Kamis, 24 September 2020

Blossom Pink - Reflection

 Alhamdulillah, tantangan 15 hari di zona pertama Bunda Sayang sudah terlewati. Awalnya, saya merasa ga yakin bisa melewatinya. Tapi yaa dikerjakan saja, toh tugas bisa dirapel ini. Walaupun akhirnya, Alhamdulillah teratur mengerjakan. Habisnya kalau dirapel malah makin rempong. 

Jadi apa yang dirasakan 15 hari kemarin? Hmm..praktik ga semudah teorinya. Banyak faktor mempengaruhi keberhasilan komunikasi produktif, yang pasti faktor dari dalam diri kita sendiri (baca: emosi). Komunikasi yang dimulai dengan emosi tinggi, seringnya tidak akan berhasil. Tapi jika komunikasi dimulai dengan selow-sabar, insya Alloh, apa yang disampaikan lebih mudah diterima. Apalagi dalam tantangan ini, saya tidak membuat rencana praktik komunikasi dengan siapa. Semua yang saya tulis dalam tantangan kemarin hampir spontanitas saja. Jadi sembari berkomunikasi, sembari mengingat materi, langsung dipraktikan. Hasilnya memang ga ada topik tertentu yang terlihat progress komunikasinya. Bedanya sebelum dan setelah tantangan ini adalah, saya merasa lebih selow apalagi jika berkomunikasi dengan anak-anak. Untuk suami, saya belajar untuk memilih diksi agar suami paham maksud saya. 

Tantangan 15 hari memang sudah selesai, tapi 15 hari kemarin justru menjadi pondasi untuk berkomunikasi lebih baik ke depannya. Tantangan 15 hari menjadi refleksi apa saja yang harus dipertahankan, apa yang harus diperbaiki, apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan.  Selayaknya bunga yang akan mekar, komunikasi produktif masih harus selalu dirawat, disiram, dan dipupuk dengan teratur supaya tidak layu sebelum berkembang. Supaya bis amenjadi bunga ynag cantik - Blossom Pink ..

Kamis, 17 September 2020

Bahasa Cinta - Komunikasi Produktif

Setiap orang memiliki bahsa cinta yang berbeda-beda. Ada lima bahasa cinta, yaitu verbal, sentuhan fisik, waktu berkualitas, hadiah, dan pelayanan. Jika kita berkomunikasi dengan seseorang dengan bahasa cintanya, maka pesan kita dapat lebih mudah tersampaikan sehingga komunikasi menjadi produktif. 

Anak gadis adalah anak feeling, perasaannya mendominasi seluruh perbuatannya. Jadinya ketika berkomnikasi dengannya, harus dengan nada lembut dan dimulai dengan pelukan dulu. Biasanya setelah itu komunikasi akan lancar. Tantangannya ada di anak bujang, karena belum kliatan bahasa cintanya. Selama ini masih trial error aja. Kadang berhasil dengan cara A di satu waktu, tapi gagal di lain waktu. Masih meraba-raba, tapi yang penting tetap berusaha menggunakan kaidah berkomunikasi produktif. 

Rencana selanjutnya, masih akan melanjutkan trial error mencari bahasa cinta anak bujang supaya komunikasi dengan anak menjadi produktif.

Bintang : ***

#harike-15
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia


Rabu, 16 September 2020

No Lies - Komunikasi Produktif

Sering ya, anak kecil dibohongi demi perintah kita dapat dilaksanakan. Misalnya, 'ayo makan, kalau ga makan nanti ayamnya mati' atau " ayo makan, biar bisa jalan-jalan (padahal jalan-jalannya bohong)'. Saya pribadi dan suami sejatinya memiliki prinsip dalam mengasuh anak, yaitu tidak boleh membohongi atau menjanjikan sesuatu yang tidak dapat kami penuhi. Namun demikian, prinsip tersebut tidak selamanya mulus karena kami sendiri pun tidak 24 jam mengawasi anak-anak di rumah, ada support system yang membantu kami menjaga anak-anak (baca: ART dan daycare). Untuk anak pertama kami, dari satu tahun sudah masuk daycare, di luar jam itu waktu sepenuhnya bersama kami. Hasilnya Nadya dari kecil tidak pernah 'dibohongi'. Alhamdulillah kalau di daycare karena jadi satu dengan sekolah, yang jaga nadya adalah guru atau pengasuh terlatih, jadi pendekatan ke anak hampir ga pernah menggunakan kalimat berbohong. Qodarullah anak yang kecil, walaupun sepanjang hari di daycare, tapi masih bertemu dengan ART, jadi sedikit banyak diasuh oleh ART kami, agak terpapar dengan kalimat-kalimat kebohongan.

Bukan tidak pernah ditegur, tapi namanya ART senior, barangkali kalimat berbohong seperti itu sudah mendarah daging dalam hidupnya jadi agak sulit diubah. Ini menjadi tantangan sendiri ya.. Dan Alhamdulillah ART tersebut sudah resign. Paling tidak selama ini, kami sebagai orang tuanya tidak pernah membohongi anak-anak kami.

Ke depannya, kami harus menjalin komunikasi baik dengan semua supporting system, termasuk ART. Supaya hal-hal yang sepertinya remeh seperti ini tidak terulang lagi. 


Bintang : ***


#harike-14
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia

Selasa, 15 September 2020

KISS - Komunikasi Produktif

 KISS = Keep Information Simple and Short

Sebagai anak sulung, seringkali saya merasa anak gadis adalah orang dewasa. Akibatnya, saya sering berbicara padanya dengan kalimat majemuk, misalnya "Nadya, sekrang ambil sisir, rapihin seragamnya, terus makan. Selesai makan, siapin laptopnya, absen di google classroom".. Panjang ya? bangeet.. Sebagai seorang anak 7 tahun, memberikan perintah dengan kalimat majemuk seperti itu, rasanya susah diterima sebagai satu informasi utuh. Karena bingung mencerna, akhirnya Nadya tidak melakukan apapun. Komunikasi gagal.

Tantangannya, busy morning itu menguras emosi. Saya sering kepancing untuk ga sabar memberikan perintah. Padahal, saya paham,kalau saya memberi perintah terlalu banyak, justru tidak satupun dikerjakan karena bingung. Kadangkala Nadya juga protes sih, kalau perintah saya kebanyakan.

Rencana ke depannya, saya belajar untuk memberikan perintah satu demi satu. Selesai satu perintah, membiarkan Nadya mengerjakan satu hal itu terlebih dahulu, baru kemudian memberikan perintah lainnya. 

Bintang : *

#harike-13
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia

Senin, 14 September 2020

Trust - Komunikasi Produktif

Senin ini, anak gadis mulai ujian PTS pertamanya di kelas 1. Qodarullah hari ini saya harus ke kantor, yang berarti suami saya juga ikut ke kantor, buat antar  saya :p. Dan artinya juga, di hari pertama ujian ini, anak gadis ga ditemani siapapun. Karena ujiannya daring, saya agak worry masalah teknis saja. Normalnya, anak gadis sudah bisa buka laptop sendiri, buka zoom, google classrom, google form. Insya Alloh sudah bisa mengoperasikan sendiri, tapi yang dikhawatirkan adalah jika ada kendala teknis di luar itu. Teteh pengasuh sudah pasti tidak bisa membantu banyak. Bismillah aja, insya Alloh lancar.

Dari beberapa hari sebelumnya, saya sudah sounding ke anak gadis kalau hari pertama ujiannya nanti terpaksa tidak bisa kami temani. Saya sounding untuk tetap pede walaupun ga ditemani, ga usah khawatir dengan kendala teknis karena hp insya Alloh akan selalu stand by, teliti mengerjakan soal karena biasanya suka kelewat soalnya. Sejujurnya, di satu sisi saya ada kekhawatiran meninggalkan anak gadis di ujian pertamanya, terutama terkait teknis ujiannya. Tapi di sisi lain, saya harus memberikan kepercayaan kepadanya bahwa dia mampu.  Model anak gadis ini, jika diberi kepercayaan, percaya dirinya meningkat drastis, semangatnya langsung membara. 

Dan Alhamdulillah ujian hari ini, dapat diselesaikan dengan baik. Muali dari zoom jam 7, lanjut 2 mata uji, semua dikerjakan dengan tertib dan baik. Tak banyak kendala. Alhamdulillah juga karena menggunakan google form, langsung kliatan scorenya. Dan anak gadis mendapat nilai maksimal untuk ujian hari ini. 

Poin komunikasi hari ini adalah setelah melakukan komunikasi produktif, anak dapat menerima apa yang kita sampaikan, jangan lupakan trust kepada anak. Oh ya, keberhasilan hari ini juga hasil komunikasi baik juga dengan teteh pengasuh. Walaupun secara teknis, teteh tidak bisa mengoperasikan laptop, tapi kemarin kami briefing untuk tetap stand by hp nya, jagain anak bujang supaya tidak ganggu anak gadis. Dan tentunya sejak dia bekerja, baru kali ini teteh ditinggal di rumah bersama anak-anak, briefingnya jadi agak lebih panjang. Tapi alhamdulillah smeua dapat bekerja sama dengan baik :)


Bintang : *****


#harike-12
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia

Minggu, 13 September 2020

Sibling Rivalry - Komunikasi Produktif

Punya dua anak yang selisih umurnya agak jauh, ga berarti ga ada pertengkaran sama sekali. Sekali dua kali, dua anak ini masih berebut. Yaa, walau bagaimanapun si kaka juga masih anak-anak, yang ga bisa selalu mengalah.
Hari ini, kasusnya dua anak ini ribut karena kakak berkali-kali bilang ke adek supaya nontonnya jangan dekat-dekat. Mungkin karena kakak moodnya juga lagi ga bagus, jadinya ngomel-ngomel ke adek. Adek yang ga suka diomelin, akhirnya rewel ga keruan.  Karena adek sudah rewel, saya atasi dulu adeknya. Saya gendong adek sambil bertanya lembut dan menjaga kontak mata dengannya.

Saya; "adek kenapa nangis?"
Adek : " kakak ni" (adek marah)
Saya: " Kakak tadi cuma mau kasih tau adek, kalau nonton jangan deket-deket, nanti matanya sakit. Adek ngerti?"
Adek : "ngerti"
Saya :" Yaudah, sekarang adek maunya apa?"
Adek : " Mau minum susu"
Saya : " Ayok, bikin susu"

Setelah minum susu,adek mulai tenang. Moodnya langsung bagus dan ceria lagi. Selanjutnya, kembali nonton tv bersama kakak, tanpa drama lagi..Alhamdulillah..

Tantangannya, mood anak suka berubah-ubah drastis. Kadang dengan cara begitu aja bisa selesai, tapi kadang udah sabar kaya apa, anaknya masih  rewel aja. Ujungnya mood saya yang ikutan jelek :D. 

Rencana besok, masih akan tetap menggunakan pendekatan yang sama kalau adek rewel, tapi harus ditambah stok sabar dan lembutnya :) Oh ya, untuk kakak, biasanya cukup dipeluk sambil ngobrol santai aja, sambil dinasehati. Kalau kakak karena sudah cukup besar juga, jadi sudah paham dan ga mudah rewel.  

Bintang :*****

#harike-11
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia


Sabtu, 12 September 2020

Challenge? Yes, I can - Komunikasi Produktif

Awal dari komunikasi yang baik dan produktif dengan orang lain adalah komunikasi produktif dengan diri sendiri. Karena kata-kata itu membawa energi, maka pemilihan kata dapat memberikan efek pada kinerja otak. Ketika kita selalu berpikir positif, maka kata-kat aang keluar akan positif.

Sejujurnya, saya baru menyadari hal tersebut. Pada waktu sebelumnya, seringkali saya banyak berpikir negatif, alhasil yang keluar dari perkataan saya adalah kata-kata negatif. Ujungnya, hal tersebut tidak membuat suatu persoalan terpecahkan. Efek lainnya adalah saya undersetimate terhadap kemampuan saya sendiri. 

Juli lalu, saya dimutasi lintas eselon III. Jobdesc saya sekarang sangat berbeda jauh dengan jobdesc saya sebelumnya. Pekerjaan saya kali ini. saya dituntut untuk dapat mengolah data melalui aplikasi excel. Minggu-minggu pertama di tempat baru, saya yang tidak memiliki basic yang cukup baik di excel, merasa sangat kewalahan. Saya merasa ga mampu apa-apa di empat baru ini. Sempat stres sampai pengen nangis karena ada suatu kerjaan, yang tidak dapat saya selesaikan sementara sudah ditunggu karena sudah deadline. Beragam pikiran negatif menyerang otak saya. Ditambah saya  masih dalam fase belum menerima sepenuhnya keputusan mutasi tersebut. Ketika di puncak stres, suami saya dengan selow menasehati saya, "udah kerjain aja, mas yakin kok kamu itu sebenernya bisa". Cuma dikomporin gitu aja, saya mulai mneyelesaikan pekerjaan saya, dan berhasil selesai. Setelah selesai, saya merenung bahwa masalah mutasi adalah bukan hal yang perlu dicemaskan. Sesuatu yang saat ini belum dikuasai, pada akhirnya dengan belajar perlahan akan dikuasasi. Poin positif dari mutasi ini, saya jadi belajar excel. Berarti tambah lagi satu skill saya. Bagian yang saya sesali adalah dari awal saya sudah berpikiran negatif sehingga berakibat pada underestimate terhadap kemampuan diri sendiri. 

Belajar dari pengalaman tersebut, saya mulai membangun pikiran positif saya. Berusaha menghargai kemampuan saya,  tidak merendahkan diri sendiri dengan banyak belajar dan meningkatkan kompetensi. Ngomong-ngomong tentang skill, saat ini saya sedang belajar membuat roti. Hahah,iya emang ga ada hubungan antara excel dan buat roti. Tapi bagi saya, kedua skill tersebut berguna untuk saya, excel untuk memenuhi kompetensi sebagai pegawai, bikin roti untuk memenuhi kompetensi sebagai koki di rumah. Balik ke soal roti ya, jadi saya sedang belajar membuat roti kasur. Hari ini adalah trial ketiga membuat roti kasur. Trial pertama sebenernya sudah cukup bagus tapi capek ngulenin pakai tangan. Trial kedua pakai mixer, tapi gagal karena overproofing dan roti ga matang. Trial ketiga tadi lumayan oke lah, hanya kurang rapi saja buatnya. Sejak awal belajar roti, saya memang sudah merasa banyak hal menarik dalam proses membuat roti. Ada beberapa tantangan untuk dapat membuat roti yang sempurna. Dan saat ini saya merasa ketika dihadapkan dengan challenge, saya akan dengan tegap menjawab, Yes, I can. 


Bintang :*****


#harike-10
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia


Jumat, 11 September 2020

Satu Teladan Lebih Baik Daripada 1000 Nasihat - Komunikasi Produktif

 Tiga bulan pertama pandemi, anak-anak dikurung di dalam rumah. Iya, dikurung dalam arti sebenarnya, mereka ga boleh keluar rumah sama sekali. Area bermain mereka hanya di dalam pagar rumah. Belakangan ini, setelah aturan mulai longgar, anak-anak mulai bermain di luar pagar. Namun tentu saja ada aturan main yang harus mereka patuhi diantaranya adalah penggunaan masker saat keluar rumah. 

Bagi anak gadis, ketika saya menyampaikan pesan agar masker dipakai, relatif lebih mudah diterima dan dikerjakan. Tapi bagi anak bujang, menggunakan masker sepanjang bermain menjadi drama sendiri. Masker cuma dipakai sebentar, setelah itu dilepas. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menceritakan bahaya corona, sekaligus mencontohkan setiap keluar rumah, kami selalu pakai masker. Perlahan, anak bujang memahami seklaigus menjadikan sesuatu yang biasa ketika keluar rumah memakai masker. Selanjutnya, membriefing anak-anak untuk selalu mencuci tangan setelah bermain di luar. Hal ini juga kami contohkan pula, setiap sehabis keluar rumah kami akan cuci tangan bahkan mandi dulu sebelum menyentuh apapun. Lama kelamaan anak-anak terbiasa dan paham. 

Ada benarnya pepatah yang menyebutkan satu teladan lebih baik daripada 1000 nasihat. Ketika kita sudah memberikan contoh, anak akan lebih mudah memahami apa yang ingin kita sampaikan. Beribu kata yang kita keluarkan tanpa teladan satupun, hanya menjadi angin kosong.

Tantangan dalam komunikasi kali ini adalah, terkadang tanpa kita sadari, kita terlalu banyak bicara dan menuntut anak untuk dapat melakukan ini itu. Tapi di satu sisi, kita tidak pernah melakukan apa yang kita sampaikan. 

Ke depannya, saya harus sering-sering bercermin dan melihat ke dalam diri saya, apakah yang saya sampaikan ke anak-anak itu sudah saya kerjakan terlebih dahulu atau belum. Jangan sampai kita berbicara sesuatu yang tidak kita kerjakan.

Bintang : ****

#harike-9
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia


Kamis, 10 September 2020

Mendengar - Komunikasi Produktif

Teknik terpenting dalam berkomunikasi adalah mendengar. Mendengar lawan bicara dengan penuh perhatian akan lebih baik daripada banyak bicara dan kurang terampil mendengarkan. Alhamdulillah, saya dikaruniai seorang anak gadis, yang secara fitrahnya memiliki kemampuan untuk mengeluarkan dua puluh ribu kata sehari. Sepanjang hari selalu ada bahan untuk diceritakan. 

Sore ini, anak gadis dengan penuh antusias menceritakan perkembangan projectnya mengajak teman-temannya untuk membuat kegiataan penyambutan selesai corona. Project ini ide orisinal anak gadis sejak pandemi dimulai. Tapi baru kemarin dia mengumpulkan dan mengajak teman-temannya untuk bergabung. dalam dua hari ini, banyak sekali yang dia ceritakan. Jika anak gadis sudah cerita begini, saya lebih banyak mendengarkan saja. Mendengarkan dnegan sungguh-sungguh tentu, menatap matanya, berpura-pura antusias mendengar ceritanya, sambil menambahkan satu dua pertanyaan yang membuat ceritanya semakin menggebu. Hasilnya, kepercayaan diri anak gadis akan semakin meningkat, tentunya ini akan berdampak positif untuk komunikasi selanjutnya. 

Bayangkan saja jika di saat anak gadis sedang bercerita dengan semangat, saya justru malas mendengarkan atau acuh. Kepercayaan dirinya akan menurun sehingga secara tidak langsung saya akan bertanggung jawab atas matinya ide-ide orisinalnya. Mendengarkan memang menjadi tantangan sendiri. Apalagi di saat lelah, sementara anak gadis sedang butuh untuk didengarkan, Padahal terkadang hal yang dia sampaikan itu tidak terllau penting, paling tidak menurut saya. Jika demikian, paling saya meminta pengertiannya untuk menunda sementara apa yang ingin dia sampaikan sampai saya merasa siap mendengarkan. Atau meminta tolong suami untuk mendengarkan anak gadis. Yang penting bagi anak gadis adalah ada yang mendengarkan perkataannya serta menanggapi dengan positif. 

Ke depannya, saya harus belajar untuk mendengarkan dengan baik, memelihara kontak mata dengan baik, serta menanggapi obrolan obrolan dengan positif. 

Bintang : ****


#harike-8
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia

Rabu, 09 September 2020

ART Juga Manusia - Komunikasi Produktif

Dari sejak punya anak, ART menjadi bagian dari supporting system di keluarga kami.  Drama ART? Tentu  saja ada, tapi Ahamdulillah tidak seheboh yang lain. Selama sekitar 6 tahun ini, kami sudah beberapa kali berganti ART, tentunya dengan berbagai macam sifat dan karakternya. Dari sini kami belajar untuk memahami karakter masing-masing. Perbedaan usia, pendidikan, asal daerah bisa membuat cara kami berkomunikasi berbeda. 
Satu bulan lalu, kami mendapat ART baru. ART lama kami resign setelah 2 tahun bekerja dengan kami. ART baru ini, bisa dibilang masih anak-anak. Usia baru 15 tahun, baru saja lulus SMP, dan ini untuk pertama kalinya dia bekerja. Sengaja memang kami cari yang masih muda, harapannya agar dapat diajari dan dibentuk. Poin positifnya memang ART kami ini gampang diarahkan, tapi kembali pada latar belakang usia yang masih muda, pendidikan SMP, tanpa pengalaman kerja, tentunya dibutuhkan komunikasi yang bagus agar pesan dan keinginan kita dapat tersampaikan dengan baik. Awal sekali ART kami bekerja, kadang ada beberapa miss komunikasi. Mungkin karena instruksi saya terlalu cepat sehingga dia tidak paham. Alhasil pekerjaan jadi ga beres. Berawal dari situ, saya belajar bahwa instruksi yang cepat, tidak akan mudah dia pahami. Akhirnya ketika memberikan instruksi, saya mengupayakan untuk pelan-pelan, intonasi yang bagus, diksi yang sederhana, bahkan kalu perlu saya harus mencontohkan. Ini pun, setiap satu instruksi,s aya upayakan agar dia mengerjakan dulu dengan baik, baru saya menambahkan instruksi yang lain. Misalnya hari ini saya menginstruksikan agar lantai atas tiap Sabtu dibersihkan. Selama 2 minggu, dia sudah mengerjakan dengan baik. Saya tambahkan lagi instruksinya, setiap seminggu sekali sprei di tiap kamar dicuci. Untuk instruksi ini, dia belum mengerjakan dengan baik, terkdang masih kelewatan, kalau belum disuruh belum dicuci. JAdinya saya berhenti dulu di instruksi sebelum memberi instruksi lainnya. Selama satu bulan ini, ART kami bekerja, alhasil masih sebagain pekerjaan yang saya pegang. Dan ini tentunya sangat jauh berbeda dengan apa yang dikerjakan ART kami sebelumnya. Yaa ini konsekuensi ketika mempekerjakan ART yang masih muda. 

Masalah komunikasi dengan ART ini sebenernya bukan hanya dialami ketika bertemu dengan ART yang masih muda, tapi mungkin dengan semua ART.  Bagaimanapun juga ART adalah orang luar yang bekerja di rumah kita, tentunya standar ART tersebut sering berbeda dengan standar yang kita inginkan. Yang sering terjadi adalah kita ngedumel akalau ART tidak melakukan hal-hal seperti yang standar kita, tapi kesalahannya adalah kita tidak mengomunikasikan standar kita kepada ART tersebut dengan baik.  Kadang juga sudah dikomunikasikan, tetapi barangkali ART tidak paham. Bagaimanapun juga, ART juga manusia, bukan robot yang bisa disetting. Komunikasi dengan baik tentunya akan sama-sama mempermudah urusan masing-masing. Sebagai pemeberi kerja, kita akan puas dengan pekerjaan ART. Sebagai ART, dia juga paham apa dan bagaimana yang seharusnya dia kerjakan. Tentunya dengan komunikasi yang baik, ART akan merasa dimanusiakan, karena ART adalah juga manusia. 

Bintang : ****

#harike-7
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia

Selasa, 08 September 2020

Tiga Kata Sakti - Komunikasi Produktif

'Tolong', 'Terima kasih', dan 'Maaf' adalah tiga kata sakti yang saya biasakan kepada anak-anak. Tiga kata yang mudah dihapal, tapi sulit diaplikasikan bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Karena sedari dini, saya membiasakan anak-anak untuk mengucapkan tiga kata tersebut.

Aplikasinya dimulai dari hal yang sederhana. Sebagai contoh, adek minta dibuatkan susu. Saya ajarkan untuk mengucapkan tolong. Kalau dia belum mengucapkan tolong, saya challenge terus sampai bisa. Alhamdulillah sekarang ini jadi defaultnya kalau minta buatin susu, diawali kata 'tolong'. Kalaupun belum, cukup diingatkan saja, adek sudah paham dan dia akan merubah kalimatnya. Setelah saya dibuatkan susu, sebelum adek minum, adek sudah terbiasa mengucapkan 'terima kasih'. Dimulai dari hal sederhana dan rutin ini, berimplikasi ke hal lainnya. Termasuk diantaranya ketika meminta apapun akan dimulai dengan kata tolong. Dan stelah diberi apapun, akan mengucapkan terima kasih.

Untuk kata maaf, adek juga sudah paham kalau berbuat salah dia harus minta maaf. Tantangannya sih, terkadanga dek belum paham bahwa apa yang dikerjakan itu adalah hal yang salah. Pernah suatu hari, saat dia main sendiri di kamar, dia menghamburkan baju-baju di lemari. Niat hati ingin mencuci baju tersebut, baju-baju tersebut dibawa ke kamar mandi (kebetulan kamar mandi letaknya ada di dalam kamar). Setelah kepergok, bukannya takut karena berbuat salah, adek malah ketawa-ketawa seolah hal yang dia baru menemukan keasyikan baru. Baru setelah kami beri tahu kalau perbuatannya itu salah, dia minta maaf. Yaa walaupun dengan drama :)

Bintang : *****


#harike-6
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia



Senin, 07 September 2020

Memberikan Pilihan Part 2 - Komunikasi Produktif

 Selama WFH dan SFH ini, di rumah intens sekali dengan gadget. Hp dan laptop bertebaran karena hampir sepanjang hari digunakan. Anak bujang kegirangan, yang pengen pegang hp lah, pegang laptoplah. Sejujurnya saya ga terlalu setuju anak balita terpapar gadget. Tapi kondisi memang tidak memungkinkan untuk free gadget sepanjang hari. Karena Free gadget= ga kerja dan ga sekolah. Jalan tengahnya, biasanya sepanjang kami kerja dan kakaknya sekolah, anak bujang dipegang sama teteh, diajak main ke lantai atas atau keluar biar ga ganggu. 

Namun, ada kalanya ketika anak bujang lagi ga dipegang teteh, misalnya hari ini, saat tidur siang. Biasanya saya nungguin anak bujang tidur siang dulu baru saya lanjut kerja. Pas anak bujang bangun, saya lagi kerja didekatnya. Melihat saya sedang sibuk di depan laptop, anak bujang tertarik untuk rebut laptop buat nonton Youtube. Anak bujang kenal youtube dari kakaknya, sejak wfh sfh ini, dia cukup pintar meniru kakaknya membuka youtube sendiri. Saya ga bangga sih sebenernya..fyuuh.. Kembali ke laptop, saya paham kalau saya langsung rebut laptop saya, anak bujang bisa jejeritan. Alih-alih merebut, saya memberikan kesepakatan. Saya katakan padanya, "adek boleh pakai laptop mama sampai mama selesai solat ya..Setelah mama solat, adek mandi terus main di luar". Saya katakan kesepakatan ini beberapa kali padanya. Mungkin sebenernya dia juga sepenuhnya paham apa arti kesepakatan, tapi setidaknya saya belajar berkomunikasi dengan baik. 

Selesai solat, saya menyampaikan kembali kesepakatan tadi. Anak bujang tidak langsung paham, sempat agak merengek karena masih ingin main laptop. Tapi setelahnya saya gendong, saya ajak ngobrol, membicarakan kesepakatan tadi, yaitu mandi terus main di luar. Anak bujang melepas laptop dengan sukarela. Walaupun pakai tambahan syarat, minta dibuatkan susu. Tapi Alhamdulillah, ga pakai drama tantrum. 

Komunikasi mengenai kesepakatan ini sebenenrya sudah cukup sering dipraktekan, tapi ga selalu berhasil. Banyak faktornya sih, kalau dari saya, seringnya ga sabar karena sudah ditunggu deadline kerjaan atau meeting. Ngobrol ke anak bujang buru-buru, yang ditangkap ada saya ngomel. Biasanya berakhir dengan tantrum. Masih harus banyak latihan sabar, dan memanage waktu supaya saya ga kemrungsung.


Bintang : ****


#harike-5
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia

Minggu, 06 September 2020

Mulai Dengan Kata Sayang - Komunikasi Produktif

 Nadya adalah anak yang dominan menggunakan perasaannya. Ini yang membuat moodnya bisa naik turum secara drastis. Komunikasi yang baik ke Nadya. biasanya dimulai dengan membangun moodnya terlebih dahulu. Kalau moodnya lagi ga bagus, inputan apapun kurang efektif untuk bisa dicerna. sebaliknya kalau moodnya bagus, segala inputan akan mudah dia terima. 

Salah satu cara membangun moodnya, biasanya saya mulai membuka obrolan dengan panggilan, Nadya sayang. Panggilan tersebut, awal membangun mood baiknya. Dia akan merasa happy karena merasa dicintai. Selanjutnya, peluk dan tatap matanya, baru lanjutkan dengan mengobrol santai. Dengan cara seperti ini, biasanya inti yang ingin saya komunikasikan ke Nadya dapat lebih mudah diterima dan dicerna oleh Nadya. 

Tantangannya sih kalau saya lagi bertanduk, biasanya susah neluarin kata sayang. Ke depannya, memang harus belajar lagi menata emosi, terutama  sebelum berkomunikasi dengan anak supaya apa yang keluar adalah hal yang positif. Jika susah mengeluarkan kata sayang, paksakan saja. Karena dengan memulai komunikasi menggunakan kata positif, akan lebih mudah mengelurkan kata positif selanjutnya. 

Bintang: ****


#harike-4
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia

Sabtu, 05 September 2020

Memberikan Pilihan - Komunikasi Produktif

Pernah dengar istilah terrible two..? Kalau saya, mungkin ga hanya dengar, tapi sedang menikmati masa terrible two. Anak bujang umurnya 2+. Di usianya ini, anak bujang dalam fase mau menang sendiri, semua yang diinginkan harus dituruti. Kalau ga dituruti, nangis menjadi senjata utama. Dalam fase ini, sejujurnya saya merasa sulit mengaturnya. Kemampuan verbalnya belum cukup bagus (hmm..paling tidak, kalau saya bandingkan dengan kakaknya di usia yang sama, kemampuan verbal Nadya jauh lebih baik) sehingga agak sulit menyampaikan maksud saya dengan baik. Sering, saya sudah bicara panjang lebar, anak bujang ga paham maksudnya. Saat itu, saya merasa komunikasi saya tidak produktif. 

Sebagai contoh pagi ini, perihal nyuruh anak bujang mandi saja, butuh effort lumayan besar. Bahasa perintah ngomel panjang lebar tentu ga akan efektif dan didengar. Saya ganti bahasa perintah dengan kalimat memilih. Misalnya, saya bilang, "adek mau main di luar ga, kalau adek mau main di luar, sekarang adek mandi dulu ya. Atau adek ga Mandi, tapi adek ga bisa main di luar. " 

Efektif? Hmm...sepertinya belum..Karena kembali kepada kemampuan verbal adek belum cukup baik. Tapi setidaknya dengan bahasa demikian, anak bujang tidak merasa selalu diperintah. Tipikal anak bujang ini, semakin diperintah akan semakin membandel. Ke depannya, kalimat memilih ini akan terus dilatih, terutama untuk melatih diksi, intonasi, dan eye contact.Walaupun Dalam jangka pendek hasilnya belum sesuai dengan ekspektasi, tapi untuk jangka panjang insya Alloh komunikasi produktif ini akan memberikan dampak positif. 


Bintang : **** 

#harike-3 
#tantangan15hari 
 #zona1komprod 
#pantaibentangpetualang 
#institutibuprofesional 
 #petualangbahagia

Jumat, 04 September 2020

Berempati, Bukan Menyalahkan - Komunikasi Produktif

Sore selepas kerja, berbincang sejenak dengan anak gadis. Berbincang hal-hal ringan saja, hingga sampai pada topik pembahasan pada kegiatan sekolahnya. Tahun ajaran baru ini, anak gadis memulai bersekolah di bangku SD. Namun, karena pandemi sejak hari pertama sekolah belum pernah bertatap muka langsung dengan guru dan teman-teman sekelasnya. Salah satu media yang digunakan untuk tatap muka adalah melalui zoom. Topik sore ini adalah malu. Yap, anak gadis saya ini isa dibilang jago kandang. Di rumah, banyak sekali bicaranya. Tapi di kelas, tak ada suaranya. Memang hal ini menjadi masalah sejak anak gadis di bangku TK, bahkan menjadi bahasan tersendiri dengan guru TK nya. Yap, di sekolah anak gadis ini cenderung tidak bersemangat, malu, terlihat tidak antusias dengan pelajaran. Padahal jika saya reviu pelajaran sekolahnya, saya rasa dia cukup menguasai kompetensi pelajaran sekolahnya. 

Sore ini, kembali saya tanyakan kepadanya, bukan maksud men-judge atau memojokkan, tetapi lebih ke arah memotivasi dan mencari penyebab kenapa malu. Mengganti pertanyaan, "gitu aja kok malu sih", dengan " kenapa sih kakak malu di kelas, padahal kalau gurunya tanya, kakak tau lo, jawabannya". Bahasa obrolan ringan seperti ini, tidak membuat anak gadis disalahkan, tapi menjadi lebih terbuka. Selanjutnya, obrolan berlanjut, kalau anak gadis bercerita kalau sekrang dia sudah tidak malu. Dia senang di sekolah , bla bla bla....Yaa, walaupun komunikasi seperti ini sudah cukup sering saya lakukan dengan anak gadis, tapi tidak serta merta membuat percaya dirinya langsung bertambah. Namun demikian, dengan bekal kepercayaan dari kami sebagai orang tuanya, saya merasa percaya dirinya mulai tumbuh. 

Ke depannya, komunikasi seperti ini akan terus berlanjut. Komunikasi yang bukan menyudutkan anak, tapi memberikan empati kepada anak. Dengan demikian, anak merasa bahwa orang tuanya bisa memahami apa yang dia rasakan. Harapan akhirnya adalah kepercayaan dirinya akan semakin besar. 

Bintang : *****

#harike-2
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia

Kamis, 03 September 2020

Suami Bukan Cenayang - Komunikasi Produktif

Sebagaimana istilah belahan jiwa, seringkali saya merasa saya dan suami adalah satu kesatuan. Dalam konteks tertentu, memang benar pasangan adalah satu kesatuan. Tapi dalam konteks berkomunikasi, suami dan istri adalah dua orang berbeda yang memiliki pemikiran berbeda. Hal seperti ini yang terkadang tidak saya sadari. Saya  merasa bahwa saya dan suami memiliki satu frekuensi sehingga dalam menyampaikan maksud tertentu, seringkali saya tidak menggunakan bahasa yang tepat. Berharap suami dapat memahami maksud saya. dan dalam banyak hal, ketidakmampuan saya untuk menyampaikan sesuatu menimbulkan penafsiran yang berbeda.
Di hari pertama saya memainkan game di kelas Bunda Sayang, saya gagal. Pagi tadi saya mengobrol ringan dengan suami, perihal meteran listrik yang sudah berbunyi. Karena kegagalan saya, mencari diksi yang tepat, menimbulkan salah tafsir bagi suami. Maksud hati, ingin menanyakan nomor token untuk dimasukkan ke meteran listrik, tetiba saya lupa diksi "token", mneyebabkan saya menggantinya dengan bahasa lain yang tidak jelas. Dan ini berakibat salah tafsir. 

Ya, di materi komunikasi produktif ini, kami belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik kepada pasangan. Menyampaikan maksud dengan jelas, tanpa kode, dan dengan kontak mata yang baik. Sejujurnya hari ini, saya gagal.

Insya Alloh kegagalan hari ini, akan menjadi pembelajaran untuk esok hari. Kontak mata, intonasi, bahasa yang jelas.. Tiga hal pertama yang akan rencana akan saya lakukan besok. 


Bintang : *

#harike-1
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia