Rabu, 31 Desember 2014

Journey of Breastfeeding

Sebenernya kalo blogwalking pasti udah banyak sekali emak-emak yang nulis perjalanan menyusuinya. Ada yang perjalanannya luar biasa hebat sampai nangis darah, ada yang kalem-kalem aja, ada yang putus asa di tengah jalan. Saya di bagian yang kalem-kalem saja. Jadi jika selanjutnya tulisan saya membosankan, silahkan tutup halaman blog saya, dan lanjutkan blogwalking.  Habisnya saya merasa ga afdol sih kalo saya sampai ga nulis sama sekali perjalanan menyusui saya. :D

Tepat 31 Oktober lalu, Nadya lulus S2 ASI. Alhamdulillah. Selanjutnya di atas setahun udah boleh dong ya,icip-icip susu UHT..Saya ijinin kok, tapi syarat dan ketentuan berlaku. Saya kasih susu UHT sebagai bahan campuran di makanannya saja, bukan untuk diminum langsung. soalnya saya takut aja kalo udah kenal susu UHT, Nadya bakal lebih doyan dengan UHT nya dibanding ASIP. Alhamdulillah, 2 bulan setelah lulus S2, tidak ada masalah berarti mengenai asupan ASIP nya. dengan kata lain, biar makannya udah mulai beragam (udah tambah gulgar sedikit), tapi dalam sehari rata-rata Nadya masih bisa minum 300 ml kurang sedikit (sedikit sih..tapi ya dari jaman bayi dulu, dia minum ASIP nya maksimal 600 ml aja sih  selama saya kerja). Yang penting berat badannya tiap bulan naik kan ya, yang penting di KMS masih di garis ijo kan ya..Makanya saya ga terlalu pusing kenapa ni anak minumnya sedikit atau makannya sedikit, ya mungkin memang hanya segitu yang menjadi kebutuhannya. 

Tentang Media Pemberian ASIP
Menjelang satu tahun, Nadya sudah tidak pakai dot. Alhamdulillah :D. Ceritanya, dot terakhir yang dia punya udah bolong digigitin, dan sengaja saya ga beliin dot yang baru. Secara saya sudah siapin training spout dan sedotan. Dari 6 bulan, sudah beli Pigeon Mag-mag, harapannya Nadya sudah mulai belajar lepas dot. Tapi ya begitulaah, sudah pernah saya ceritakan disini, kenapa Nadya masih pakai dot. Terus apa efeknya setelah lepas dot..? Rasanya emang beda, kenyotannya makin kuat :D. Ini penting loh, utnuk menjaga produksi ASI. Konon, semakin besar usia bayi, maka produksi ASI akan semakin menurun. Realitanya, itu memang terjadi pada saya. Hmm..tapi bisa jadi sih, produksi saya menurun karena waktu puasa kemarin, saya kurang menjaga keseimbangan asupan. Jadinya gitu deh, dari yang sehari bisa 400-500 ml, turun jadi 300-360 ml..terus sekrang maksimal cuma 300 ml saja. Tapi ga masalah, anaknya minumnya juga sudah mulai sedikit. Bahkan saat produksi saya menurun itu, Nadya juga ikutan turun minumnya. Jadinya biar hasil perah sehari berkurang, tapi lebih seringnya malah surplus.Hasilnya stok asip Nadya berlimpah, sampai ga muat di kulkas rumah, jadi simpan deh di kulkas kantor.. Allah itu Maha Baik, di saat kulkas kantor juga sudah penuh, udah mulai bingung mau taruh stok dimana, eh, 4 hari libur Natal kemarin, kulkas kantor ternyata dimatiin, stok ASIP di kantor cair semua dong dan harus dibuang. Ada mungkin 3-4 liter. Alhamdulillah akhirnya memang harus terbuang dengan cara itu, soalnya saya yakin, saya ga akan tega buang sendiri stok asip saya :D

Tentang Ayah ASI
Kesuksesan pemberian ASI, tentunya membutuhkan dukungan penuh dari ayah. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk Papa Nadya atas dukungan penuhnya dalam pemberian ASI untuk Nadya :-* . Sepanjang perjalanan menyusui Nadya sampai sekarang, beliau adalah motivator terbesar. Dan bukan hanya memotivasi, tapi beliau ikut terjun dalam proses menyusui. Hmm...okee..maksudnya bukan menyusui langsung ke Nadya sih. Tapi banyak hal yang bisa dilakukan dalam proses menyusi ini, seperti ikut bantu ngejagain Nadya mulai dari gendong, gantiin celana, bersihin ompol dan pup. Awal-awal Nadya lahir, namanya ibu baru melahirkan itu kan rasanya capek banget ya, kurang tidur, baby blues, saat-saat itu papa Nadya ini tanggap banget, ga jarang kalo malam-malam Nadya butuh ganti popok karena pipis atau pup, papa Nadya bersedia gantiin, habisnya seringnya saya tepar. Begitu selesai ganti-ganti, tinggal dikasihin lagi ke saya buat disusui. Terus bobok lagi deh. Sering juga, kalo siang-siang saya udah capek dan ngantuk banget, tapi Nadya belum mau tidur, papa Nadya akan mempersilahkan saya untuk tidur, dan Nadya dipegang papa dong :). Alhamdulillah.. Dukungan lain yang diberikan adalah membuat saya selalu merasa nyaman dan senang. Caranya kalo mulai capek, biasanya beliau dengan hati mijitin, ga hanya pijat oksitosin tapi pijat full body.. Dan masiih banyaaak lagi yang dilalukan papa Nadya, sampai ga bisa bilang satu-satunya..speechless.. Yang pasti big big thanks to my lovely..Terima kasih ya Alloh sudah memberikan suami sebaik dia.  *Nadya, ketika kamu nanti dewasa,ingat juga ya bahwa papamu ini sayaang sekali denganmu..Sayangi dan hormati papa ya sayang...

Tentang Kepercayaan Diri
Ini juga penting bingits. salahs atu faktor keberhasilan menyusui adalah percaya diri bahwa ASI kita cukup untuk anak kita, dengan ijin Alloh. Awal melahirkan itu adalah perjuangan pertama untuk percaya diri. Namanya baru lahiran biasanya ASI belum banyak keluar. Belum lagi intervensi ortu dan saudara-saudara yang suruh kasih sufor atau air putih habisnya lihat Nadya waktu itu rada rewel dikira kelaparan. Alhamdulillah waktu itu pengetahuan kami (saya dan suami) cukup, jadiga panik, dan tetep ngeyel untuk nyusui Nadya. Alhamdulillah dari yang setetes-setetes, lama-lama jadi banyak. Waktu awal-awal pumping, dari yang sekali pumping cuma dapat 25 ml, lama-lama jadi nambah sedikit-sedikit, 60 ml-100ml- sampai kadang bisa 150-200 ml kalo penuh banget . Oke, sebenarnya sekali pumping cuma dapat segitu itu sedikit, apalagi dibandingin sama teman-teman seperjuangan pumping di kantor. Jadi ceritanya, kalau di kantor itu pumping di satu ruangan, sering rame-rame, mau ga mau jadi suka bandingin hasil pumping kan. Nah, diantara teman-teman saya itu, hasil pumping saya itu paling sedikit. Dengan frekuensi pumping tiap 3 jam di kantor, sekali pumping kurleb 100 ml, kadang-kadang bisa sih 150 ml. Tapi teman-teman saya itu, dengan frekuensi pumping yang sama, sekali pumping bisa minimal 150 ml. Saat itu saya punya dua teman pumping yang anaknya hampir seumuran dengan Nadya. Minder..? Adalah perasaan seperti itu, secara hasil pumping saya sedikit banget kan. Jika saat itu rasa inder saya pelihara terus, niscaya hari ini Nadya sudah tidak menikmati ASI lagi karena saya putus asa dengan hasil pumping. MAkanya disini butuh kepercayaan diri tinggi, selalu saya katakan kepada diri saya sendiri, berapapun hasilnya syukuri saja, karena mungkin memang hanya segitu yang dibutuhkan Nadya. Alhamdulillah dengan afirmasi demikian, sampai hari ini Nadya masih minum ASI, saya juga ga pernah mengalami yang namanya kejar tayang stok ASIP. Sementara kedua teman saya itu, dari dibawah setahun, anak mereka sudah cicip sufor karena stoknya ga cukup. Eits, saya bukan mau menyombongkan diri saya, atau merendahkan mereka, karena saya yakin, sebagai ibu, mereka pun sudah berupaya semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Fase perjuangan selanjutnya adalah, di atas etahun ini, hasil pumping mulai sedikit. Kalo sebelumnya misa paling ga 100 ml, sekarang  ini rata-ratacuma 70-80 ml. Bahkan klo sesi pagi, saya paling cuma dapat 30 ml. dengan hasil segitu, ada loh, ibu-ibu yang terus desperate karena dapat cuma sedikit, jauuh sekali dibanding sebelum-sebelumnya. Karena deseprate akhirnya mengurangi frekunsi pumping, harapannya biar sekali pumping bisa dapat agak banyakan. Tapi lama-lama hasilnya sedikit juga, akhirnya males deh, terus menyerah deh. Padahal hukum menyusui itu, produksi ASI sejalan dengan Kebutuhan ASI. Yang mana berarti semakin banyak disusui/dipompa, produksi ASI akan terus berjalan. Atas dasar itu, biar sekali pumpings aya cuma dapat 30 ml, saya harus percaya diri, bahwa ASI saya akan cukup. Alhamdulillah sampai sekarang tiap hari malah jadi surplus. dan ketika surplus stok, jangan juga terlana, dan malas pumping..hihi..Intinya sih, Jangan minder kalo hasil pumping sedikit,dan jangan terlena juga ketika stok banyak. Tetapkan disiplin dalam diri untuk terus memompa., percaya diri bahwa ASI kita akan cukup. Ga lupa juga berdoa supaya ASI kita cukup. Insya Alloh , atas ijin Alloh,  target untuk menyusui sampai 2 tahun akan tercapai..Aamiin.


Minggu, 21 Desember 2014

Happy Second Anniversary :-*

Baru dua tahun bersamamu...Tapi rasanya sudah lama sekali mengenalmu.. Perasaan ini juga yang kita rasakan  di hari-hari pertama di dua tahun lalu. "Kita baru kenal  beberapa hari, tapi rasanya aku sudah kenal kamu lama sekali". Itu katamu, dan seperti itu juga perasaanku..

Dua tahun, waktu yang sebentar..Tapi tampaknya kita sudah lupa bagaimana menjalani hari-hari sebelum dua tahun ini.  Itu karena dua tahun ini kita sudah terbiasa untuk hidup melengkapi satu sama lain..

Terkadang  kamu bertanya-tanya, " Jangan-jangan hari-hari kita bersama ini cuma mimpi. Ketika aku bangun ternyata kamu ga ada, Nadya ga ada.." ..Aku tertawa.. Bagiku dua tahun ini memang indah, tapi dua tahun ini bukan mimpi. Ini nyata..Kenyataan kadang jauh lebih indah  daripada mimpi..
 
Baru dua tahun. Perjalanan waktu yang singkat , tapi kita yakini bahwa dua tahun ini adalah pijakan awal untuk hidup bersama selamanya.. Di dunia dan di akhirat kelak..Insya Alloh..



pict from here

Rabu, 15 Oktober 2014

Trust

Per 6 Oktober 2014, saya resmi ditinggal suami saya, ditinggal dinas maksudnya, Insya Alloh dinasnya berakhir 17 Oktober 2014. Yap, 2 minggu dong ditinggal. Ini dinas terlama suami saya sejak kami menikah. Sejak tanggal itu pula, saya mesti pulang pergi ke kantor sendirian. Yang biasa saya tinggal  bonceng suami, sejak ditinggal itu saya mesti bawa motor sendiri. Iya, saya bawa motor sendiri. Terdengar biasa aja sih, tapi bagi yang kenal saya, pasti agak-agak heboh juga ketika tahu saya bawa motor sendiri. Komentarlah mereka, "hah, bawa motor sendiri, emang bisa..", "beneran Nisa bawa motor sendiri, kirain ga bisa naik motor" dan sebangsa itulah. Ini belum ya kalo keluarga Cemputut tahu. Mereka aja sampai sekarang mungkin masih sanksi kalo saya bisa naik sepeda  :p

Perkara saya naik motor, saya ceritakan sedikit ya. Sebenernya saya udah belajar naik motor sejak jaman SMP. Waktu itu dipaksa-paksa belajar sih sama ortu. Sampai akhrinya bisa. Eh tapi tetep ya, sampai saya SMA saya ga pernah diijinin pakai motor di jalan raya. Pernah beberapa kali minta ijin buat keluar, biasalah butuh les kah, atau beli apalah, bawa motor, tapi ga pernah diijinin. Alasannya di jalan ramelah, ngerilah, bla..bla..bla.. Dana begitulah karena tak dapat ijin dengan alasan di jalan itu menakutkan, saya jadi ter mind set dong, di jalan itu ngeri (padahal itu jaman saya masih di Magelang, yang mana lalu lintasnya ga serame di Jakarta). Sampai akhirnya saya kerja di Jakarta, saya pernah juga minta ijin beli motor biar enak pergi kuliah (waktu itu saya kuliah malam, habis pulang kantor, merasa bete kalo naik kopaja yang leletnya ampunan), dan tentu saja ga dapat ijin dong. Jalan di Magelang aja ga boleh, apalagi jalan di Jakarta. Tapi yasudahlah, saya pikir, kayaknya saya takut juga kalo harus jalan di jalan serame Jakarta :D

Setelah menikah, kami baru beli motor. Sebelumnya suami saya juga ga diijin bawa motor sama ortunya :D Cuma ya setelah menikah agak repot juga ya kalo ga punya kendaraan sama sekali. Pilihannya jatuh ke motor bebek. Waktu alasan saya biar saya bisa pake juga (gaya banget yaa). Ga mau matic karena saya emang ga pernah pake matic. Awal-awal punya motor itu, suami saya sudah nawarin kalo mau pake, tapi ya secara udah bertahun-tahun ga pernah bawa motor, ada rasa takut. Belum lagi ga berapa lama setelah itu, saya hamil. Makin ga berani dong nyobain bawa motor sendiri. Dan waktu bergulir sampai akhirnya minggu lalu itu, suami dinas 2 minggu. 2 Minggu itu berarti 10 hari kerja. Karena mesti berangkat sendiri, pilihannya mau naik angkot atau naik ojek. Kalo naik angkot saya mesti berangkat pagi banget dan nanti sampai rumah agak lebih lama. Belum lagi  kalo sore-sore gitu, di angkot biasanya penuh, jalanan macet, dan angkotnya suka anjut-anjut (apa sih bahasa Indonesianya). Jadi hampir selalu kalo pulang kantor naik angkot itu, sampai rumah saya udah keringat dingin aja dan mual.  Kalo sepuluh hari mesti kaya begitu, ga enak banget. Pilihan kedua, naik ojek. Paling enak emang naik ojek. Bisanya kalo pas saya ga bisa pulang atau pergi bareng suami, saya naik ojek. Nah, ga enak adalah ongkosnya. Tarif ojek sekali pergi atau pulang antara 25-30 rb. Berarti kalo pp naik ojek 50-60 rb/hari. Nah kalo 10 hari kerja pp naik ojek,bisa habis 500-600 rb dong. Ngebayangin bakal keluar duit segitu rasanay eneg. Gaji ga seberapa masa 500 rb habis buat transport 10 hari doang. Atas dasar kepepet itulah saya memberanikan diri untuk bawa motor sendiri. Tentunya atas ijin suami.

Beberapa waktu sebelum suami saya dinas, beberapa kali sih suami nanya, beneran ga mau bawa motor sendiri. Saya sok mantep aja bilang iya. Saya balik nanya, "Mas percaya ga, aku bisa bawa motor sendiri". dia menjawab," Iya, Mas percaya kok". Tau ga sih, suami saya cuma bilang bahwa dia percaya, itu sangat cukup membuat saya merasa percaya diri loh. Efeknya luar biasa. Suatu waktu ketika dia berpamitan dia berkata kepada saya," Sebenernya Mas khawatir kamu naik motor sendiri, tapi kamu harus belajar mengambil risiko. Kamu harus keluar dari zona nyaman. Ga kaya sama orang tuamu, mereka lebih memilih kamu berada di zona nyaman kan..". Dalam hati saya mengiyakan, karena ga mungkin selamanya saya berada di zona nyaman seperti kemarin-kemarin pulang pergi tinggal nungguin suami, diantar jemput kemana-mana. 

Dan begitulah kekuatan sebuah kepercayaan, Alhamdulillah sampai hari ini saya baik-baik saja, tidak menemui kendala berarti selama perjalanan pulang pergi rumah-kantor. Saya belajar menghadapi ketakutan saya di jalan raya. Terkadang suatu hal itu ga perlu dipikirkan atau dibayangkan, tapi cukup dijalani saja. Sebangsa betapa takutnya dulu saya membayangkan kalo naik motor di Jakarta harus nyelip-nyelip diantara mobil. Maka ketika saya menjalaninya, toh ternyata saya bisa, walaupun belum lincah, tapi setidaknya saya sudah berusaha. Berusaha untuk tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Haha iyaa.. Saya takut kalo diri saya dalam bahaya, tapi saya lebih takut jika saya membahayakan orang lain di jalan. Semoga tidak ya.. :D

Dan pelajaran terbesar saat ini adalah trust. Belajar untuk percaya. Bahwa saya hidup dibawah orang tua yang kadang tidak memberikan kepercayaannya kepada saya, maka saya memang tumbuh menjadi manusia yang tidak percaya diri dan tidak berani mengambil risiko. Bukan hanya masalah mereka tidak percaya saya bisa bawa motor, tapi memang saya amati orang tua saya cenderung untuk membawa saya selalu berada di zona nyaman. Saya pikir ini bukan kesalahan karena orang tua manapun pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Saya juga tidak menyalahkan mereka kok. Hanya  saja saya ingin anak-anak saya kelak dapat memilih apapun yang mereka inginkan dan memastikan bahwa mereka mampu untuk menghadapi risiko dari setiap pilihan mereka. Dan itu artinya saya harus belajar untuk memberikan kepercayaan untuk mereka.





Minggu, 12 Oktober 2014

Happy Milad

Dua puluh lima tahun pertama hidupmu, mungkin ulang tahun bukan hal yang penting..
Tak pernah ada kado, kue ultah, atau perayaan lainnya..
Bahkan hingga dua tahun selanjutnya, ulang tahun juga bukan hal yang menarik..
Tapi biarlah, sejak bersamamu, aku ingin selalu mengingat hari jadimu ini..
Biar tanpa perayaan apapun...
Karena kita akan merayakan ulang tahunmu dengan cara kita sendiri.. 

Happy milad suamiku sayang..
Semoga keberkahan selalu mewarnai hari-harimu..
Hari ini dan hari-hari selanjutnya..
Semoga Alloh menjadikanmu sebagai manusia yang berakhlak..
Memenuhi hatimu dengan keimanan dan kelembutkan..
Semoga Alloh selalu melimpahkan kasih sayangNya kepadamu..
Memberimu kemampuan untuk menjadi qowwam..
Memberimu rizqi yang berkah..
Memberikanmu jalan untuk mencapai cita-citamu..
Dan utamanya cita-cita kita, berkumpul bersama di surga, insya Alloh..


Love you more and more... :-*
Ya Alloh, tetapkanlah hatinya di atas agamaMu dan di atas ketaatan kepadaMu






Senin, 06 Oktober 2014

Odong-odong

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk pulang kantor sedikit lebih cepat dari biasanya..Jam 4 sore itu saya sudah sampai rumah..Seneng dong pulang rumah cepet. Sampai rumah sepertu biasa Nadya menyambut saya dengan tawanya..Hepi diaa..:-D

Eh tapi hepinya ternyata cuma sebentar..habis itu manyun. Ga tau deh kenapa si genduk manyun. Jadilah karena masih ada banyak waktu sebelum maghrib, saya ajak dong jalan-jalan. Pergi ke Alfamart beli roti tawar terus beli buah potong. Sampai rumah masih juga manyun. Padahal biasanya kali udah diajak jalan-jalan, dia bisa hepi. Yaudah saya ajak gendong-gendong aja di depan rumah sambil liat-liat tanaman. Sampai berapa saat si genduk masih manyun. Sedih kan ya, udah dibelain pulang cepet, malah dimanyunin..:'(

Ga berapa lama, tukang odong-odong datang. Dari kejauhan kan udah kedengeran musiknya itu. Denger itu Nadya dong langsung ketawa kegirangan. Akhirnya dipanggillah si tukang odong-odong. Naiknya 6 lagi dong..Ga mau kalo cuma 3 lagu..



Namanya juga demi biar anak hepi..Liat dia udah ga manyun..Liat dia begitu girangnya naik odong-odong..Rasanya seneng..Tapi nelongso juga..Iya, tetiba saya merasakan sesuatu yang aneh. Semacam  bikin anak hepi aja kok ga bisa. Mesti harus manggil tukang odong-odong..Saya kan ibunya yaa..Apa dia ga hepi ya ketemu saya.. Terus perasaan bertanya-tanya kenapa ya anak ini manyun. Dia mikirin apa sih..Apa dia sedih ya ditinggal kerja mulu sama mama papanya.. Apa dia merasa kurang kasih sayang yaa...Ada rasa bersalah ketika mendapati kenyataan bahwa  waktu saya bersama dia itu sangat sedikit..sedikiiittt sekali.. Rasanya campur aduk banget deh..Mungkin iya, saya memang merasa nelongso..Dan bisa jadi Nadya merasa jauh lebih nelongso :'(

Hepi-hepi aja ya Nak..Biar kami ga bisa menemanimu 24 jam, percayalah Alloh selalu menemanimu sayang.. :')

Rabu, 01 Oktober 2014

Oktober Ceria

Menutup Sepetmber Ceria dan membuka Oktober dengan lebih ceria.Sejak bertahun-tahun lalu, bulan Oktober memang selalu menjadi bulan spesial karena bulan ini adalah bulan kelahiran mama saya yang jatuh tanggal 18 Oktober. Ga selalu dirayakan setiap tahun sih, tapi beberapa tahun belakangan ini biasanya ada surprise gift untuk mama dari anak-anaknya.  

Keceriaan bulan Oktober bertambah di tahun lalu, untuk pertama kalinya (setelah menikah), kami merayakan ulang tahun Mas tanggal 12 Oktober. Tahun lalu, ulang tahunnya Mas pas saya cuti melahirkan, Alhamdulillah pas Mas berkunjung ke Magelang. Jadilah dimasakin nasi kuning sama mama saya. Seringnya kalo nakanya ultah, mama bakal masakin nasi kuning. Untuk urusan ulang tahun ini, suami saya ga gitu peduli sih. Kebiasaan di keluarganya memang ga pernah ingat hari ulang  tahun. Kebaisaan ini kan jelas bedaa banget sama keluarga saya ya. Yang mana ga cuma ingat hari ulang tahun keluarga inti, kami itu sampai ingat harii ulang tahun eyang, pakde, bude, tante, om, dan para sepupu. Ga mesti dirayakan memang, tapi paling ga biasanya ngucapin aja. Makanya begitu ketemu mas, saya heran, ternyata ada ya orang yang bahkan sampai lupa hari ulang tahunnya sendiri. Setidaknya begitu pengakuan Mas. Saking ga ngehnya, dia pernah baru sadar kalo hari itu dia ulang tahun karena liat ucapan teman-temannya di Fb. :D 

Sebagai penutup keceriaan bulan Oktober, tanggal 31 Oktober adalah hari lahirnya si Genduk. Yuhuu Oktober ini gadis kecilku mau ultah yang pertama. Ya Alloh, udah hampir setahun aja ya..Berarti udah setahun juga ya, kami jadi orang tua. :)

Bagian tidak ceria dari Oktober ini adalah sepertinya saya dan Mas akan berpisah untuk sementara TT. Pekan kedua sampai ketiga, Mas dapat tugas ke Bandung.  Sejak nikah, ini adalah dinas paling lamaaa..Biasanya kan paling cuma 3 hari. Ini dong 2 pekan. Berita baiknya, insya Alloh weekend nya saya nyusul ke Bandung. Yey.. Pas kebtulan juga ada tante di Bandung yang operasi, jadi keluarga besar Magelang rencana mau mengeok tante itu di Bandung. Jadinya Insya Alloh kami mau ketemuan di Bandung.

Teruus akhir bulan Oktober, selama 5 hari gantian sayanya yang dinas luar kota. wuiih tumbennya kan saya mau terima dinas luar kota. Padahal biasanya diajak dinas ke Bogor aja pasti nolak. Ya habis gimana, kali ini tawaran dinasnya ke Magelang sih. Rasa-rasanya kok ga bisa ditolak :D dinasnya milih-milih.  Mau giman alagi, udah jadi emak yang punya buntut masih bayi itu, rasnaya kalo ninggal dinas masih ga tega. Ga kebayang deh, semaleman Nadya bakal nyariin nenen. Selama ini kalo saya  rapat sampai malam, dia jarang rewel sih, tapi tetep aja kliatan kalo dia nyariin emaknya (cerita pengasuhnya gitu). Mana saya tega dong ya, ninggalin si genduk, biar cuma semalam. Tapi klo di Magelang ini kan judulnya saya pulang kampung, jadi ga perlu menginap di hotel. Masih bisa pulang pergi ke tempat acara. Nadya tentu bisa ikut dinas. dan yang paling seneng, tentu saja eyang kakung dan putrinya :D

Sebenernya dapat dinas ini rasanya kaya dapat durian runtuh. Alhamdulillah bangeet. kemarin-kemrin itu saya sempat ngeluh ama suami, pengen pulang ke Magelang. Secara ya sejak kerja, ini rentang waktu terlama saya ga pulang. Tapi berhubung cuti habis, rasanya tahun ini udah hampir ga mungkin buat pulang. Mas sih nawarin kalo mau, pas libur natal, pulang ke Magelang. Tapi saya pikir pasti tiket susah, mana cuma bentar.. Lagian saya udah bilang ke mama saya, biar mama aja yang cuti, terus jalan-jalan ke Jakarta :D. Alloh Maha Baik, mendengar permintaan hambaNya ini. Biar bukan cuti, tapi kan Alhamdulillah masih bisa pulang ke Magelang. :))


Jadi sebenenrya biar banyak pisahnya sama Mas di bulan Oktober ini, tapi Oktober tetep ceria. Bukannya bulan-bulan lain ga ceria sih, tapi rasanya  Oktober ini jadi lebih spesial :)  Semoga Alloh selalu memberkahi hari-hari kami dan juga rencana-rencana kami di bulan oktober ini serta bulan-bulan selanjutnya.. Aamiin..


Minggu, 28 September 2014

Uang Panaik

Saya menghabiskan lebaran tahun ini dengan mudik ke Pomalaa. Mudik kali ini, saya berkesempatan untuk ikut dalam salah satu adat pernikahan Bugis, yaitu mengantarkan uang panaik. Walaupun saya menikah dengan orang Bugis, pernikahan saya kemarin ga ikut adat Bugis, jadi untuk pernikahan adat Bugis sendiri saya belum terlalu paham.Yang akan menikah ini adalah sepupunya suami saya. Berhubung kami lagi disana, kami diminta juga untuk ikut serta keluarga lainnya dalam acara mengantarkan uang panaik.

Uang panaik adalah sejumlah uang yang diberikan kepada keluarga calon mempelai wanita yang akan digunakan untuk melngsungkan acara pernikahan. Uang ini adalah uang diluar mahar. Besarnya uang panaik ini tergantung pada kesepakatan kedua keluarga. Biasanya sih, besarnya tergantung pada strata sosial keluarga calon mempelai wanita (seperti bangsawan atau bukan), tingkat pendidikan wanita, pekerjaan wanita, gelar hajjah, dan beberapa aspek lainnya. Semakin dinilai tinggi kedudukan seorang wanita, maka semakin tinggi uang panaiknya. Kata suami saya sih, sebenernya filosofi uang panaik ini adalah berapa harga yang mau dibayar calon mempelai pria agar keluarga calon mempelai wanita mau melepas anak gadisnya. Jadi, urusan uang panaik ini jadi semacam gengsi tersendiri bagi keluarga calon mempelai wanita.

Acara penyerahan uang panaik yang kemarin saya datangi, cukup singkat. Begitu sampai di rumah keluarga calon mempelai wanita, juru bicara calon mempelai pria langsung mengutarkan maksud kedatangannya, yaitu untuk melamar anak gadis  dan  menyerahkan uang panaik (besarnya harus disebutkan dengan jelas lo, makanya jadi gengsi kalo uang panaiknya sedikit). Selain uang panaik, disebutkan pula bahwa keluarga calon mempelai pria juga membawa sekian karung beras, tepung, gula, dan sebagainya. Iya. untuk bahan mentah seperti itu juga menajdi bagian dari seserahan saat acara penyerahan uang panik itu. Selesai menyampaikan seserahan itu dan menentukan tanggal pernikahan, acara selanjutnya makan-makan terus pulang. Simpel banget ya..

Eh tapi ternyata, jaman dulu acara penyerahan uang panaik tidak sesimpel itu. Jaman sekarang sih demi menghemat waktu, besaran uang panaik sudah dirembug sebelumnya. Jadi ketika acara berlangsung, semua sudah sepakat, dan terkesan acara tersebut formalitas saja. Jaman dulu itu, saat penyerahan uang panaik itu sekaligus acara rembug dua keluarga. Yang bicara dalam forum tersebut hanya juru bicara kedua keluarga saja. Misal nih, juru bicara keluarga pria mengatakan ke juru bicara keluarga wanita bahwa mereka akan memberika udang panaik sekian. Lalu juru bicara keluarga wanita akan masuk ke dalam, menyampaikan ke kelurga wanita bahwa mereka kan memberikan uang paniak sekian. jika keluarga wanita setuju, berarti sudah terjadi kesepakatan. Namun jika tidak setuju, juru bicara keluarga wanit akan melaksanakan negosiasi lagi dengan juru bicara keluarga pria. Begitu seterusnya sehingga dicapai kesepakatan mengenai jumlah uang panaik. Proses mencapai kesepakatan ini sendiri tentunya memakan waktu.

Yang namanya kedua pihak berikhtiar mencapai kesepakatan, bisa jadi juga malah tidak tercapai kesepakatan sama sekali. Gara-gara tidak terjadi kesepakatan masalah uang panaik, pernikahan bisa saja terancam gagal.Bisa jadi, keluarga calon mempelai pria ga sanggup membayar besaran uang panaik yang diminta keluarga calon mempelai wanita. soalnya kalo menurut saya jumlah uang panaik ini memang lumayan wow. Salah seorang teman mama saya, menikahkan anaknya dengan seorang gadis Bugis. Yang saya tau, pendidikan gadis itu SMA (klo ga salah ya, apa D3 gitu, pokoknya belum S1), uang panaik yang diminta adalah 50 juta. Wow ya..

Apalagi praktik di kehidupan sekrang, uang panaik yang diminta ga melulu cuma uang, tapi bisa ditambah perhiasan, rumah, tanah, mobil dan aset lainnya. *nelen ludah. Lagi-lagi demi gengsi semata. Dan atas nama gengsi itu tadi, ada juga kasus-kasus dimana waktu acara penyerahan uang panaik, keluarga mempelai pria bilang akan menyerahkan uang sekian, tanah, mobil bla bla bla.. Tapi ternyata hanya diucapkan saat acara penyerahan uang panaik saja, pada kenyataanya barang-barang tersebut tidak diserahkan. Hanya agar keluarga mempelai wanita mau melepas anak gadisnya. Atau juga, kedua keluarga memang berkonspirasi supaya waktu pengucapan uang panaik dibuat tinggi, tapi di belakang cincailaaah. ~atas nama gengsi

Melihat realitas seperti ini, nampaknya banyak juga para bujang yang ga sanggup juga menikahi gadis Bugis karena masalah uang panaik. Minimal mikir panjang dulu buat menikah dengan gadis Bugis, kalo perlu jual aset demi membayar uang panaik. 

Menurut saya sih, namanya adat memang harus dihormati. Tapi jika karena adat, malah jadi mempersulit terjadinya pernikahan kok ya rasanya gimanaa gitu. Kasian orang-orang yang sudah ingin menikah tapi terhalang karena masalah uang panaik ini. Mending kalo masih bisa menahan diri, kalo malah berbuat yang enggak-enggak, kan gimanaa gitu.. Perlu dicatat juga, ga semua keluarga yang punya anak gadis memasang tarif tinggi untuk gadisnya kok. Jadi ga usah khawatir kalo mau nikah sama gadis Bugis ;)


daripada nyomot foto orang lain, pake foto sendiri aja ^^v



Kamis, 25 September 2014

Ujian itu Bernama Tb (part 3)

Kami melanjutkan pengobatan Nadya di RSPAD. Alasannya ya karena suami saya juga sudah menjalani pengobatan disitu. Di RSPAD ambil dokternya juga acak, seadanya yang praktik pas kami datang hari itu. Kami bertemu dengan dokter pria yang belum terlalu tua. Kesan pertama, dokter ini tampak menyenangkan dan mau ditanya-ditanya. Tapi ga enaknya, sambil konsul dokter ini sibuk terima telp.. TT

Pertama kami menyampaikan maksud kami untuk melanjutkan pengobatan Nadya tentunya dengan membawa hasil scoring diagnosis Tb anak, dokter itu langsung bilang anak ini positif  Tb karena score nya udah 6. Terus kami juga dirujuk untuk melakukan rontgent hari itu juga. Bengong deh kami. Pertama, kami berusaha optimis kalau Nadya ga kena Tb, berdasarkan interpretasi dokter di Magelang. Bengong yang kedua, kami baru tau kalo bayi bisa di rontgent. Informasi yang kami terima di dokter-dokter sebelumnya, bayi itu ga bisa di rontgent. Setidaknya dari hasil googling, hasil rontgent anak itu tidak terlalu akurat. Bengong yang ketiga, yang bikin kami bete berat adalah perbedaan hasil interpretasi scoring tersebut sangat berdampak pada kelanjutan pengobatan Nadya. Kalo menurut dokter di Magelang yang menginterpretasikan Nadya belum positif Tb, dia hanya meresepkan INH sebagai pencegahan. Nah di dokter ini, karena sudah didiagnosis positif Tb, Nadya akan mendapatkan pengobatan Tb penuh. Yang berobatnya minimal 6 bulan dihitung sejak mulai minum obat Tb. Berarti ya sebulan sebelumnya yang minum INH itu ga dihitung. YA Alloh, Nadya harus berobat lebih lama. Iya sih, harusnya memang kalo pengobatan gitu itu jangan ganti-ganti dokter. Kalo misal tetep di Magelang mungkin beda ceritanya. Ah tapi yasudahlah, ga realistis juga kalo harus melanjutkan pengobatan di Magelang. Ga mungkin kan tiap bulan pulang. Berita baiknya sih, berdasarkan hasil rontgent, paru-paru Nadya masih bersih. Alhamdulillah..

Hari-hari Nadya minum obat baru. Obat Tb kali ini bukan obat syrup, melainkan tablet. Iya, 1 tablet ini sudah berisi seluruh obat Tb. Cara minumnya cukup memberikan sedikit air di tablet tersebut, maka tablet tersebut akan encer dengan sendirinya. Tabletnya cukup besar, kalo diencerkan jadinya lumayan pekat. Rasanya sih manis, tapi karena manis banget jadi agak-agak pahit gitu diujung. Awalnya minumin obat ini ke Nadya itu butuh perjuangan. susah banget, pake sendok ditampel, pake cup feeder ga mau. Akhirnya 1 tablet itu bisa diminum seharian, sedikit-sedikit. Tapi belakangan ini Nadya udah mulai pinter. Obatnya diencerin pake 1 sendok makan air saja, terus langsung diminumin sambil dibujuk-bujuk biar sehat. Jadi cuma sekali minum aja. Alhamdulillah dia ga berontak banyak. Anak pintar.. Kalau udah kaya gitu, saya jadi suka terharu sama Nadya. Anak kecil itu sedang berjuan minum obat biar ga sakit. :')

Dua kali yang berarti 2 bulan pengobatan kami mendatangi dokter di RSPAD. Kali kedua itu kami mulai jengah, habisnya dokternya lamaaa banget datengnya. Jadi ya, kalo di RSPAD kami kan harus datang pas jam kerja, yang berarti untuk kontrol itu kami harus ijin kantor. Sudah datang tuh ke RSPAD dari jam 8, eh dokternya baru datang jam 10 an lewat.. Udah gitu, di dalamnya paling cuma 5 menit. karena kalo udah pengobatan gini, ga ada keluhan lain, paling kontrol itu cuma untuk minta resep aja. Kami mikir kok ya syang banget udah ijin setengah hari, nunggunya lama, di dalem cuma 5 menit. kasian juga NAdya nya ya diajak nunggu lama gitu. Jadilah kami yang tidak belajar karena ganti-ganti dokter itu, memutuskan untuk nyoba kontrol di dokter lain yang jadwalnya ga pas hari kerja. Mau gimana lagi, kasian anaknay disuruh nunggu berjam-jam gitu.

Bulan ketiga, kami memutuskan untuk coba kontrol di RSIA Evasari, rumah sakit yang paling dekat dengan rumah. Dengan dokter baru ini, kami juga menyampaikan hasil rontgent dan scoring uji diagnosis Tb. Dia setuju dengan pengobatan yang diberikan oleh dokter di RSPAD. Tapi tidak setuju dengan hasil rontgentnya. Dokter ini bilang ada bercak di paru-paru Nadya. Heee...?? Bisanya dua dokter memberikan interpretasi yang berbeda... Ya memang sih sebenernya kalo hasil rontgent anak itu ga bisa tepat banget untuk mendiagnosis penyakit. Yowislah, mau ada bercak atau enggak, realitanya Nadya tetap harus menjalani pengobatan Tb kan. Tapi tapi tapi yang masih mengganjal adalah kok tiap dokter bisa punya interpretasi beda ya..~Dokter juga manusia kalii..

Enaknya di dokter ini, kami ga merasa diburu-buru. Bahkan ditanya-tanya ada keluhan apa lagi. Terus dijelasin macem-macem.  Yang jelas, kalo disini kami ga perlu ijin dari kantor. :)  Mulai bulan ketiga, obatnya Nadya mulai dikurangi. Jadi resep obatnya ganti. Bentuknya sih masih sama kaya tablet sebelumnya, tapi komposisi obatnya dikurangin, jadi ga sepekat obat sebelumnya. 

Yap, baru 3 bulan Nadya menjalani pengobatan, masih ada 3 bulan selanjutnya. Semoga anakku sayang sehat-sehat terus. Semoga bakteri Tb nya ga berkembang kemana-mana. Aamiin..

Sepanjang tahun ini bergelut dengan Tb, dokter, rumah sakit, kami jadi belajar beberapa hal. selalu ada hikmah kan ya dibalik setiap musibah.
  • Walaupun Indonesia sempat menjadi bebas dari Tb, tapi belakangan ini sepertinya Tb mulai berkembang lagi. Apalagi penderita HIV-AIDS juga bertambah. Hal itu menyebabkan penderita Tb juga meningkat. Ingat ya, bakteri Tb itu aktif ketika imun dalam diri seseorang sedang tidak bagus. Sementara bakteri itu dapat masuk kapan saja, apalagi penularannya melalui udara. Kebayang dong jika seseorang terkena Tb trus dia ga sadar kena Tb. Ketika batuk bakteri keluar, terhirup orang lain. Orang tersebut lagi ga bagus imunnya. Aktif deh tuh bakteri di dalam. seharusnya memang memutus rantai penularan tersebut. sayangnya dalam kasus suami saya ini, dia sendiri juga ga tau ketularannya darimana. Bisa aja kan dari transportasi umum. Jadi, buat jaga-jaga, pake masker itu penting. Jangan lupa sering cuci tangan, apalagi habis dari luar.
  • Pas suami saya positif Tb, demi memutus rantai penularan, ga cuma Nadya yang diobservasi. Tapi kami semua yang tinggal di rumah, saya dan pengasuhnya Nadya, ikut screening pemeriksaan Tb. Untuk orang dewasa screening Tb ga bisa dilakukan dengan tes mantoux, tapi dengan wawancara dan rontgent paru-paru. Hasilnya Alhamdulillah kami ga tertular Tb. Semoga sih sampai besok-besok juga ga kena Tb.
  • Tb pada anak ternyata tidak menular ke orang dewasa atau sesama anak. Untuk kasus Nadya, dia sendiri insya Alloh tidak bisa menularkan bakteri Tb. Yang jelas walaupun dia positif ada bakteri Tb, tapi dia ga sakit. 
  • Dokter itu juga manusia. Ke dokter itu sebenernya untuk berkonsultasi, bukan sekedar cari obat kan ya.. Jadi kalo semisal ga cocok dengan keterangan satu dokter, kita sebagai pasien ga berdosa kok untuk mencari second atau bahkan third opinion. Bukan sok pinter karena sebelumnya udah googling terus ternyata keterangan dokter tersebut beda sama hasil googling kita sih, tapi setidaknya kita butuh keyakinan yang memadai (bahasa akuntan). Kesembuhan dari Alloh, dokter itu hanya perantara. Tapi klo kita yakin dengan prosedur yang diberikan peratara itu, setidaknya kita jadi tersugesti untuk sembuh kan :)
  • Ini kesimpulan agak OOT deh, tapi saya merasa penting menyampaikan. Sejak tahun 2014 ini kan BPJS sudah berlaku. Berlakunya BPJS ini mebuat rumah sakit makin penuh. beberapa kali ke RS yang ada fasilitas BPJS nya, antrenya masya Alloh. Kalo suami saya sih udah pake BPJS. Habisnya kalo tiap bulan ngeluarin duit lumayan juga, sekali konsul bisa 150 rb. Nadya sih belum punya BPJS jadi emang harus bayar. Tapi ya, kalo ga mau rugi emang sebaiknya mengunjungi rumah sakit yang terima BPJS itu mending punya BPJS. Karena mau pake BPJS atau ga pake BPJS antrenya sama, obatnya sama, perlakuannya juga sama. Bedanya bayar sama enggak doang. Makanya kalo Nadya masih di RSPAD lumayan rugi gitu deh, kita bayar, tapi ga dapat konsultasi yang memuaskan, secara diburu-buru. Karena sama-sama bayar, ya coba aja di RS lain. Cari dokter yang ngobrolnya bisa enak dan lama.. Toh bayarnya ga beda jauh :)
Kesehatan itu memang mahal harganya. Makanya selagi belum sakit, baiknya kita berupaya untuk melakukan tindakan pencegahan. Kalo kita ga sayang dengan diri kita,  mulailah berpikir tentang orang lain. Bisa jadi kita sakit dan ga aware akhirnya malah menulari orang lain. Kalo kita tau kita sakit dan menular, berusalaha untuk berobat dan memutus rantai penularan. Kalo bandel ga mau berobat, ya berdoalah semoga sakitnya sendiri aja, jangan sampai ngerugiin orang lain. Kita yang sehat, juga berupaya hidup sehat biar ga cepat tertular penyakit. Semngat hidup sehat..:)

Senin, 22 September 2014

Ujian itu Bernama Tb (part 2)

Dalam tulisan sebelumnya, saya bercerita bahwa suami saya positif Tb. Hal tersebut berdampak pada Nadya.  Beberapa saat setelah suami saya membaik dari batuknya, kami mulai berpikir tentang Nadya. Iya sih, sejak batuk makin parah, dia selalu pakai masker bahkan di saat tidur. Tetap saja ada kekhawatiran Nadya akan tertular. Akhirnya kami pergi ke sebuah klinik di Cempaka Putih. Sebelumnya kami sudah pernah mengunjungi dokter tersebut dan kami merasa cocok. Menurut dokter tersebut, Nadya harus melaksanakan tes Mantoux untuk mengatahui apakah sudah ada bakteri yang masuk ke tubuhnya. Dilakukan lebih cepat lebih baik. Dan jika sudah terkena kontak aktif dengan pasien Tb, anak-anak dipastikan harus ikut menjalani pengobatan Tb. Sederhananya, melalui Tes Mantoux akan diobservasi apakah sudah ada bakteri yang masuk atau belum. Jika belum akan diberi obat pencegahan Tb sampai pasien Tb dinyatakan negatif. Jika hasil tes menyatakan ada bakteri yang masuk, maka anak-anak akan menjalani pengobatan Tb. Bakteri yang masuk ini belum tentu menginfeksi juga. Jadi secara klinis anak tidak akan terlihat sakit. 

Terus kenapa walaupun tidak sakit tetap harus berobat? alasannya adalah dikhawatirkan bakteri yang sudah masuk ke dalam darah itu akan ikut aliran darah dan bersarang di organ tubuh. Bisa jadi di otak, tulang, kelenjar getah bening atau dimanapun. Nah, kalau bersarang di anggota tubuh yang lain, khawatirnya malah makin tidak terdeteksi dan semakin parah. Sebenernya saya juga baru tau kalau ternyata Tb ini tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi ternyata ada juga Tb tulang, Tb kelenjar getah bening, Tb payudara.. Seremnyaa.. sayangnya, di klinik tersebut kami tidak dapat melakukan tes mantoux. Mungkin karena disitu cuma klinik ya. Sayangnya lagi berdasarkan info dari dokter tersebut, reagan untuk melakukan tes mantoux ini di Jakarta sedang kosong. Hmm..okee..

Sebagai bagian dari ikhtiar, kami memutuskan untuk mencoba konsultasi ke dokter anak rumah sakit area Cempaka Putih. Pas hari kami datang, dokter yang kami mau ternyata sudah penuh, akhirnya ngasal pilihnya. Pilih yang paling sedikit antreannya.  Dokternya adalah seorang pria berumur, yang tampaknya sudah senior. Selama konsul, kami ditanya, sudah imunisasi BCG belum anaknya batuk pilek atau enggak. Berhubung Nadya sudah imunisasi BCG dan sampai saat itu dia belum pernah batuk pilek, kami akhirnya dapat resep obat INH syrup yang harus diminum setiap hari (fyi, INH adalah salah satu obat Tb).Obat ini diminum sebagai pencegahan Tb Bulan depan kami diminta datang kembali. Keluar dari dokter itu, kok ya rasanya kami ga puas banget. Pertama, Nadya masih ASI eksklusif. Secara klinis, dia ga ada gejala Tb. Untuk anak, gejala Tb dapat dilihat dari batuk dan pilek yang terus menerus serta berat badan yang tidak naik atau bahkan turun selama 3 bulan terakhir. Dua gejala besar itu ga ditemui di Nadya sama sekali. Terus yang kecewa yang kedua, kok dokter ini ga merujuk untuk dilakukan Tes Mantoux sih. Masalahnya dalam pikiran kami, prosedurnya adalah harus Tes Mantoux dulu baru kemudian diputuskan pengobatan apa selanjutnya. Jadi rasanya datang ke dokter itu kecewaa banget..dan kami galau untuk meminumkan obat ke Nadya.  Karena galau itulah, akhirnya diputuskan bahwa kami ga nebus obat itu dan tidak meminumkannya ke Nadya. Bilang saja kami ini orang tua sok tau, udah bener-bener dikasih obat dari dokter malah ga ditebus. Hmm..sebenernya bukan ga mau sih, hanya saja kami agak kecewanya kok indiaksi anak Tb sebatas ada batuk pilek apa enggak. Lah terus kalo enggak batuk pilek, apakah anak tersebut dipastikan tidak mengidap Tb. Padahal menurut keterangan dokter anak di klinik sebelumnya, Tb itu ga cuma menyerang paru, yang berarti gejala klinisnya bukan cuma batuk pilek. Kami bukan pengen so tau, tapi kami senang bahwa diagnosis itu berdasarkan pengujian yang benar supaya obat yang diberikan juga tepat.males banget kan ya, udah lama minum obat ternyata obat yang dikasih ga sesuai..

Atas dasar kekecewaan itu, kami cari-cari lagi dokter lain untuk second opinion. Kebetulan dalam waktu dekat, kami akan pulang ke Magelang. Jadi kami memutuskan untuk datang ke Balai Paru Magelang. Pertimbangannya disana kan khusus penyakit paru, jadi semoga reagan untuk tes mantoux nya tersedia, dan Nadya mendapat pengobatan yang sesuai.

Dan sesuai dengan ekspektasi kami, begitu kami cerita bahwa suami saya positif Tb, Nadya langsung dirujuk untuk melakukan Tes Mantoux. Tes mantoux ini dilakukan dengan menyuntikkan reagan dibawah permukaan kulit. Kemudian setelah 48-72 jam diukur indurasinya. Indurasi adalah bagian yang mengeras di sekitar suntikan. Interpretasi indurasi dari link ini adalah sebagai berikut;

Ukuran indurasi 5 mm atau > 5 mm dinilai test POSITIF, pada orang dengan kondisi :
  • Orang yang HIV-positive
  • Baru terpapar dan kontak dengan penderita TBC
  • Orang dengan kelainan gambaran foto rontgen paru atau yang penyakit paru TBC lama yang baru sembuh
  • Orang yang mengalami transplantasi organ dan orang yang mendapat pengobatan imunosupresant seperti obat kortiko steroid
Ukuran indurasi 10 mm atau > 10 mm dinyatakan POSITIF, bila :
  • Imigrant atau orang yang baru tiba (kurang dari 5 tahun) dari negara dengan angka kesakitan TBC paru yang tinggi atau negara endemik penyakit TBC paru paru
  • Pecandu narkoba dengan cara suntikan
  • Penghuni dan petugas dari rumah penjara, rumah perawatan orang tua, rumah sakit dan penampungan untuk kaum gelandangan, dan sebagainya.
  • Pekerja di laboratorium mycobakteriologi
  • Penderita penyait khronis seperti  penyakit diabetes, pengobatan kortikosteroid jangka lama, penyakit leukemia, penyakit ginjal stadium akhir, sindrome gangguan penyerapan khronik, berat badan yang rendah, dst)
  • Anak berusia kurang dari 4 tahun, atau anak dan remaja yang terpapar pada orang dewasa dengan resiko tinggi akan menderita penyakit TBC paru paru
Ukuran indurasi 15 mm atau > 15 mm dinyatakan POSITIF, bila
  • Orang yang tidak memiliki salah satu faktor resiko tersebut diatas
  • (Catatan: Mantoux test ini hanya ditujukan pada kelompok dengan resiko tinggi menderita penyakit TBC paru paru)
Sementara untuk mendiagnosis seorang anak terkena Tb atau tidak adalah dengan melakukan scoring pada formulir diagnosis Tb anak. Formulirnya kira-kira seperti ini:

gambar dari sini

Waktu scoring itu, Nadya dapat score 6, yang bersal dari kontak dengan pasien Tb (score 3) dan uji tuberkulin (uji mantoux) positif (score 3). Berdasarkan keterangan dokter di Balai tersebut, score 6 ini adalah score tengah-tengah, bisa menuju ke arah positif Tb atau negatif tb. Untuk itu diobservasi sebulan kemudian untuk melihat apakah gejalanya menuju positif atau negatif. untuk sementara kami diresepkan INH syrup (sama sih obatnya kaya dokter di Cempaka Putih). Kali ini kami menebusnya dan mulai menjalani pengobatan untuk Nadya.  Hmm.. rasanya campur aduk, anak sekecil Nadya sudah harus minum obat setiap hari selama minimal 6 bulan..TT  Tapi bagaimanapun juga, ini kan demi kebaikan Nadya ya.. Insya Alloh kami juga sudah yakin dengan prosedur pengobatannya. Semoga Nadya ga kena Tb, ya Alloh.. aamiin..

Karena Nadya akan menjalani pengobatan tetapi harus kembali ke Jakarta, kami bilang ke dokternya untuk merujuk ke dokter di Jakarta. supaya pengobatannya bisa dilaksanakan di Jakarta. Dokternya akhirnya membuatkan kami rujukan untuk dokter di RSPAD.

Cerita lanjutan pengobatan Nadya di JAkarta bersambung ke tulisan selanjutnya ya.. :)

Minggu, 21 September 2014

Bouqet of Rose

Beberapa waktu lalu, ada seorang teman kantor saya yang masih bujang, sebut saja si A. Hari itu dia keliatan sibuuk banget belajar origami. Katanya sih buat acara Kamis. Terus ga berapa lama, dia pergi ke Cikini, katanya pesen buket bunga mawar. Usut punya usut ternayta dia lagi nyiapain surprise untuk pacarnya dalam rangka anniversary jadian yang pertama.  Wow..

Begitu dia pulang dari Cikini, di ciye-ciyein dong seruangan. Terus dia cerita habis pesen buket mawar, harganya 100 rb. What..!! Komentar saya waktu itu, 'mahal bangeet, ga bisa dimakan pula". Komentar itu diamini temen  bujang yang lain, sebut saja B.

Ga berapa lama kemudian, bujang yang lain lain lagi, si C (banyak kali bujang ya..), cerita ke saya, dulu dia pernah kirimin buket mawar untuk pacarnya, sekrang sih udah mantan, ga tanggung-tanggung harganya 400 rb.. Kali ini bener-bener W O W.. saya komentar lagi, ya ampuun uang segitu ga bisa dimakan pula. Pikiran emak-emak banget yaa.. Saya bilang ke C, "kalo suamiku kasih kaya gituan, paling aku bakalan ngomel. Mahal banget, ga bisa dimakan pula'.. si C nyaut dong, " ya itu laah kalo udah nikah, Coba lo bayangin seancaianya ada cowok yang kasih mawar kaya gitu, atau suami lo deh, yang waktu itu belum jadi suami, kasih mawar begitu, pasti lo seneng"..Hehe..saya ketawa aja..

Sebenernya sambil bayangin sih, seandainya suami saya, yang waktu itu belum jadi suami saya, tiba-tiba kasih sebuket mawar. Eh, kalo ini jelas ga mungkin bangeeet, secara habis kenalan pertama kali sama suami saya yang waktu itu belum jadi suami , kami langsung ngomongin nikah ya. Jadi pasti dia sayang banget ngeluarin duit buat beli buket mawar begituan, mending duitnya ditabung buat nikah kan. Dan kalo sekarang liat tipe suami saya yang model romantisnya bukan tipe pemberi bunga mawar..:D

Teruus, klo sendainya ada cowok yang tetiba ngasih saya sebuket mawar, saya apain ya.. Hmm..kayaknya sih kalo mau nimpuk cowok itu pake bunga mawar, sayang bunga mawarnya ya..Tapi dibilang seneng kayaknya enggak juga deh. Secara cowok ngasih mawar pasti ada maksudnya kan. Apa mawarnya aja diterima, tapi maksudnya ga usah ya.. atau gimana ya.. eh, tapi ga usah dipikrin ding. dariapda pusing..Wong jelas-jelas dulu ga pernah ada cowok nganter mawar ke saya. :D 

Malemnya saya cerita ke suami saya, tentang si A yang mau kasih buket mawar ke pacarnya. suami saya ketawa dong. dia bilang kalo dia dapat bunga mawar, mawarnya ga akan disimpan, tapi ditanam lagi :D Pikiran yang realistis..

Eh, ngemeng-ngemeng saya pernah ding dikasih mawar sama suami saya. bukan dalam bentuk buket sih. Tapi dalam bentuk tanaman. haha..iyaa tanaman mawar. Bunganya warna pink. Waktu itu dia bilangnya, "bunga mawar ini khusus dibeliin untuk kamu, biar pas keluar rumah bisa liat mawar pink". Hihi..  Suami saya ga kalah romantis sebenernya dengan para bujang itu.. *shiny


gambar dari sini

Kamis, 18 September 2014

Ujian itu Bernama Tb (part 1)

2014 adalah awal tahun yang membahagiakan untuk keluarga kami. Tidak lain karena hadirnya anggota baru di keluarga kami, yaitu Nadya. Jika awal tahun 2013 kami memulai hidup baru sebagai suami istri, tahun 2014 ini kami memulai hidup baru sebagai orang tua. Kehadiran Nadya di tengah kami membuat hidup kami berubah. Biasanya pulang kantor, cuma berduaan, sekrang pulang kantor sudah ada yang menyambut di rumah. Capek yang dirasa sepanjang perjalanan pulang hilang seketika begitu meihat Nadya. Rutinitas kami yang biasanya semalaman bisa bobok nyenyak, sekarang sesekali harus bangun tengah malam untuk mengganti popok ataupun dia cuma mau nenen. Alhamdulillah dari bayi pola tidur Nadya sudah bagus. Setiap Isya, dia sudah mulai tidur dan bisa tidur semalaman, hanya bangun beberapa kali karena pipis, pup atau nenen. Ga kebayang kalo Nadya tipe bayi wayangan, yang melek tiap malem. Jadinya kami sangat-sangat terbantu dengan pola tidurnya ini.

Kebahagiaan atas hadirnya Nadya mulai terganggu ketika papanya Nadya jatuh sakit. Sakit yang awalnya kami kira masuk angin biasa, tapi sejak Desember 2013, sakit itu pergi dan datang. Mulanya cuma capek-capek aja, dan seperti maag. Sudah konsultasi ke dokter di klinik kantor, kata dokternya ga sakit apa-apa, cuma pikiran dan kecapean aja. Yasudahlah..Kondisi waktu itu memang menyita perhatian dan fisik suami saya. Waktu itu saya masih cuti bersalin di Magelang, yang efeknya suami saya harus bolak balik Jakarta-Magelang, belum tugas dinasnya di akhir tahun lalu itu lumayan padat. Pikir kami mungkin memang kecapean saja. Selanjutnya mulailah suami saya batuk-batuk. Suami saya yang pada dasarnya anti pergi ke dokter selalu berkilah, batuknya dimnumin obat ini, nanti juga sembuh. Ya benar, selesai minum obat kadang batuknya berhenti, tapi ga berapa lama, batuk lagi. Begituu terus. Akhirnya menyerah, suami saya pergi ke dokter klinik dekat rumah. Diaksih antibiotik, yang setelah habis minum obat itu belum sembuh juga. Malah semakin parah, rasanya setiap batuk kepalanya pusing. saat itu, dia belum juga mau pergi ke dokter lagi, asumsinya kalo dikasih antibiotik lagi ya sama saja. Sampai pada suatu malam, suami saya sudah tidak tahan dengan batuknya. Akhirnya kami pergi ke UGD salah rumah sakit besar dekat rumah (kenapa ke UGD,soalnya seingat saya kami perginya itu Sabtu malam, yang mana poliklinik juga ga buka). Sampai disana cuam ketemu co ass, ditanya-tanya aja sebangsa yang dirasain apa, batuknya sejak kapan, terus perika tensi, suhu badan..Dan hasilnya lagi-lagi cuma dikasih antibiotik dan vitamin, serta saran kalo batuknya ga sembuh datang aja ke dokter spesialis syaraf atau paru, yang mana baru buka Senin. Rasanya ya waktu itu, sebeel banget. Sarannya itu loh, datang ke dokter syaraf atau paru. Lah, kami datang kesana kan ga tau sakitnya apa. Kalo langsung ke spesialis berarti kami sudah tau dong sakit apa. Ga perlu juga ke dokter umum. Masalahnya ekspektasi kami, kalo kesana itu dirujuk buat tes apaa gitu, tes darah kek atau tes apalah, minimal buat mendiagnosis sebenernya sakit apa. Ini kan rumah sakit besar yaa..Tapi yasudahlah, pasien kalah. Kami pulang saja, nebus obat, dan terpaksa minum obat yang sudah diresepkan itu. Sambil berjanji ga akan balik lagi ke rumah sakit itu ~kecewa.

Setelah beberapa saat minum obat, ga da kemajuan sama sekali. Terus saya baru ingat, mama saya juga suka batuk-batuk dan sekalinya batuk lamaaa. Saya telp lah mama saya itu, dari cerita beliau, belakangan ini beliau suka langsung berobat ke Balai Paru di  Magelang. Waktu batuk kemarin, beliau dirujuk untuk diuap, setelah diuap dahaknya keluar semua, batuknya jadi lebih cepat sembuh. Akhirnya saya bilang ke suami, untuk periksa ke spesialis paru aja, siapa tau dirujuk untuk diuap juga. Suami saya setuju. Kami sepakat untuk ke RSPAD (pertimbagannya RS ini dekta kantor dan jelas kami ga mau balik ke RS pertama). Kami langsung mendaftar untuk konsultasi ke spesialis Paru, yang mana sampai sana ternyata harus menyertakan rontgent dulu. Jadilah hari itu suami saya di rontgent, hasilnya bisa langsung diambil hari itu juga untuk dibawa konsul dengan dokter.  Hasilnya, ada kabut di paru-paru suami saya, dokter menduga sakitnya antara Pneumonia atau Tubercullosis (Tb). Kalo Pneumonia pengobatannya cuma 2 minggu, tapi klo positif Tb harus diisolasi dan berobat minimal 6 bulan. Syoklah kami mendengar diagnosa sementara dokter. Itu kan penyakit kronis...Bagaimana bisa...??

Baiklah sebelum dokter mendiagnosis bahwa itu Tb, suami saya masih harus menjalani tes lagi. Kali ini tes dahak, yang mana merupakan prosedur umum untuk mendiagnosis apakah seseorang menderita tb atau tidak. Tes ini dilakukan dengan mengambil dahal di tiga waktu, yaitu dahak sewaktu (dahak saat pengambilan pertama), dahak pertama di pagi hari dan dahak sewaktu (dahak saat pengambilan ketiga). Berarti butuh 2 hari untuk tes dahaknya saja, dan dua hari kemudian baru hasil tesnya keluar. dokter tersebut meminta kami untuk kembali pekan depan. 

Menunggu pekan depan sambil melewati tes ini itu rasanya campur-campur. Ada ketakutan mendalam jika terjadi apa-apa dengan suami saya. Bayangan hal yang buruk-buruk itu sering melintas di benak. Suami saya pun merasakan hal yang sama, tapi dia jauh lebih tabah. Dia tau jika dia kalut, saya pun akan jauh semakin kalut. Saat itu, dia cuma memeluk saya dan berkata, " Sabar ya dek, mas aja sudah ikhlas kok dengan penyakit mas. Semoga sakit ini bisa menjadi penggugur dosa kita. doakan mas cepet sembuh yaa..". Istri mana yang ga menangis dibilang kaya gitu. Dan pada akhirnya saya hanya bisa berdoa dan men-supportnya. 

Hasil tes dahak keluar. Hasilnya adalah positif. Ya Alloh suami saya kena Tb. Walaupun sudah bersiap selama seminggu menunggu hasil ini, tapi tetap saja kami syok. Kami konsul lagi ke dokter, bertanya macam-macam, terutama bagaimana bisa suami saya itu kena Tb. dokternya bilang ya bisa saja, bakteri Tb sudah masuk lama di dalam tubuh, dia baru aktif ketika tubuh sedang tidak fit, yang mana saat itu antibodi tubuh sedang tidak bagus. Baiklaah, mendengar penjelasan dokter itu kami mulai bisa menerima, mengingat suami saya sering kecapean apalagi setelah saya melahirkan. Bisa jadi saat itu bakterinya menjadi aktif. Yaa baiklaah..Selanjutnya suami saya akan mulai menjalani pengobatan selama 6 bulan ke depan. Rontgent lagi setelah 2 bulan untuk follow up bakteri yang berkembang di paru-paru.

Sebelum meninggalkan ruangan dokter, dokter tersebut berkata merujuk ke klinik VCT untuk mengetahui apakah suami saya megidap HIV-AIDS atau tidak.. what!! Apa pula ini. dapat penyakit Tb saja sudah cukup bikin syok, apalagi terduga kena HIV. Dokternya cuma bilang cek aja karena sesuai prosedur untuk pasien pengidap Tb yang masih muda dan aktif, perlu diobservasi apakah terkena HIV atau enggak. Lagipula dokternya juga masih heran, badan suami saya yang segede itu kok bisa-bisanya kena Tb.

Yasudahlah kami ke klinik VCT hari itu juga. Suami saya diwawancarai dokternya. Ga tau ditanya apa aja soalnya saya disuruh keluar ga boleh nemenin. Ujungnya sih dirujuk untuk tes rapid HIV. Pengennya hari itu juga kami kelar semuanya, bisa tes HIV dan keluar secepatnya. Rasanya menunggu hasil tes rapid HIV itu jauuh lebih mendebarkan daripada nunggu hasil tes dahak. Kami cuma bisa beristighfar. Hasil tes keluar, Alhamdulillah suami saya negatif  HIV. Alhamdulillaah.. Berarti sekarang tinggal fokus menjalani pengobatan selama 6 bulan. 

Sejak positif menderita Tb, suami saya semakin rajin memakai masker, bahkan waktu tidur sekalipun. Ini juga sementara waktu, kami tidur terpisah. Gelas dan tempat makan juga sementara dipisah. Demi tidak menulari penghuni rumah lainnya. Namun, menjelang bulan kedua, suami saya sudah ga batuk-batuk lagi. Pakai maskernya kalo lagi pergi aja. Secara medis sih, setelah pengobatan 2-3 bulan, penderita tb sudah tidak dapat menularkan bakteri lagi. Tapi ya jaga-jaga aja.

Alhamdulillah suami saya ini orang yang rajin minum obat. Dia pokoknya nurut kalo disuruh minum obat, asal bisa sembuh. Ga kebayang kalo saya yang di posisinya. Dua bulan pertma harus minum obat 12 biji setiap hari. Saya makan sebiji obat saja rasanyaa susaah banget. dia dengan entengnya minun tuh 12 biji. Selanjutnya di bulan ketiga, obatnya mulai berkurang. Hingga menjelang 6 bulan obatnya tinggal 2 macam saja. Selama 6 bulan ini, mullai ada kemajuan dari suami saya. BAtuk-batuknya sudah jauuh berkurang. Hasil rontgent yang kedua kalinya, sudah menunjukkan paru-paru mulai bersih, tapi obatnya belum boleh putus. Lanjut sampai 6 bulan. Sebagai informasi, pengobatan Tb ini memakan waktu minimal 6 bulan. Obat harus diminum setiap hari, ga boleh terlewat satu hari pun. Kalau terlewat satu hari saja, dikhawatirkan bakterinya akan semakain kuat sehingga masa pengobatan Tb dapat semakin panjang. Dan jika pasiennya membandel, Tb ini dapat menyebabkan kematian. Seperti yang telah saya bilang, suami sya ini rajin dan telaten. Hasilnya, alhamdulillah per 17 September kemarin, kontrol terakhir dengan dokter, suami saya dinyatakan bebas Tb. Hmm..sebenernya kesimpulannya belum meyakinkan sih, karena kemarin suami saya ga bisa mengeluarkan dahak untuk memastikan bakterinya sudah tidak ada. Tapi melihat hasil rontgent dan gejala klinis yang terlihat dokter sudah menyimpulkan suami saya bebas Tb. Hanya saya nanti 3 bulan kemudian suami saya diminta kontrol kembali. Alhamdulillah. Semoga suami saya benar-benar sudah bebas Tb. Semoga ga lagi ada penyakit yang aneh-aneh. aamiin..

Akibat suami saya positif kena Tb ini ternyata berdampak ke Nadya. Bagian ini saya ceritakan pada tulisan selanjutnya ya.. Insya Alloh :)

Rabu, 17 September 2014

Hepi itu ketika...

  • Pulang kantor, rasanya capek, ngantuk, laper, haus,, terus begitu sampai rumah, buka pintu, ucap salam, disambut Nadya yang ketawa-ketawa seneng liat emaknya pulang..Seketika capeknya berkurang drastis..Ga sabar pengen gendong dan nyiumin anak wedok.. ^^
  • Selesai cuci kaki dan tangan, gendong si genduk, dia mulai narik-narik baju, minta nenen. Terus pengasuhnya bilang, "loo barusan aja minum susu habis sebotol, sekarang mama dateng minum lagi".. Padahal kadang nenennya main-main aja, yang penting nempel emaknya..Rasanya nyess banget karena si genduk rupanya kangen juga sama emaknya ini..
  • Lagi nenenin, pengasuhnya lapor kalo Nadya makan banyak. Berasa jadi koki paling handal sedunia, bisa bikin anak wedok lahap makannya.. :D
  • Nadya sok-sok manja dengan naruh kepalanya di bantal atau badanku terus tampangnya cute banget.. gemeees..
  • Ngelonin Nadya, sambil cerita-cerita atau muroja'ah tangan Nadya pegang-pegang tanganku, serasa ga mau dilepas.. Rasanya quality time kami banget..
  • Waktunya tidur siang, aku udah siap ngelonin dia dan ternyata aku ngantuk duluan, terus pura-pura merem sambil sesekali melek ngliatin Nadya, dia dengan polosnya menatap wajahku sambil senyum-senyum, tangannya mukulin wajahku buat mbangunin aku. Mungkin kalo udah bisa ngomong dia bakal bilang, " mamaa, aku belum mau bobok tauu, main aja yuuk.."






Tetiba mellow karena kangen Nadya.. :'(

Selasa, 16 September 2014

Sedikit tentang Pomalaa

Dua tahun lalu, ketika saya mengabarkan berita gembira kepada khalayak bahwa saya akan menikah, reaksi oang bermacam-macam. Paling banyak, saya langsung diserang dengan pertanyaan bertubi-tubi. Mulai dari nikah sama siapa? kenal dimana..? Kerja dimana..? Asal darimana..? daan seterusnya.. Pertanyaannya mirip-mirip sih..Tapi berhubung saya lagi berbahagia (ceilah..), saya jawab satu per satu pertanyaan teman-teman itu. Satu pertanyaan yang jadinya meembet kemana-mana adalah pertanyaan calon suami saya itu asalnya darimana. saat itu tentu saya jawab, suami saya dari Sulawesi. Merembetlah pertanyaan dan pernyataan, mulai dari Sulawesinya dimana..Kok jauh banget..Wah, nanti mudiknya susah..daan seterusnya.. Waktu itu sih, saya juga ga kebayang Sulawesi kaya apa, kesana juga belum pernah. Jadi pertanyaan dan pernyataan itu paling cuma dijawab singkat, atau senyum aja atau bilang aja ga tau :D..Yaa mau gimana lagi, walaupun jauh disana, tapi setelah melewati perenungan panjang, saya memutuskan untuk tidak mempermasalahkan asal calon suami saya saat itu.

Alhamdulillah setelah kami menikah, berarti secara resmi pula Sulawesi menjadi kampung halaman kedua saya. Baiklah, saya menceritakan sedikit tentang kampung halaman kedua saya itu. Namanya Pomalaa. Saya pertama kali tahu nama tempat ini dari cv yang suami saya beri ketika kami berta'aruf. Yang mana kalau saya tidak bertemu beliau, niscaya saya pun tidak akan tahu suatu tempat bernama Pomalaa ini. Pomalaa ini adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Mungkin karena Kecamatan ya, orang tidak banyak tahu nama Pomalaa. Tapi kalau nama Kolaka mungkin sebagian orang sudah pernah dengar (gegara ada pengacara kondang ibukota yang mencalonkan diri jadi bupati Kolaka). diantara Kecamatan lain di Kabupaten Kolaka, Pomalaa termasuk salah satu yang paling maju, terutama dari segi perekonomian. Pomalaa memiliki potensi alam berupa nikel. Disinilah tambang nikel terbesar di Indonesia. Tambang ini dikelola oleh PT. Antam Tbk. Berkat adanya PT Antam Tbk. ini jugalah infrastruktur di Pomalaa dapat dikatakan relatif lebih baik dibanding Kecamatan lain sehingga banyak juga pendatang di Pomalaa.

Berbicara tentang Sulawesi, selalu identik dengan laut. Begitu pula dengan Pomalaa, daerah ini terletak di tepi laut. rumah mertua saya, hanya sekitar 200 m dari garis pantai. Sayangnya pantai paling dekat dengan rumah itu menjadi perkampungan nelayan. Jadi jangan dibayangkan kalo pantainya itu bersih, berpasir putih, banyak pohon kelapa..hehe..karena kenyataanya begiitu jauh. Disana tidak ada pantai berpasir putih,yang ada pantai dengan kerikil-kerikil kecil. Sebenarnya bukan kerikil juga sih, tapi itu adalah limbah dari pengolahan nikel. jadi limbah dari pengolahan nikel dibuang di sepanjang garis pantai. Limbah tersebut semakin lama semakin banyak hingga akhirnya menjadi timbunan yang menutupi laut. Jadi tidak heran jika wilayah Pomalaa sendiri semakin lama semakin luas karena timbunan limbah nikel tersebut menjadi daratan lagi. Garis pantai semakin menjauh. Jadi dulu waktu suami saya kecil, jarak rumah dan pantai itu tidak sejauh sekarang tapi karena daratannya semakin luas, jarak pantai dan rumah jadi semakin jauh juga. Ada cerita menarik terkait limbah nikel ini. Konon di Jepang ada pulau buatan bernama Pomalaa. Hal ini disebabkan dulu tanah dari Pomalaa banyak diekspor ke Jepang. tentunya setelah di Jepang tanah tersebut diolah untuk diambil nikelnya. Nah sisa limbah itu lama menjadi pulau sendiri sehingga dinamakan Pomalaa. entah benar atau tidak cerita itu, soalnya setelah saya searching di Google, tidak ada nama pulau Pomalaa di Jepang :D.

Walaupun pantainya tidak terlalu menarik untuk wisata, tetapi bagi saya berjalan-jalan di sekitar kampung tersebut tetap saja menyenangkan dan di mata saya tetap terlihat unik. Salah satu uniknya adalah masih banyak terdapat rumah adat Bugis. Rumah adat Bugis adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu dengan atap yang sangat rendah. Dibuat rumah panggung karena memang dekat dengan laut. Hal tersebut untuk mengantisipasi saat ait laut pasang. Namun seperti yang saya sampaikan sebelumnya, garis pantai semakin jauh, jadi air pasang sudah tidak sampai ke rumah-rumah Bugis ini. Jadilah bagian bawah rumah itu sekarang difungsikan menjadi gudang, tempat parkir, ataupun ruang tambahan rumah. 

Berjalan sedikit dari perkampungan tadi, tentu saja laut :D. Kata suami saya, kalau air laut sedang surut, biasnaya bisa menangkap kepiting, cari bintang laut atau hewan laut lainnya. Secara saya kan pernah liat negituan, pengen juga dong yaa :D. Sayangnya pas datang kesana pagi-pagi, air laut belum terlalu surut. Air surut menjelang tengah hari, yang mana tentunya saya ga akan diijinkan pergi ke laut. Panas bangeeet, kasian juga Nadya kan,,Jadi yasudahlah, lain waktu semoga masih ada kesempatan buat bisa main-main di laut, cari kepiting dan lain-lain.. :))

Jika di dekat rumah mertua bukanlah pantai untuk wisata, bergeser sedikit di garis pantai yang sama, terdapat pantai yang memang dikhususkan untuk wisata, namanya Pantai Harapan. Jaraknya sekitar 10 menit naik mobil. Pantai ini merupakan salah satu tempat pariwisata murah meriah di Pomalaa. Masuknya sama sekali tidak bayar. Motor dan mobil bisa masuk sampai dalam, dan parkir dimanapun suka :D. walaupun tempat pariwisata, tapi menurut saya sih belum dikelola dengan baik. Mungkin karena sebenernya kalo mau ke pantai dimana-dimana juga pantai kan, cuma ya pantai Harapan itu yang dikukuhkan sebagai tempat pariwisata. Dan namanya tempat pariwisata, setelah lebaran ya ramai aja.Hal yang menarik di pantai Harapan ini adalah terdapat dua buah kolam buatan yang besar (kolam atau empang ya). Kolam itu terisi air laut. di kolam itulah orang-orang ramai berenang. jadi berenangnya tidak langsung di laut, tapi di kolam itu. kalau di lautnya sendiri malah ga ada orang yang berenang, ga tau juga kenapa. Mungkin batasnya langsung laut kali ya, ga ada pantai atau laut yang dangkal.

Yang banyak orangnya ini, adalah kolam tempat pengunjung mandi
di belakangnya, baru laut

Nadya hepi dibawa ke pantai ^^


Tentang kuliner. Namanya di tepi laut, seafood jadi makanan utama. Tentu saja tidak sulit mencari seafood segar. dan karena bapak mertua saya adalah penggemar ikan, setiap hari di meja makan pasti tersedia ikan. Ikan segar tentunya. Saya icip-icip dong.. Dan ternyata enak.. :D  Yang kenal saya pasti tau,saya geli makan ikan. Jadinya makan ikannya minta disuwirin dulu. Tapi rasa ikan segar itu memang enak. Nadya aja doyan makan ikan ^^. Sayangnya, Pomalaa ini memang bukan tempat wisata, jadi jangan berharap menemui restoran seafood di pinggir pantai. Karena tidak ada sama sekali. Kalau mau makan ikan di pinggir pantai, boleh juga sih datang ke pantai Harapan, bawa ikan sendiri, bawa tungku sendiri, terus bakar-bakar deh :D. 

Tentang Pomalaa yang lain. Saya belum bisa cerita yang lain-lain. Soalnya saya juga baru dua kali kesini. Pertama pas nikah, kedua pas Lebaran kemarin. Oh ya, ini yang paling penting yang harus saya ceritakan, yaitu bagaimana cara menuju Pomalaa :) Walaupun Pomalaa ini nampaknya terletak nun jauh disana, tapi disini ada bandara lo..Iya, sekali lagi saya katakan, disini ada Bandara. Namanya Bandara Sangia Ni Bandera. Harus di bold biar jelas. Habisnya teman-teman kadang ngeledek harus naik sampan sampai Pomalaa (saking nama tempat ini ga pernah kedengeran sama mereka) :'(. Memang hanya bandara kecil. Tapi lumayanlaaah :D. Bulan November tahun lalu, Bandara ini mengalami kebakaran. Untuk sementara, bangunan yang semula menjadi tempat mobil pemadam kebaran dialihfungsikan menjadi bandara darurat.

Gedung lama Bandara Sangia Ni Bandera sebelum terbakar
pict from here


Rute penerbangannya adalah sebagai berikut: dari Jakarta-Makassar- Pomalaa. Jakarta-Makassar terbang sekitar 2 jam kurang dikit. Terus transit, Makassar-Pomalaa sekitar 45 menit. Untuk rute ini memang baru satu maskapai penerbangan yang masuk, yaitu Lion Air. Ini pun untuk penerbangan Makassar-Pomalaa ganti Wings Air, yang kapasitas kursinya adalah 70 kursi. Ini juga perlu saya sampaikan, habisnya bayangan orang-orang pesawat sampai Pomalaa itu pesawat keciiil, yang isinya cuma 5 orang TT. Oh ya, menurut informasi, Setelah Lebaran, Garuda juga akan menambah rute sampai Pomalaa. Sayangnya, rute tersebut dibuka beberapa hari setelah kami pulang. Padahal tadinya ngarep, siapa tau tiketnya bisa lebih murah. Masih promo gitu :D

Selain rute tersebut, untuk menuju Pomalaa bisa juga turun di Kendari. Cuma ya dari Kendari masih harus melanjutkan perjalanan darat selama kurleb 4 jam. Lebaran kemarin, kami berkesempatan menikmatai perjalanan Kendari-Pomalaa. Kebetulan jalan yang dipilih adalah jalan potong, yang katanya menghemat 60 km dibanding lewat kota Kendari. Namanya juga jalan potong, jadi jalannya belum bagus. Perjalanan 4 jam itu goyang-goyang dan berliku-liku. Lumayan, kalo mau ngosongin isi perut ^^v. Dan karena itu saya memilih untuk tidak melewati jalan itu lagi :). 

Alternatif lain, bisa juga sih naik kapal laut dari Jakarta. Jelas itu memakan waktu beberapa hari. Untuk alternatif ini, setidaknya sampai saat ini, saya benar-benar belum pengen nyoba :D 

Begitulah, sedikit cerita saya tentang kampung halaman kedua saya ini. Insya Alloh lain waktu, jika saya pulang lagi akan ada cerita lain tentang Pomalaa :)
 


Senin, 25 Agustus 2014

Kami Dibilang Nekat Nikah

"Ningrun karo Iqbal ki nekat kok...."
Jeeeng..pernyataan itu kemarin terlontar dari bude saya, ketika kami mengunjungi beliau. Ceritanya, waktu itu kami lagi ngobrolin pacarnya sepupu saya, yang menolak diajak nikah sama sepupu saya, karena masih pengen kerja dulu, ngebiayain kuliah adeknya dulu, beli rumah dulu. Sudah dilobi sih sama sepupu saya, kalo masalah rumah belinya berdua aja. Eh tapi sang pacar tetep ga mau. Yah, mungkin maksudnya menolak sepupu saya dengan halus. Mungkin juga sang pacar ini ngeliat sepupunya baru aja nikah. Calon suaminya ini sarjana sih, tapi pengangguran, tapi sudah dijanjikan dapat 20 petak kontrakan dari orang tuanya kalo nikah ( yaaa, klo 1 pintu 1 juta/bulan, asumsinya 20 pintu itu keisi semua, sebulan bisa dapat 20 juta. tanpa kerja, uang datang sendiri !!).Bisa jadi, si pacar sepupu saya itu pengennya punya suami kaya suaminya sepupunya itu. Wallahua'lam..

Intinya sih, akhirnya kami, saya dan mas, jadi kena kesimpulan seperti di atas itu. Nekat nikah..Hmm..iya sih, waktu nikah kami itu ga punya apa-apa, ga punya rumah, ga punya mobil, yang bagi sebagian orang paling ga dua hal itu harus dimiliki dulu sebelum nikah.

Sampai rumah, saya ngobrolin ini sama Mas. Kami sih sepakat, walaupun saat itu-sampai sekarang sih- ga punya apa-apa, kami itu ga nekat nikah. Dari sudut Mas, dia nikah karena memang sudah ingin menikah, sudah mampu menghidupi keluarga, dan yang pasti sudah dapat izin untuk  menikah. Dari sudut pandang saya, saya juga sudah ingin menikah, sudah cukup umur, dan sudah disuruh menikah. Waktu itu, untuk menetapkan kriteria suami, saya juga ga mengharuskan suami saya itu punya rumah atau mobil dulu. Bahkan saya mikirnya, masalah rumah atau mobil itu kan nanti lebih enak bisa dipikir bersama. Jadi memulai pernikahan dari titik nol 9bersyukurlah yang mulai menikahnya tidak dari titik nol, tapi titik 10 atau 20...). Mengusahakannya bersama..  Terus nanti pas sudah tua, pasti bakal jadi kenangan indah, bagaimana kami survive hidup (membayangkan orang tua saya dan Mas jaman masih susah sampai hidup sekarang..rasanyaa buat mereka pasti nostalgic banget).


Yaa, sekali lagi mungkin ini hanya perbedaan persepsi tentang standar mapan. Saya ga menyalahkan juga sih, kalo ada orang yang standar mapannya itu punya rumah atau mobil. Sama sekali ga. Tapi kalo udah pacaran terus menunda nikah hanya karena belum punya rumah dan mobil. Rasanya kok gimanaa gitu.. Kelamaan pacaran, iya kalo jadi, kalo ternyata ga jadi gimana. Belum lagi harus menanggung dosa pacaran. zzz.. (Kalo sepupu saya itu sih, akhirnya jadinya putus karena ga mau diajak nikah..Alhamdulillah..)

Jadi yaa, walaupun dalam persepsi orang lain kami ini dibilang nekat, 1 1/2 tahun menikah, kami merasa bahagia dan baik-baik saja. Walaupun kami belum punya rumah, belum punya mobil, hidup masih segini-segini aja, tapi rasanya kami baik-baik saja. Kami ga pernah merasa kekurangan. Dengan segala keterbatasan ekonomi kami saat ini, kami masih sungguh sangat bersyukur, masih bisa makan hari ini, ga pusing makan apa besok (pusing milih menu sih, yaa alhamdulillah masih bisa memilih), masih bisa pulang kampung nengok orang tua, masih bisa berbagi, masih bisa jajan2 dan jalan2, kalo sakit masih bisa langsung berobat..Walaupun ga punya rumah, tapi Alhamdulillah dapat rumah kontrakan yang lumayan oke dengan harga miring dan empunya rumahnya baiik banget. Walaupun ga punya mobil, Alhamdulillah masih ada motor., masih bisa ngerasain naik angkutan umum. Rasanya sih hidup kami baik-baik saja, malah masih harus lebih banyak lagi yang bisa disyukuri :)

Dan walaupun saat ini kami "nekat" dan ga punya apa-apa, tapi kami berencana kok untuk punya apa-apa. Bagaimanapun juga, standar kayanya seorang muslim itu ada 4, istri shalihah, rumah yang lapang, kendaraan yang kuat, tetangga yang baik (Semoga saat ini suamiku sudah punya yang no 1 dan 4..Aamiin). Jadi insya Alloh kami akan berusaha mencapai standar tersebut. Semoga Alloh meridhoi keinginan kami..

Jadi ya, bagi para single yang memang sudah ingin menikah dan sudah mampu menikah, berdoalah semoga kalian segera menemukan jodoh dan menikahlah. Jangan jadikan harta sebagai penghalang untuk menikah (apalagi kalo udah pacaran). Untuk para jejaka, jika kalian sudah memiliki kemampuan ekonomi dan sudah ada wanita yang membuat kalian tertarik, segeralah lamar. Kalo ditolak, atau si wanita minta nikahnya  nanti-nanti nunggu punya rumah atau mobil, cari wanita lain saja. Untuk para gadis, jika ada pemuda datang melamar kalian, dan tidak ada alasan menolaknya, terimalah dia. Ga masalah jika pemuda itu belum punya apa-apa. Insya Alloh nanti dia akan memiliki apa-apa. Tapi kalo ternyata pemuda itu sudah punya apa-apa, ya bersyukurlah :)

Yang pasti percayalah bahwa menikah itu akan membukakan rizki. So, dont be afraid. Janji Alloh itu pasti ;)


Kamis, 21 Agustus 2014

Mewarnaimu

Semalam, Nadya sudah tidur pulas setelah seharian main dan ga tidur siang. Seperti biasa, kalau nadya sudah tidur, papanya suka datang ngusap-ngusap dia. Biasanya sih kalau belum pulas, Nadya akan terbangun lagi. Tapi karena semalam mungkin nadya sudah terlalu capek bermain, diusap-usap ga bangun juga. sambil ngusapngusap Nadya, papanya mendoakan Nadya, kurang lebihnya begini,

Nadya, cepat besar ya..Nanti jadi wanita yang anggun, shalihah. Terus  nikah sama pria shalih. Semoga hidupmu penuh berkah...

Masih ada lanjutannya sih.tapi udah ga didenger lagi..Habis denger kata Nadya udah mau nikah itu rasanyaaa ya ampun masih jauh banget. Umur setahun aja belum.. Papaa jangan ngomong-ngomong masalah nikah dulu kali..Nadya nya masih kecil ini..

Eh tapi kok ya jadi kepikiran, nanti Nadya semakin gede..Sebentar lagi udah bukan bayi, terus  toddler terus remaja, terus gadis, terus nikah..errr...Baiklah, time runs so fast..9 bulan hidupnya saja, rasanya cepat. Dari kemarin Nadya yang baru lahir, bisanya paru nangis-pipis-pup, terus tetiba dia bisa tengkurap, terus dia bisa merangkak, terus sekarang udah berdiri, terus mulai ngoceh, terus sebentar lagi jalan. Iyaa, rasanya begiitu cepat.

Kadang memang pengen liat Nadya cepat besar, hihi penasaran liat Nadya besar kaya apa. Tapi kadang pengen juga Nadya jadi bayi terus, biar bisa digendong-gendong, diciumin.. :D

Apapun itu, Nadya adalah amanah untuk kami. Dia yang lahir dalam keadaan fitrah, kemudian kami, orang tuanyalah yang memberinya warna. Nadya, setidaknya kamu harus bersyukur satu hal, bahwa kamu dilahirkan dari orang tua beragama Islam, Insya Alloh akan dididik sesuai ajaran Islam. Doakan ya nak, semoga kami mampu menjadi orang tua shalih yang mampu menshalihkan keturunan kami. Semoga Nadya selalu disayang Alloh dan mampu menjaga harga diri- sesuai doa kami nak, memberimu nama Izzaturrahmah... 

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR Bukhari 1296)

Jadi wanita yang anggun ya Nak, terus belajar bobok yang anggun..^^