Kamis, 30 Juni 2011

Hujan di Penghujung Juni..

Hujan di penghujung Juni..Mengingatkanku pada hujan malam itu..Malam yang basah dan dingin..Hujan deras menyambut ketika metromini yang membawaku pulang masih dalam setengah perjalanannya..Jakarta yang hujan itu sudah akan banjir dan macet.. Fyuh..hujan pikirku..Berjuta pikiran negatif masuk dalam otakku. Sebelum benar2 benar sampai kos, masih harus ganti metromini sekali lagi. Hujan deras ini tentu akan membuat basah, biarpun sudah berpayung ria. Belum lagi nanti mesti nunggu metromini penuh..tidak nyaman sekali rasanya harus berhujan-hujan di jalan seperti itu. Belum lagi pemadandangan di jalan, para pedagang yang sibuk menyelamatkan barang dagangannya, tukang ojek yang mesti tetep mangkal sambil bermantel ria, tukang bajaj yang setia menanti penumpang sambil menahan dingin di dalam bajajnya..Aku bilang hujan banyak membuat orang merasa susah..

Belum berakhir sampai di situ mengeluhnya. Sampai di terminal Senen, ganti metromini. Beberapa anak kecil masih berlarian di terminal itu, sambil membawa payung. Mendekati penumpang-penumpang yang turun dari metromini. Yup, mereka sedang mencari rizki dengan menjadi ojek payung. Hal pertama yang ada dalam pikiranku adalah kasihan..iyaa, kasihan..anak-anak kecil itu harus berhujan-hujan demi mencari uang. Apa ga sakit hujan-hujan seperti itu. Apa ga ngantuk sudah semalam itu masih cari uang. Iyaa...apalagi coba selain merasa kasihan dengan mereka..Hujan ini...banyak meninggalkan sendu..

Tapi...ternyata apa yang aku pikirkan itu salah..Salah besar..jika yana aku pikir mereka itu menderita, itu ga sepenuhnya benar. Hujan bagi mereka jusru memberikan kebahagiaan sendiri. Jika hujan turun sama artinya mereka akan mendapat uang..Uang dari hasil menyewakan payung. Hasilnya mungkin tak seberapa, tapi itu sudah akan membuat mereka bersyukur atas rizki itu. Bukankan sejatinya hujan itu adalah berkah dari langit. Bukankah waktu hujan itu adalah salah satu diantara waktu yang mustajab untuk berdoa..Apa pula yang harus dikeluhkan tentang hujan jika hujan itu justru mebawa kebaikan..Air hujan itu menyucikan..Dan dengan hujan kebun-kebun akan tumbuh subur...

Astaghfirullah..astaghfirullah..tak seharusnya aku menggerutu tentang hujan..Maha Besar Allah atas Segala nikmatNya..tak ada yang diberikan Allah selain kebaikan darinya..Allahu Akbar..



Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air "hujan" dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. (QS. 30:24) 
Ar Ruum,ayat 48

Minggu, 26 Juni 2011

Ketika jenuh itu menghampiri..


Belakangan ini, entah kena apa, tiba-tiba jadi merasa ingin untuk keluar dari Jakarta..oke, jadi ceritanya nih, dulu memang sangat ingin dapat penempatan di Jakarta saja, settle disini, ga usah pindah-pindah. Dan bersyukur sekali ketika Allah mengabulkan keinginan itu. Dapat penempatan di Jakarta, yang kantornya ,memang cuma satu itu, jadi ga perlu pindah-pindah. Tapi..setelah satu setengah tahun kerja disini, orientasi saya jadi sedikit berubah..

Yaah, gimana tidak.. setiap hari harus berkejaran dengan waktu supaya tidak terlambat absen. Jarak kos dan kantor yang sebenarnya tidak jauh, harus dilalui dengan merayap. karena jalan yang sangat padat, belum di stasiun Senen itu kalo ga beruntung bisa berhenti disitu. Klakson kendaraan yang selalu berbunyi. Polusi udara yang sudah mencapai tingkat parah.Kerja yang kadang harus overtime. Dan sekarang ditambah jadwal kuliah hampir setiap hari. Yang otomatis membuat saya selalu pulang malam.Yaah, kadang merasa capek dan jenuh dengan rutinitas yang seperti ini.

Tapi..biar kadang jenuh itu ada, tapi sungguh saya bahagia dalam kondisi saya sekarang. Saya tahu banyak orang-orang yang begitu menginginkan posisi saya ini. Hidup di kota besar, bekerja dengan gaji yang cukup, masih bisa melanjutkan kuliah..Dan bagi sebagian orang, akan berpikir pula karier disini cukup menjanjikan. Kurang disyukuri seperti apa..

Satu hal yang bisa membuat saya belajar adalah jika bisa menyikapinya, hidup di Jakarta membuat orang menjadi bijak. Bijak mengatur waktu..Macet di Jakarta sudah tidak bisa dikeluhkan lagi. Sepertinya akan semakin dan semakin macet. Itu kenapa harus bijak mengatur waktu, kantor masuk jam 07.30, walaupun kantor dekat, tapi kalo berangkatnya mepet sekali, ya bakal telat. Yang utama adalah bijak juga mengatur waktu bepergian supaya tetap bisa solat pada waktunya. Kalo tidak seperti itu, bisa jadi waktu solat lewat hanya karena terjebak macet di jalan.

Bijak juga mengatur uang. Hidup di kota besar itu apa-apa mahal dan butuh uang. Ga seperti hidup di daerah. Gaji sebagai kuli negara itu ga banyak, tapi kalo di manage dengan baik, insya Allah cukup. 

Bijak mengatur gaya hidup. Ini nih yang paling penting tapi belum bisa dilakukan. Bagaimanapun juga, hidup disini menuntut stamina tinggi. Makanya perlu makan yang teratur, bergizi, dan olaharga cukup. Idealnya seperti itu. Tapi dasar saya, dengan alasan menjadi anak kos, mang rada susah kalo harus cari makanan yang sehat. Sebelum kuliah, masih sempet sih masak sendiri, tapi sekarang udah capek duluan mau masak. Paling akhirnya sering beli gado-gado tuh yang banyak sayurnya, dan ga terlalu berminyak. Tapi itu pun kalo masih niat buat makan. Ini nih penyakit sering males makan.Kalo olahraga, ini juga. dasarnya saya ga doyan olahraga, jadi males-malesan kalo diajakin. baiklaah, tapi tampaknya memang harus mulai gaya hidup sehat.

Bijak ketika harus berempati. Kota ini, bagai dua sisi mata pedang. Di satu sisi menawarkan kemewahan, di sisi lain sangat banyak orang yang berada di bawah kemiskinan. Sungguh sangat kontras. Dan pemandangan seperti itu harus saya lihat setiap hari. Kalo boleh jujur, kadang seperti itu menjadi treatment spaling ampuh untuk saya. Ketika kesibukan mulai melalaikan dari kewajiban-kewajiban kepada Rabb saya, ketika kesibukan juga membuat hati saya semakin terlena dengan kehidupan dunia, kettika mulai banyak mengeluh, itu saat dimana saya harus banyak melihat ke bawah. berempatilah bersama mereka-mereka itu. 

Yup, akhirnya jika bisa menyikapinya Allah sedang mempersiapkan diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih kuat. Membayangkan kalo tetap hidup di Magelang, saya yakin tidak akan bisa sekuat sekarang ini.Dan bersyukur pula banyak orang-orang disini yang selalu memberi energi positif di kala sedang jenuh dan capek. Mama, papa, teman-teman satu kos, teman-teman kantor, saudari-saudariku di lingkaran cahaya. Sungguh energi postif dari mereka ini menguatkan saya untuk tetap bertahan. 

Tapi... masih menyimpan satu keinginan sih, untuk suatu saat nanti kembali ke daerah. Mungkin setelah bekal dari sini sudah cukup, pengen hidup tenang di daerah saja. Wallahu a'lam..seperti apa nantinya, kalo pun toh akhirnya harus menajadi warga Jakarta ya disyukuri juga. Bukan masalah dimana saya berada, tapi sebesar apa yang bisa saya berikan, dan tentunya dengan siapa saya akan menikmatinya nanti..^^