Minggu, 26 Juni 2011

Ketika jenuh itu menghampiri..


Belakangan ini, entah kena apa, tiba-tiba jadi merasa ingin untuk keluar dari Jakarta..oke, jadi ceritanya nih, dulu memang sangat ingin dapat penempatan di Jakarta saja, settle disini, ga usah pindah-pindah. Dan bersyukur sekali ketika Allah mengabulkan keinginan itu. Dapat penempatan di Jakarta, yang kantornya ,memang cuma satu itu, jadi ga perlu pindah-pindah. Tapi..setelah satu setengah tahun kerja disini, orientasi saya jadi sedikit berubah..

Yaah, gimana tidak.. setiap hari harus berkejaran dengan waktu supaya tidak terlambat absen. Jarak kos dan kantor yang sebenarnya tidak jauh, harus dilalui dengan merayap. karena jalan yang sangat padat, belum di stasiun Senen itu kalo ga beruntung bisa berhenti disitu. Klakson kendaraan yang selalu berbunyi. Polusi udara yang sudah mencapai tingkat parah.Kerja yang kadang harus overtime. Dan sekarang ditambah jadwal kuliah hampir setiap hari. Yang otomatis membuat saya selalu pulang malam.Yaah, kadang merasa capek dan jenuh dengan rutinitas yang seperti ini.

Tapi..biar kadang jenuh itu ada, tapi sungguh saya bahagia dalam kondisi saya sekarang. Saya tahu banyak orang-orang yang begitu menginginkan posisi saya ini. Hidup di kota besar, bekerja dengan gaji yang cukup, masih bisa melanjutkan kuliah..Dan bagi sebagian orang, akan berpikir pula karier disini cukup menjanjikan. Kurang disyukuri seperti apa..

Satu hal yang bisa membuat saya belajar adalah jika bisa menyikapinya, hidup di Jakarta membuat orang menjadi bijak. Bijak mengatur waktu..Macet di Jakarta sudah tidak bisa dikeluhkan lagi. Sepertinya akan semakin dan semakin macet. Itu kenapa harus bijak mengatur waktu, kantor masuk jam 07.30, walaupun kantor dekat, tapi kalo berangkatnya mepet sekali, ya bakal telat. Yang utama adalah bijak juga mengatur waktu bepergian supaya tetap bisa solat pada waktunya. Kalo tidak seperti itu, bisa jadi waktu solat lewat hanya karena terjebak macet di jalan.

Bijak juga mengatur uang. Hidup di kota besar itu apa-apa mahal dan butuh uang. Ga seperti hidup di daerah. Gaji sebagai kuli negara itu ga banyak, tapi kalo di manage dengan baik, insya Allah cukup. 

Bijak mengatur gaya hidup. Ini nih yang paling penting tapi belum bisa dilakukan. Bagaimanapun juga, hidup disini menuntut stamina tinggi. Makanya perlu makan yang teratur, bergizi, dan olaharga cukup. Idealnya seperti itu. Tapi dasar saya, dengan alasan menjadi anak kos, mang rada susah kalo harus cari makanan yang sehat. Sebelum kuliah, masih sempet sih masak sendiri, tapi sekarang udah capek duluan mau masak. Paling akhirnya sering beli gado-gado tuh yang banyak sayurnya, dan ga terlalu berminyak. Tapi itu pun kalo masih niat buat makan. Ini nih penyakit sering males makan.Kalo olahraga, ini juga. dasarnya saya ga doyan olahraga, jadi males-malesan kalo diajakin. baiklaah, tapi tampaknya memang harus mulai gaya hidup sehat.

Bijak ketika harus berempati. Kota ini, bagai dua sisi mata pedang. Di satu sisi menawarkan kemewahan, di sisi lain sangat banyak orang yang berada di bawah kemiskinan. Sungguh sangat kontras. Dan pemandangan seperti itu harus saya lihat setiap hari. Kalo boleh jujur, kadang seperti itu menjadi treatment spaling ampuh untuk saya. Ketika kesibukan mulai melalaikan dari kewajiban-kewajiban kepada Rabb saya, ketika kesibukan juga membuat hati saya semakin terlena dengan kehidupan dunia, kettika mulai banyak mengeluh, itu saat dimana saya harus banyak melihat ke bawah. berempatilah bersama mereka-mereka itu. 

Yup, akhirnya jika bisa menyikapinya Allah sedang mempersiapkan diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih kuat. Membayangkan kalo tetap hidup di Magelang, saya yakin tidak akan bisa sekuat sekarang ini.Dan bersyukur pula banyak orang-orang disini yang selalu memberi energi positif di kala sedang jenuh dan capek. Mama, papa, teman-teman satu kos, teman-teman kantor, saudari-saudariku di lingkaran cahaya. Sungguh energi postif dari mereka ini menguatkan saya untuk tetap bertahan. 

Tapi... masih menyimpan satu keinginan sih, untuk suatu saat nanti kembali ke daerah. Mungkin setelah bekal dari sini sudah cukup, pengen hidup tenang di daerah saja. Wallahu a'lam..seperti apa nantinya, kalo pun toh akhirnya harus menajadi warga Jakarta ya disyukuri juga. Bukan masalah dimana saya berada, tapi sebesar apa yang bisa saya berikan, dan tentunya dengan siapa saya akan menikmatinya nanti..^^

6 komentar:

  1. bagaimana pun kota ini "indah". dan mari kita bersyukur karena banyak yang harus disyukuri dan banyak orang jg pingin merasakan kota ini.
    cemungudh........

    BalasHapus
  2. iya kakak cemungudh...tpkenapa indahnay diberi tanda kutip,,? :p

    BalasHapus
  3. keindahan yang beraneka, termasuk yg terlihat tidak indah namun sejatinya indah untuk memberikan makna

    BalasHapus
  4. bahasamu tinggi sekali kakak.. :)
    bahasa bersayap..yang bisa memiliki banyak interpretasi..^^v

    BalasHapus
  5. tidak tinggi kakak, hanya ungkapan hati og

    BalasHapus

tinggalkan jejakmu disini ^^