Minggu, 14 Oktober 2012

Larangan Menikah (Trending Topic Cemputut this weekend)

Trending Topic akhir pekan ini di Cemputut adalah tentang Peraturan Menteri Keuangan yang belakangan ini makin santer terdengar. Rumornya, peraturan tersebut akan segera ditandatangani dan berlaku per Januari 2013. Yup, ini adalah peraturan tentang larangan menikah sesama Kemenkeu.

Sebenarnya desas-desus tentang pelarangan ini sudah terdengar dari jaman saya masih kuliah di Jurangmangu. Dan sekarang ino semakin santer. Saya sendiri ga terlalu ngerti dengan isi peraturan yang konon sudah ada draft nya ini. Banyaklah omongan seputar peraturan ini. Ada yang bilang, sejak diberlakukannya peraturan ini, praktis sesama pegawai Kemenkeu tidak boleh menikah. Untuk yang sudah terlanjur menikah, diberi waktu tenggang untuk salah satunya keluar dari Kemenkeu. Waktu tenggangnya sendiri ada yng bilang 6 bulan, ada yang bilang 10 tahun sejak peraturan tersebut ditetapkan. Ah, sekali lagi ini baru isu yang berhembus. Kejelasaannya seperti apa,saya sendiri belum dapat info yang jelas.

Meskipun baru isu, berita tentang penetapan peraturan tersebut sudah cukup membuat panik dan gusar para pegawai di Kemenkeu. Gimana enggak, faktanya banyak sekali pasangan suami istri yang bekerja di Kemenkeu. Dan tidak sedikit, pasangan sesama Kemenkeu yang sudah berencana untuk menikah. Menghadapi isu tersebut, tahun ini banyak juga sih pasangan yang akhirnya mempercepat tanggal pernikahannya. Kebanyakan tahun ini akad dulu, tahun depan baru resepsi. Seperti diburu waktu, khawatir jika peraturan itu keburu keluar.

Saya pribadi menilai peraturan tersebut sungguh tidak manusiawi. Walaupun saya sendiri tidak paham ada tujuan apa dibalik peraturan ini. Ah, para petinggi perumus kebijakan itu lebih pintar dan paham kan kenapa peraturan ini dibuat (semoga para petinggi tersebut tidak hanya pintar, tapi juga punya hati nurani). Saya bilang tidak manusiawi karena seolah jodoh diatur oleh peraturan begini. Logikanya saja, para pegawai kerja dari pukul 07.30-17.00, dari Senin sampai Jumat. Otomatis waktunya banyak habis di kantor. Secara statistik, peluang seorang pegawai bertemu jodohnya di lingkungan kantor ak lebih besar daripada di luar kantor. Jadi wajar saja bila sesama pegawai Kemenkeu menikah. Simpelnya, kalo ada peraturan tersebut berarti pegawai Kemenkeu harus mencari jodohnya di luar Kemenkeu, itu jika dia tidak ingin keluar Kemenkeu. Padahal komunitas orang yang sudah bekerja itu cenderung terbatas. Dan, Kemenkeu itu kan besar sekali ya. Banyak eselon 1, belum kantor-kantor vertikalnya di daerah. Ga bisa disamakan dengan bank. Yang notabene satu bank itu hanya terdiri dari cabang-cabang. Yaah,walaupun kita harus yakin bahwa jodoh itu sudah ditetapkan Alloh dan tidak mungkin tertukar.

Selain itu, letak tidak manusiawinya lagi, biasanya pernikahan itu sudah direncanakan jauh-jauh hari. Bahkan ada yg sejak setahun sebelumnya. Seorang teman saya sudah merencanakan pernikahan di bulan Mei 2013. Beliau dan calonnya adalah pegawai Kemenkeu. Mendengar peraturan ini, beliau sudah cukup panik. Ga lucu juga jika pernikahan batal karena adanya peraturan ini. Maksud saya sih jika memang peraturan ini mau ditetapkan, mbok ya dikasih sosialiasi dulu. Minimal ada masa transisi saat peraturan itu ditetapkan, jadi ga langsung berlaku.Lebih bagus lagi kalo di soundingkan dulu. Jangan ujug-ujug keluar. Kasian laah yang memang sudah merencanakan menikah.

Kenapa saya bilang ujug-ujug keluar. Karena disini semuanya bisa terjadi. Seperti kasus ijin melanjutkan belajar. Desas desusnya sudah lama, dan tiba-tiba bulan lalu disahkan. Resmi sudah ijin belajar baru diberikan 2 tahun setelah PNS. Implikasinya teman-teman seangkatan saya, terutama yang di Pajak, belum jadi dapat ijin belajar. Untuk ini, saya bersyukur atas keputusan nekat kuliah tahun lalu. Peraturan itu tidk berlaku surut,jadi Alhamdulillah saya sudah dpat ijin manjutkan kuliah sebelum PMK ijin belajar itu keluar. Tapi tetep ya, keluarnya PMK ijin belajar itu berdampak besar (jadi semakin berasa dipersulit kuliah.padahal kuliah pakai uang sendiri pula).

Kembali ke peraturan larangan menikah, terlepas dari disahkannya peraturan itu, saya pikir segala sesuatunya ini akan berjalan sesuai yang ditetapkan Alloh. Termasuk soal jodoh. Ada atau tidak peraturan itu, jodoh ga akan berubah, insya Alloh sudah ditetapkan. Tapi sangat sangat berharap peraturan tersebut tidak jadi sah kan. Gimanapun juga peraturan itu menimbulkan kepanikan sendiri. (oh ya, selamat ya pak, sudah membuat panik bawahan Anda se Indonesia).Ah, tapi sebenanya kenapa juga mesti panik ya. Panik terhadap hal-hal yang belum tentu akan terjadi :)

Berdoa dan berharap untuk yang terbaik saja. Semoga yang belum mendapat jodoh segera dipertemukan dengan jodohnya. Yang sedang berencana untuk menikah, semoga diberi kelancaran dan kemudah dalam prosesnya. Yang sudah menikah semoga senantiasa dilimpahi kebarokahan. Aamiin..

Published with Blogger-droid v2.0.6

27 komentar:

  1. Aamiinn... ^^

    aku juga ga setuju sama peraturan itu. Persis banget yang nisa sebutkan ma yang aku pikirkan..

    Jodoh kok diatur manusia... Aku yakin pemimpin seperti itu ga bakal langgeng... Banyak bikin susah orang, terutama orang kecil...

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2014 masih lamaaa.. TT
      tapi semoga peraturan aneh itu ga jadi keluar..
      yuuuk..sama2 berdoa.. :))

      Hapus
  2. amin amin aminn...aku setuju banget dgn mbak, dan mewakili seluruh hati yang panik akibat isu peraturan ini. saya benar2 tidak ikhlas, kalo emang mau diberlakukan, bersikaplah ADIL dan jangan ZALIM dgn bawahan demi pujian dan nama baik PRIBADI nya sendiri. TERAPKAN DI SELURUH KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA ini, biar tau atasan2 itu...gimana rasanya panik gak bisa tidur malam krn diteror orang seluruh INDONESIA !!!!!!

    BalasHapus
  3. berdoa aja yuuk..semoga para pembuat kebijakan bisa benar-benar bijak dalam mengambil keputusan.. :))

    BalasHapus
  4. Bismillah, mohon maaf jika saya berpendapat berbeda. Peraturan tersebut akan bagus kalau segera diterapkan. Pegawai kemenkeu bukan orang kecil. Di luar sana masih ada rakyat miskin butuh pekerjaan (dan byk diantara mereka mpy kemampuan otak yg sama dg peg kemenkeu), jd jgn hanya memikirkan keinginan pribadi. Pasangan suami istri menjadi pegawai Kemenkeu mrp pemborosan bagi negara. Satu org saja sudah bs berkecukupan dg gaji skg, gk akan jatuh miskin. Jodoh di tangan Tuhan, gk hrs jd peg kemenkeu, dan bekerja tidak hanya ada di Kemenkeu. Kalau memang berkualitas, tentu akan mudah dimana saja. Berbagilah dg sesama... terima kasih semoga bisa menambah wawasan dr sudut pandang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih atas masukannya..
      tapi sungguh saya pribadi berpikir ini bukan sekedar masalah gaji..
      bukan pula maksud untuk tidak berbagi terhadap sesama..
      nyatanya tanpa ada peraturan itu, banyak juga para akhwat yang akhirnya memutuskan keluar setelah menikah..
      jadi fokusnya memang bukan tentang masalah ekonomi..

      Hapus
    2. Iya, saya sgt mengapresiasi bagi akhwat yg sdh memutuskan keluar dr PNS. Tandanya mereka sadar apa yg seharusnya dilakukan utk agama dan keluarganya. Saya rasa fokus org bekerja pada umumnya adalah masalah ekonomi. Coba tanya pasangan suami istri yg kedua peg kemenkeu, kenapa mereka gk mau keluar salah satu? Kbykn pasti karena takut penghasilannya berkurang (walaupun jwbn mrk pasti dlm bhs yg berbeda2, bs karena sayang kuliahnya, aktualisasi diri dll, pdhl bs itu bs mrk lakukan diluar sbg peg kemenkeu). Berbagi dengan sesama yg saya maksud adalah, memberi kesempatan org lain utk mendapat pekerjaan, dimana kalau salah satu saja dr pasangan suami istri yg jadi PNS, tentu memberikan kesempatan org lain dpt pekerjaan, artinya kita dpt membantu mengurangi pengangguran. Terima kasih sdh merespon pendpt saya. Saya sgt senang.

      Hapus
    3. tentang akhwat bekerja masih selalu menjadi pro kontra.menjadi wanita shalihah dituntut untuk beraktualisasi. masalahnya tpe wanita itu berbeda2. kata seorang seorang mb shalihah,"tipe wanita itu berbeda-beda, ada yang mencahaya ketika di dalam rumah, ada pula yang mencahaya ketika di luar rumah". saya pikir wanita berhak memutuskan caranya beraktualisasi. itu tadi, bisa di dalam rumah atau di luar rumah..tanpa melupakan fitrah dan kewajibannya di sebgai wanita.
      Tentang menjadi pegawai kemenkeu atau tidak, saat ini posisinya banyak juga akhwat yang "terpaksa" belum bisa keluar dari PNS. Saya pribadi nih, klo saat ini keluar jadi PNS, saya merasa tidak lebih bermanfaat. Mengingat saat ini saya juga ga memiliki kemampuan atau kapabilitas lain. Wallahua'lam beberapa tahun lagi.
      Dan seperti yang njengengan bilang, pekerjaan banyak, ga harus jadi PNS. Berarti ga ada salahnya juga ketika pasutri jadi PNS, memang jalan rizqinya dari situ. Untuk orang lain, bukannya tak ingin berbagi, tapi justru memberi kesempatan lebih kepada orang2 tersebut untuk mencari rizqi yg lebih baik daripada jadi sekedar menjadi PNS..

      Hapus
  5. Belum lagi organisasi begitu ribet mengatur pasutri masalah mutasi, yg mengikuti suami dll. Bisa dicontoh di bank plat merah atau swasta yg jelas2 melarang pasutri bekerja dlm satu organisasinya. Wah, mbak ini merendah, masak alumni STAN gk py kemampuan atau kapabilitas lain. Alumni STAN terkenal pintar2 bahkan yg baru lulus aja byk "dibajak" perusahaan2 besar di negeri ini. Saya berpendapat pribadi, negara akan lebih sejahtera jika dlm pasutri hy satu yg diijinkan jd PNS, pemerataan pendapatan yg menjadi dsr pemikiran pdpt saya. Gk apa2 ya mbak kita sharing pdpt, emang temen2 saya bilang, saya ini kadang terlalu mikirin urusan negara, he..he.. Kalo boleh jujur, tema ini emang sudah menjadi pemikiran saya sejak dulu utk menjadi salah satu langkah pemerataan pendapatan, sebelum ada pembahasan ini di blog mbak annisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. monggo aja jika berpikiran demikian. Saya senang kok bisa sharing2 begini. Untuk ada kebijakan hanya salah satu pasutri saja yang jadi PNS, ide baik. TApi tentu perlu ada kajian lebih mendalam dan perlu proses untuk mengimplementasikannya. Jangan sampai dipaksakan berjalan, tapi di tataran pelaksanaan banyak yang merasa terzalimi. Selalu ada positif dan negatif dalam setiap kebijakan.Saya hanya berdoa semoga para pembuat kebijakan benar2 bijak dalam mengambil keputusan. Saya pribadi sih mau jadi pns di kemenkeu atau ga, yang penting masih bisa bermanfaat saja..
      Terima kasih untuk sharingnya..:)

      Hapus
    2. Siip... mbak. Btw selamat ya mau nikah. Semoga mjd keluarga sakinah mawaddah warahmah. Amiin.

      Hapus
    3. Aamiin,,terima kasih doanya.. :)

      Hapus
    4. Bisa jadi aku setuju dengan si Anonim. Bahwa sesungguhnya peraturan itu bertujuan untuk mengatur yang dirasa tidak atau kurang teratur. Cobalah untuk menitikberatkan perkara ini kepada perkara pekerjaan, bukan pernikahan. Aku melihat bahwa peraturan semacam ini bukanlah untuk mengatur perjodohan melainkan mengatur organisasi. Dalam suatu organisasi, tentu kepentingan organisasi adalah di atas segalanya, bukan?

      Kan arrizki itu sama halnya jodoh?

      Hapus
    5. Ga dilarang kok kalo setuju. :)
      Koreksi sedikit, spellingnya yang benar "Arrizqi", bukan "arrizki". Ntar yang punya nama protes..^^v

      Hapus
  6. memang kl salah satu dari pasutri keluar, bakal digantiin lgs sama orang lain dari luar kementrian gtu? kan ada mekanisme penerimaan PNS,,ga lgs tiba2 diganti sama orang lain.
    trus kalimat ini "Pasangan suami istri menjadi pegawai Kemenkeu mrp pemborosan bagi negara. Satu org saja sudah bs berkecukupan dg gaji skg, gk akan jatuh miskin. Jodoh di tangan Tuhan, gk hrs jd peg kemenkeu, dan bekerja tidak hanya ada di Kemenkeu. Kalau memang berkualitas, tentu akan mudah dimana saja. Berbagilah dg sesama... terima kasih semoga bisa menambah wawasan dr sudut pandang lain."

    saya bingung apa maksudnya. apanya yg pemborosan? kl mmg pegawai, y bener dong masing2 digaji. tidak semua pegawai berasal dari keluarga dg ekonomi berkecukupan. justru dg menjadi pegawai kemenkeu,, yg kbykn mrpk lulusan dari STAN,, bisa memperbaiki ekonomi keluarga.
    ngasih sudut pandangnya jgn sbg orang luar,, toh kebijakan tersebut kan gak ditujukan buat luar kemenkeu.
    kl menyarankan keluar dari kemenkeu,, mmg mau menyediakan pekerjaan? realistis sajalah.

    BalasHapus
  7. padahal, menikah antar eselon I 'kan bisa mewujudkan salah satu nilai Kementerian Keuangan. sebut saja "Sinergi". :D

    BalasHapus
  8. Kl sy pribadi krg setuju dg aturan ini. Kl soal pemerataan kesempatan kerja, lha wong penerimaan pegawai kemenkeu dilakukan scr terbuka n siapapun yg memenuhi syarat boleh ikut seleksi. Iya tho? Sy sndiri waktu dl ikut usm stan trus selanjutnya alhamdulillah diterima hingga kerja, g tau kl bakalan dpt istri sesama Kemenkeu :)
    nah seperti yg anonim blg kl fokusnya pd pemerataan kesempatan, semua sama kok bahkan penerimaan umum aka Non-STAN jg makin banyak kesempatannya.
    Toh tunjangan istri/suami/anak jg hanya diberikan k salah satu pegawai kemenkeu bkn kedua2nya. Jd yg dibayar gajinya o/ negara krn kompetensinya sbg pegawai.

    BalasHapus
  9. Yg protes kayanya peg kemenkeu semua. Utk pasutri yg di kemenkeu, cek kebijakan bank2 bumn terkait hal ini utk perbandingan. Semoga ba nambah wawasan.

    BalasHapus
  10. @purnamaholic:
    "memang kl salah satu dari pasutri keluar, bakal digantiin lgs sama orang lain dari luar kementrian gtu? kan ada mekanisme penerimaan PNS,,ga lgs tiba2 diganti sama orang lain." ======> pasti ada mekanismenya dong bro... gimana seeh. gk tiba2 lgs diberhentikan juga kalee... :)
    "saya bingung apa maksudnya. apanya yg pemborosan? "======> anda pasti sdh tau maksudnya, cuma gk mau tau atau gk sadar aja, biasa... udah ketimbun duit 8 digit per bulan (kali 2 org lagi)
    "kl menyarankan keluar dari kemenkeu,, mmg mau menyediakan pekerjaan? realistis sajalah" =======> emang kalo keluar salah satu dr pasutri hrs kerja di tempat lain lg? toh suami/istrinya msh kerja di kemenkeu. wirausaha bro.... buat pekerjaan sdr sekaligus untuk org sekitar anda. (o iya ya, mungkin anda tinggalnya di komplek mewah, jd gk ada org miskin di sekitar anda) wk..wk...

    @anonim
    "Sy sndiri waktu dl ikut usm stan trus selanjutnya alhamdulillah diterima hingga kerja, g tau kl bakalan dpt istri sesama Kemenkeu :)" =======> pegawai bank jg gk tau kalo bakalan nikah sm temen sekantor, tp mereka suka rela aja mau keluar salah satu. bahkan kesempatan mengikuti suami (yg bukan sekantor) cuma 2 kali pdh.

    "peace to all" :)

    BalasHapus
  11. Because the world's going to the end

    BalasHapus
  12. Because the world's going to the end

    BalasHapus
  13. Mbaknya ini lucu..maaf sblumnya.sudut pandang mbak ini pribadi..ini kan untuk mengatur organisasi sebesar kemenkeu bkan untuk mengatur jodoh..ubah sudut pandangnya mbak...saya jg anak stan di kemenkeu jg ni..jujur aja...aturan ini di bumn dan bank2/kantor swasta jga sdh lama ad
    .para pgawainya jga iklas kluar..di luar Sana org2 loncat kerja itu hal snagat lumrah mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenenarnya ya ga lucu, namanya juga blog pribadi, kalo saya nulis berdasarkan sudut pandang pribadi ya ga ada yang salah dong..kalo ternyata ada orang lain yang tidak sependapat ya terserah aja..saya juga ga ribut atau uring-uring..saya kan ga minta orang lain berpendapat atas sudut pandang saya..lha wong judulnya blog pribadi yang isinya curhatan doang :D

      Hapus
  14. Kalo instansinya gak mengijinkan kita untuk keluar gmn?

    BalasHapus
  15. "...Logikanya saja, para pegawai kerja dari pukul 07.30-17.00, dari Senin sampai Jumat. Otomatis waktunya banyak habis di kantor. Secara statistik, peluang seorang pegawai bertemu jodohnya di lingkungan kantor akan lebih besar daripada di luar kantor..." ini logika ngawur. Di bank atau sebagian swasta, dengan waktu di kantor yang jauh lebih banyak dibandingkan PNS (kemenkeu?), koq malah larangan pasutri di satu perusahaan lebih efektif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya juga orang lagi curhat, ngapain juga saya mikir logika yang bener, harus pakai kajian pula :)
      Kalo pakai kajian mana lebih efektif, jadinya kan bukan curhat mending saya bikin artikel ilmiah sekalian :D

      Hapus
  16. Kabar ini ada lagi mba... khususnya mngenai Pajak yg mau pisah dr Kemenkeu.. katanya mau jd badan. Temen2 seangkatan pada mo buru2 nikah smua ini sblm jd Badan. Utamanya alumni STAN. apalagi pasangan anak akun,, mreka udah mau srius nikah, pas pnemptan instansi 22x d pajak skrg jg jd panik. Udah ad yg nikah jg malahan. Pdhal pgawai pajak ad setengah dr pgawai Kemenkeu.

    BalasHapus

tinggalkan jejakmu disini ^^