannya ada di anak bujang, karena belum kliatan bahasa cintanya. Selama ini masih trial error aja. Kadang berhasil dengan cara A di satu waktu, tapi gagal di lain waktu. Masih meraba-raba, tapi yang penting tetap berusaha menggunakan kaidah berkomunikasi produktif.
Rencana selanjutnya, masih akan melanjutkan trial error mencari bahasa cinta anak bujang supaya komunikasi dengan anak menjadi produktif.
Rabu, 16 September 2020
No Lies - Komunikasi Produktif
Sering ya, anak kecil dibohongi demi perintah kita dapat dilaksanakan. Misalnya, 'ayo makan, kalau ga makan nanti ayamnya mati' atau " ayo makan, biar bisa jalan-jalan (padahal jalan-jalannya bohong)'. Saya pribadi dan suami sejatinya memiliki prinsip dalam mengasuh anak, yaitu tidak boleh membohongi atau menjanjikan sesuatu yang tidak dapat kami penuhi. Namun demikian, prinsip tersebut tidak selamanya mulus karena kami sendiri pun tidak 24 jam mengawasi anak-anak di rumah, ada support system yang membantu kami menjaga anak-anak (baca: ART dan daycare). Untuk anak pertama kami, dari satu tahun sudah masuk daycare, di luar jam itu waktu sepenuhnya bersama kami. Hasilnya Nadya dari kecil tidak pernah 'dibohongi'. Alhamdulillah kalau di daycare karena jadi satu dengan sekolah, yang jaga nadya adalah guru atau pengasuh terlatih, jadi pendekatan ke anak hampir ga pernah menggunakan kalimat berbohong. Qodarullah anak yang kecil, walaupun sepanjang hari di daycare, tapi masih bertemu dengan ART, jadi sedikit banyak diasuh oleh ART kami, agak terpapar dengan kalimat-kalimat kebohongan.
Bukan tidak pernah ditegur, tapi namanya ART senior, barangkali kalimat berbohong seperti itu sudah mendarah daging dalam hidupnya jadi agak sulit diubah. Ini menjadi tantangan sendiri ya.. Dan Alhamdulillah ART tersebut sudah resign. Paling tidak selama ini, kami sebagai orang tuanya tidak pernah membohongi anak-anak kami.
Ke depannya, kami harus menjalin komunikasi baik dengan semua supporting system, termasuk ART. Supaya hal-hal yang sepertinya remeh seperti ini tidak terulang lagi.
Bintang : ***
Selasa, 15 September 2020
KISS - Komunikasi Produktif
KISS = Keep Information Simple and Short
Sebagai anak sulung, seringkali saya merasa anak gadis adalah orang dewasa. Akibatnya, saya sering berbicara padanya dengan kalimat majemuk, misalnya "Nadya, sekrang ambil sisir, rapihin seragamnya, terus makan. Selesai makan, siapin laptopnya, absen di google classroom".. Panjang ya? bangeet.. Sebagai seorang anak 7 tahun, memberikan perintah dengan kalimat majemuk seperti itu, rasanya susah diterima sebagai satu informasi utuh. Karena bingung mencerna, akhirnya Nadya tidak melakukan apapun. Komunikasi gagal.
Senin, 14 September 2020
Trust - Komunikasi Produktif
Senin ini, anak gadis mulai ujian PTS pertamanya di kelas 1. Qodarullah hari ini saya harus ke kantor, yang berarti suami saya juga ikut ke kantor, buat antar saya :p. Dan artinya juga, di hari pertama ujian ini, anak gadis ga ditemani siapapun. Karena ujiannya daring, saya agak worry masalah teknis saja. Normalnya, anak gadis sudah bisa buka laptop sendiri, buka zoom, google classrom, google form. Insya Alloh sudah bisa mengoperasikan sendiri, tapi yang dikhawatirkan adalah jika ada kendala teknis di luar itu. Teteh pengasuh sudah pasti tidak bisa membantu banyak. Bismillah aja, insya Alloh lancar.
Dari beberapa hari sebelumnya, saya sudah sounding ke anak gadis kalau hari pertama ujiannya nanti terpaksa tidak bisa kami temani. Saya sounding untuk tetap pede walaupun ga ditemani, ga usah khawatir dengan kendala teknis karena hp insya Alloh akan selalu stand by, teliti mengerjakan soal karena biasanya suka kelewat soalnya. Sejujurnya, di satu sisi saya ada kekhawatiran meninggalkan anak gadis di ujian pertamanya, terutama terkait teknis ujiannya. Tapi di sisi lain, saya harus memberikan kepercayaan kepadanya bahwa dia mampu. Model anak gadis ini, jika diberi kepercayaan, percaya dirinya meningkat drastis, semangatnya langsung membara.
Dan Alhamdulillah ujian hari ini, dapat diselesaikan dengan baik. Muali dari zoom jam 7, lanjut 2 mata uji, semua dikerjakan dengan tertib dan baik. Tak banyak kendala. Alhamdulillah juga karena menggunakan google form, langsung kliatan scorenya. Dan anak gadis mendapat nilai maksimal untuk ujian hari ini.
Poin komunikasi hari ini adalah setelah melakukan komunikasi produktif, anak dapat menerima apa yang kita sampaikan, jangan lupakan trust kepada anak. Oh ya, keberhasilan hari ini juga hasil komunikasi baik juga dengan teteh pengasuh. Walaupun secara teknis, teteh tidak bisa mengoperasikan laptop, tapi kemarin kami briefing untuk tetap stand by hp nya, jagain anak bujang supaya tidak ganggu anak gadis. Dan tentunya sejak dia bekerja, baru kali ini teteh ditinggal di rumah bersama anak-anak, briefingnya jadi agak lebih panjang. Tapi alhamdulillah smeua dapat bekerja sama dengan baik :)
Bintang : *****
Minggu, 13 September 2020
Sibling Rivalry - Komunikasi Produktif
Sabtu, 12 September 2020
Challenge? Yes, I can - Komunikasi Produktif
Awal dari komunikasi yang baik dan produktif dengan orang lain adalah komunikasi produktif dengan diri sendiri. Karena kata-kata itu membawa energi, maka pemilihan kata dapat memberikan efek pada kinerja otak. Ketika kita selalu berpikir positif, maka kata-kat aang keluar akan positif.
Sejujurnya, saya baru menyadari hal tersebut. Pada waktu sebelumnya, seringkali saya banyak berpikir negatif, alhasil yang keluar dari perkataan saya adalah kata-kata negatif. Ujungnya, hal tersebut tidak membuat suatu persoalan terpecahkan. Efek lainnya adalah saya undersetimate terhadap kemampuan saya sendiri.
Juli lalu, saya dimutasi lintas eselon III. Jobdesc saya sekarang sangat berbeda jauh dengan jobdesc saya sebelumnya. Pekerjaan saya kali ini. saya dituntut untuk dapat mengolah data melalui aplikasi excel. Minggu-minggu pertama di tempat baru, saya yang tidak memiliki basic yang cukup baik di excel, merasa sangat kewalahan. Saya merasa ga mampu apa-apa di empat baru ini. Sempat stres sampai pengen nangis karena ada suatu kerjaan, yang tidak dapat saya selesaikan sementara sudah ditunggu karena sudah deadline. Beragam pikiran negatif menyerang otak saya. Ditambah saya masih dalam fase belum menerima sepenuhnya keputusan mutasi tersebut. Ketika di puncak stres, suami saya dengan selow menasehati saya, "udah kerjain aja, mas yakin kok kamu itu sebenernya bisa". Cuma dikomporin gitu aja, saya mulai mneyelesaikan pekerjaan saya, dan berhasil selesai. Setelah selesai, saya merenung bahwa masalah mutasi adalah bukan hal yang perlu dicemaskan. Sesuatu yang saat ini belum dikuasai, pada akhirnya dengan belajar perlahan akan dikuasasi. Poin positif dari mutasi ini, saya jadi belajar excel. Berarti tambah lagi satu skill saya. Bagian yang saya sesali adalah dari awal saya sudah berpikiran negatif sehingga berakibat pada underestimate terhadap kemampuan diri sendiri.
Belajar dari pengalaman tersebut, saya mulai membangun pikiran positif saya. Berusaha menghargai kemampuan saya, tidak merendahkan diri sendiri dengan banyak belajar dan meningkatkan kompetensi. Ngomong-ngomong tentang skill, saat ini saya sedang belajar membuat roti. Hahah,iya emang ga ada hubungan antara excel dan buat roti. Tapi bagi saya, kedua skill tersebut berguna untuk saya, excel untuk memenuhi kompetensi sebagai pegawai, bikin roti untuk memenuhi kompetensi sebagai koki di rumah. Balik ke soal roti ya, jadi saya sedang belajar membuat roti kasur. Hari ini adalah trial ketiga membuat roti kasur. Trial pertama sebenernya sudah cukup bagus tapi capek ngulenin pakai tangan. Trial kedua pakai mixer, tapi gagal karena overproofing dan roti ga matang. Trial ketiga tadi lumayan oke lah, hanya kurang rapi saja buatnya. Sejak awal belajar roti, saya memang sudah merasa banyak hal menarik dalam proses membuat roti. Ada beberapa tantangan untuk dapat membuat roti yang sempurna. Dan saat ini saya merasa ketika dihadapkan dengan challenge, saya akan dengan tegap menjawab, Yes, I can.
Bintang :*****
Jumat, 11 September 2020
Satu Teladan Lebih Baik Daripada 1000 Nasihat - Komunikasi Produktif
Ke depannya, saya harus sering-sering bercermin dan melihat ke dalam diri saya, apakah yang saya sampaikan ke anak-anak itu sudah saya kerjakan terlebih dahulu atau belum. Jangan sampai kita berbicara sesuatu yang tidak kita kerjakan.
Kamis, 10 September 2020
Mendengar - Komunikasi Produktif
Teknik terpenting dalam berkomunikasi adalah mendengar. Mendengar lawan bicara dengan penuh perhatian akan lebih baik daripada banyak bicara dan kurang terampil mendengarkan. Alhamdulillah, saya dikaruniai seorang anak gadis, yang secara fitrahnya memiliki kemampuan untuk mengeluarkan dua puluh ribu kata sehari. Sepanjang hari selalu ada bahan untuk diceritakan.
Sore ini, anak gadis dengan penuh antusias menceritakan perkembangan projectnya mengajak teman-temannya untuk membuat kegiataan penyambutan selesai corona. Project ini ide orisinal anak gadis sejak pandemi dimulai. Tapi baru kemarin dia mengumpulkan dan mengajak teman-temannya untuk bergabung. dalam dua hari ini, banyak sekali yang dia ceritakan. Jika anak gadis sudah cerita begini, saya lebih banyak mendengarkan saja. Mendengarkan dnegan sungguh-sungguh tentu, menatap matanya, berpura-pura antusias mendengar ceritanya, sambil menambahkan satu dua pertanyaan yang membuat ceritanya semakin menggebu. Hasilnya, kepercayaan diri anak gadis akan semakin meningkat, tentunya ini akan berdampak positif untuk komunikasi selanjutnya.
Bayangkan saja jika di saat anak gadis sedang bercerita dengan semangat, saya justru malas mendengarkan atau acuh. Kepercayaan dirinya akan menurun sehingga secara tidak langsung saya akan bertanggung jawab atas matinya ide-ide orisinalnya. Mendengarkan memang menjadi tantangan sendiri. Apalagi di saat lelah, sementara anak gadis sedang butuh untuk didengarkan, Padahal terkadang hal yang dia sampaikan itu tidak terllau penting, paling tidak menurut saya. Jika demikian, paling saya meminta pengertiannya untuk menunda sementara apa yang ingin dia sampaikan sampai saya merasa siap mendengarkan. Atau meminta tolong suami untuk mendengarkan anak gadis. Yang penting bagi anak gadis adalah ada yang mendengarkan perkataannya serta menanggapi dengan positif.
Ke depannya, saya harus belajar untuk mendengarkan dengan baik, memelihara kontak mata dengan baik, serta menanggapi obrolan obrolan dengan positif.
Bintang : ****
Rabu, 09 September 2020
ART Juga Manusia - Komunikasi Produktif
Selasa, 08 September 2020
Tiga Kata Sakti - Komunikasi Produktif
'Tolong', 'Terima kasih', dan 'Maaf' adalah tiga kata sakti yang saya biasakan kepada anak-anak. Tiga kata yang mudah dihapal, tapi sulit diaplikasikan bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Karena sedari dini, saya membiasakan anak-anak untuk mengucapkan tiga kata tersebut.
Aplikasinya dimulai dari hal yang sederhana. Sebagai contoh, adek minta dibuatkan susu. Saya ajarkan untuk mengucapkan tolong. Kalau dia belum mengucapkan tolong, saya challenge terus sampai bisa. Alhamdulillah sekarang ini jadi defaultnya kalau minta buatin susu, diawali kata 'tolong'. Kalaupun belum, cukup diingatkan saja, adek sudah paham dan dia akan merubah kalimatnya. Setelah saya dibuatkan susu, sebelum adek minum, adek sudah terbiasa mengucapkan 'terima kasih'. Dimulai dari hal sederhana dan rutin ini, berimplikasi ke hal lainnya. Termasuk diantaranya ketika meminta apapun akan dimulai dengan kata tolong. Dan stelah diberi apapun, akan mengucapkan terima kasih.
Untuk kata maaf, adek juga sudah paham kalau berbuat salah dia harus minta maaf. Tantangannya sih, terkadanga dek belum paham bahwa apa yang dikerjakan itu adalah hal yang salah. Pernah suatu hari, saat dia main sendiri di kamar, dia menghamburkan baju-baju di lemari. Niat hati ingin mencuci baju tersebut, baju-baju tersebut dibawa ke kamar mandi (kebetulan kamar mandi letaknya ada di dalam kamar). Setelah kepergok, bukannya takut karena berbuat salah, adek malah ketawa-ketawa seolah hal yang dia baru menemukan keasyikan baru. Baru setelah kami beri tahu kalau perbuatannya itu salah, dia minta maaf. Yaa walaupun dengan drama :)
Bintang : *****
Senin, 07 September 2020
Memberikan Pilihan Part 2 - Komunikasi Produktif
Selama WFH dan SFH ini, di rumah intens sekali dengan gadget. Hp dan laptop bertebaran karena hampir sepanjang hari digunakan. Anak bujang kegirangan, yang pengen pegang hp lah, pegang laptoplah. Sejujurnya saya ga terlalu setuju anak balita terpapar gadget. Tapi kondisi memang tidak memungkinkan untuk free gadget sepanjang hari. Karena Free gadget= ga kerja dan ga sekolah. Jalan tengahnya, biasanya sepanjang kami kerja dan kakaknya sekolah, anak bujang dipegang sama teteh, diajak main ke lantai atas atau keluar biar ga ganggu.
Namun, ada kalanya ketika anak bujang lagi ga dipegang teteh, misalnya hari ini, saat tidur siang. Biasanya saya nungguin anak bujang tidur siang dulu baru saya lanjut kerja. Pas anak bujang bangun, saya lagi kerja didekatnya. Melihat saya sedang sibuk di depan laptop, anak bujang tertarik untuk rebut laptop buat nonton Youtube. Anak bujang kenal youtube dari kakaknya, sejak wfh sfh ini, dia cukup pintar meniru kakaknya membuka youtube sendiri. Saya ga bangga sih sebenernya..fyuuh.. Kembali ke laptop, saya paham kalau saya langsung rebut laptop saya, anak bujang bisa jejeritan. Alih-alih merebut, saya memberikan kesepakatan. Saya katakan padanya, "adek boleh pakai laptop mama sampai mama selesai solat ya..Setelah mama solat, adek mandi terus main di luar". Saya katakan kesepakatan ini beberapa kali padanya. Mungkin sebenernya dia juga sepenuhnya paham apa arti kesepakatan, tapi setidaknya saya belajar berkomunikasi dengan baik.
Selesai solat, saya menyampaikan kembali kesepakatan tadi. Anak bujang tidak langsung paham, sempat agak merengek karena masih ingin main laptop. Tapi setelahnya saya gendong, saya ajak ngobrol, membicarakan kesepakatan tadi, yaitu mandi terus main di luar. Anak bujang melepas laptop dengan sukarela. Walaupun pakai tambahan syarat, minta dibuatkan susu. Tapi Alhamdulillah, ga pakai drama tantrum.
Komunikasi mengenai kesepakatan ini sebenenrya sudah cukup sering dipraktekan, tapi ga selalu berhasil. Banyak faktornya sih, kalau dari saya, seringnya ga sabar karena sudah ditunggu deadline kerjaan atau meeting. Ngobrol ke anak bujang buru-buru, yang ditangkap ada saya ngomel. Biasanya berakhir dengan tantrum. Masih harus banyak latihan sabar, dan memanage waktu supaya saya ga kemrungsung.
Bintang : ****
Minggu, 06 September 2020
Mulai Dengan Kata Sayang - Komunikasi Produktif
Sabtu, 05 September 2020
Memberikan Pilihan - Komunikasi Produktif
Jumat, 04 September 2020
Berempati, Bukan Menyalahkan - Komunikasi Produktif
Sore selepas kerja, berbincang sejenak dengan anak gadis. Berbincang hal-hal ringan saja, hingga sampai pada topik pembahasan pada kegiatan sekolahnya. Tahun ajaran baru ini, anak gadis memulai bersekolah di bangku SD. Namun, karena pandemi sejak hari pertama sekolah belum pernah bertatap muka langsung dengan guru dan teman-teman sekelasnya. Salah satu media yang digunakan untuk tatap muka adalah melalui zoom. Topik sore ini adalah malu. Yap, anak gadis saya ini isa dibilang jago kandang. Di rumah, banyak sekali bicaranya. Tapi di kelas, tak ada suaranya. Memang hal ini menjadi masalah sejak anak gadis di bangku TK, bahkan menjadi bahasan tersendiri dengan guru TK nya. Yap, di sekolah anak gadis ini cenderung tidak bersemangat, malu, terlihat tidak antusias dengan pelajaran. Padahal jika saya reviu pelajaran sekolahnya, saya rasa dia cukup menguasai kompetensi pelajaran sekolahnya.
Ke depannya, komunikasi seperti ini akan terus berlanjut. Komunikasi yang bukan menyudutkan anak, tapi memberikan empati kepada anak. Dengan demikian, anak merasa bahwa orang tuanya bisa memahami apa yang dia rasakan. Harapan akhirnya adalah kepercayaan dirinya akan semakin besar.
Bintang : *****