Selasa, 29 Maret 2011

Ketika Kebahagiaan Tidak Berarti Kebaikan

Ini ringkasan tausiyah siang tadi. Berhubung tadi tidak dicatat, jadi baik juga kalo di share disini. Simpel sih tadi tausiyahnya. Pematerinya mengatakan bahwa kebahagiaan itu tidak selalu berarti kebaikan. Sering kita berdoa seperti ini, "Robbana aatina fid dunyaa hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa qinaa 'adzaban naar".
Nah, kita sering salah mengartikan kata "hasanah" dalam doa tersebut. Hasanah dalam doa tersebut berarti kebaikan, tetapi kita sering mengartikannya dengan kebahagiaan.

Konsep yang perlu diluruskan disini adalah kebaikan itu tidak selalu berarti  kebahagiaan. Allah dapat memberikan kebaikan baik dalam bentukkebahagian atau kesediha. Namun, yang  manapun itu, yang Allah beri adalah baik. dan kebaikan itu akan membwa akepada kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan belum tentu berupa kebaikan. karena apa yang menurut kita baik dan membuat bahagia, belum tentu baik di sisi Allah. Justru apa yang menurut kita tidak baik dan meembuat sedih, itulah yang sebenarnya baik di sisi Allah.

Inti tausiyahnya sebenarnya hanya itu. Dan aku sih jadi mikir. Itu berarti kalo aku ga jadi kuliah tahun ini, walopun aku sedih, tapi itu sebenarnya baik untukku. Kalo kerjaan di kantor lagi numpuk, itu juga sebenarnya baik untukku. Kalo dapet bos yang "unik", itu juga baik untukku. Kalo aku ga dapet apa yang aku minta, itu juga baik buatku. Kalo aku mendapat nikmat, itu juga baik untukku.jadi, apapun yang kita dapet, harus selalu happy.. :)






Harus Lebih dari Sekedar Pencapaian

Weekend kemarin saya teringat masih meminjam sebuah buku yang belum sempat saya baca, judulnya Barakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta, yang ditulis oleh Salim A Fillah. Sebenarnya itu adalah buku tentang pernikahan dan saya baru membaca bab pertama. Tetapi ada bagian yang membuat saya terinspirasi. Dan saya pikir hal tersebut bisa diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, makanya saya share disini.

Setiap manusia pasti memiliki suatu target dalam hidupnya. Sekalipun target tersebut hanyalah sesuatu yang kecil dan sederhana. Namun, sekecil sesederhana apapun target tersebut, tentu setiap manusia berkeinginan untuk mencapainya dan itu berarti perlu ikhtiar untuk mencapainya. Ada yang bekerja keras sekuat tenaga, ada yang berdoa sepanjang hari. Banyak sekali cara berikhtiar untuk mencapai target tersebut. Namun, ada suatu hal yang penting juga, yaitu keberkahan atas target yang akan dicapai tersebut.

Kenapa sih harus berkah..? Sering juga kan ya, kita mendengar ketika kita diberi nikmat, orang akan mendoakan supaya menjadi berkah. Jika sedang ultah, sering juga didoakan semoga umur kita berkah. Jika sedang menuntut ilmu, berdoa juga supaya ilmu kita penuh keberkahan. Jadi sebenarnya apa sih makna barakah.

Di buku tersebut disebutkan bahwa barakah adalah bertambahnya kebaikan dalam setiap kejadian yang kita alami dari waktu ke waktu. Kejadian ini tidak hanya berupa yang baik saja, tetapi juga kejadian yang buruk. Nah, sebenarnya ketika kita meminta sesuatu kepada Allah, kita ga pernah tau, apakah sesuatu itu sebenarnya baik atau tidak untuk kita. Bisa jadi ketika kita meminta sesuatu, Allah mungkin akan mengabulkannya, tetapi setelah hal tersebut terkabul ternyata justru tidak mendatangkan manfaat untuk kita, malah menimbulkan keburukan untuk kita. Nah disinilah barakah bekerja.

Intinya memang hidup itu hanya ada dua kondisi. Kondisi yang baik dan buruk. Dan dengan adanya barakah itu, pada kondisi yang baik, barakah akan membuatnya semakin indah. Sebalikanya pada kondisi buruk, barakah akan membuatnya bertahan. Dengan cara itu Allah akan menambah kebaikan pada hamba Nya. Dan sebenarnya apapun yang Allah berikan, itu sejatinya adalah baik untuk kita. Kuncinya ketika menghadapi itu semua adalah sabar dan syukur.
Menakjubkan sungguh urusan orang beriman. Segala perkaranya adalah kebaikan. Dan itu tidak terjadi kecuali pada orang yang beriman. Jika mendapat nikmat, ia bersyukur, dan syukur itu baik baginya. Jika ditimpa musibah dia bersabar, dan sabar itu baik baginya.” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Dan untuk memperolah barakah itu, perlu ikhtiar lebih karena sesuatu yang baik itu harus diperoleh lewat jalan yang baik juga. Di buku tersebut dijelaskan bagaimana sesuatu yang berkah itu harus melalui proses yang baik pula. Proses yang pertama adalah niat yang baik. Yup, niat akan berperan penting dalam menentukan arah. Dan hal yang pertama dicatat adalah niat.
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapat sesuai niatnya. MAka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijarhanya itu kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.”
Jadi, yang ditekankan disini adalah niat yang baik sebagai awal untuk mencapai hal yang baik.

Proses kedua adalah azzam atau tekad yang baik. Niat saja tidak cukup, tetapi harus didukung juga dengan tekad yang baik untuk mencapai target yang sudah ditentukan. Tekad yang baik untuk membuat rencana-tencana pencapaian target. Proses selanjutnya adalah komitmen. Ini yang sulit juga. ketika niat dan tekad sudah baik, kadang tidak diikuti dengan komitmen dan keistiqomahan. Yang sering terjadi adalah perjuangan berhenti di tengah jalan karena tidak ada keistiqomahan untuk meraih target tersebut.

Kemudian, proses yang terkahir adalah amal. Amal yang baik ini juga merupakan jalan untuk mencapai keberkahan itu. Amal yang baik berarti amal yang tidak menabarak batas-batas yang telah ditetapkan Allah.
Itulah empat proses yang harus dilalui untuk mencapai target yang berkah. Tentunya tak lupa kita juga harus berdoa kepada Allah. Semoga target yang kita inginkan itu bisa tercapai. Akhir tulisan ini, saya juga ingin mengutip sedikit kata dalam buku tersebut. “Jika kita jujur kepada Allah atas target kita, maka Allah akan menggenapkannya untuk kita.”  Barakallahu, semoga kita semua mendapat target yang berkah sesuatu yang kita inginkan.




tulisan ini dapat juga diliat disini.

Kamis, 24 Maret 2011

Apa yang sedang Dia Persiapkan Untukku..?

"Kehilangan itu patut disyukuri karena dengannya berarti kita pernah memiliki"
Kata-kata yang pernah ku baca di status seorang teman. Suka dengan kata-kata itu, bahkan kehilangan pun patut untuk disyukuri. Subhanallah sekali. Tapi aku kemudian berpikir, kalo begitu, jika tidak pernah merasa memiliki tentu tak ada merasa kehilangan. Dan sejatinya apa-apa yang ada pada diri kita hanyalah sebuah titipan..Maksudnya jika berpikir bahwa segala yang ada pada diri kita adalah titipan, tentunya ketika kehilangan itu tidak akan terlalu merasa kehilangan..

Belakangan ini Annisa memang sedang diberi pelajaran mengenai arti kehilangan. Entah kenapa dalam waktu berdekatan ini, dua plan dalam hidupku yang rencananya tak lama lagi akan direalisasikan, tiba-tiba saja bergerak menjauh. Yah, akhirnya dua plan itu harus tertunda. Padahal sebelumnya aku sudah sangat optimis dengan kedua hal tersebut. Kecewa..? Jelas...Rasanya dunia terasa begitu sempit dan sesak...dan aku memasuki titik terendah dalam hidupku..Hopeless...
Hopeless...???!! Hey, it's not me..Ga pernah sebelumnya dalam kamus hidupku merasakan hopeless seperti ini.Sangat sering aku memotivasi teman-temanku dan aku sendiri untuk tidak berada pada kondisi satu itu. Tapi sungguh kali ini aku hampir tak mampu mengendaikan emosiku sendiri.

Dan bukan Annisa juga kalo tidak bisa cepat bangun. Tidak boleh berlama-lama larut dalam kondisi tidak nyaman ini. Dan memang masih akan butuh banyak merecharge diri, banyak bermuhasabah, introspeksi diri..Dan secara teoritis seharusnya memang tidak perlu sekecewa ini. Toh dua hal itu juga belum aku dapat, itu artinya sebenarnya tak ada alasan untuk merasa kehilangan. Ketika plan A gagal, kan masih ada plan B, C, D, ...Z. kalo masih gagal juga masih ada AA, AB,...Selalu banyak rencana dan jalan keluardaripada harus meratap. Dan aku pun masih percaya jika janji Allah itu benar adanya. "Inna ma'al 'usri yusro..Fa inna ma'al 'usri 'yusro"..Setelah kesukaran pasti ada kemudahan. Dan itu sampai disebut dua kali dalam firmaNya. Itu artinya kesempitan ini pun pasti akan berlalu.

Aku percaya jika Allah selalu memberi yang terbaik untuk hambaNya. Mungkin baiknya tak terlihat sekarang, tetapi di ujung nanti akan merasakan kebaikan. Baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Dan karena Allah sangat sayang hambaNya, maka Allah selau memberi yang terbaik. Hanya terkadang manusia terlalu sombong untuk mengakui kebaikan itu.

Aku percaya jika setiap doaku itu akan terkabul. Entah dengan jawaban Ya, dan langsung diberikan. Entah ditunda dulu, atau diganti dengan hal lain yang lebih baik untukku."Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu untuk memohon kepadaMu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. kalu Engkau tdak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang merugi" Q.S Hud:47.

Dan satu hal yang sudah pasti. Aku percaya bahwa tiap kejadian yang menimpa padaku sudah tertulis dalam Lauh Mahfudz. Ketika aku menginginkan sesuatu dan Dia tidak memberikannya, itu juga sudah digariskan dalam hidupku. Jika Allah berkehendak, segala yang tampaknya  tak mungkin bagi manusia itu akan mudah bagiNya.Sebaliknya, jika Dia tidak berkehendak, sekuat apapun usaha manusia, tidak akan juga sesuatu itu didapatnya.

Akhirnya kembalikan saja tujuan hidup ini untuk apa. Jika untuk beribadah dan Allah menjadi tujuan, tentulah tak akan pernah aku merasa kecewa. Enjoy our life now, not tomorrow. Nikmati saja apa yang ada sekarang, tak usah khawatir dengan hal-hal yang belum terjadi. aku juga percaya jika hidup itu separuhnya sabar, separuhnya bersyukur..

Dan aku juga sangat percaya surprise dari Nya. karena aku akan selalu bertanya, "apa yang sedang Dia persiapkan untukku.."