Selasa, 16 September 2014

Sedikit tentang Pomalaa

Dua tahun lalu, ketika saya mengabarkan berita gembira kepada khalayak bahwa saya akan menikah, reaksi oang bermacam-macam. Paling banyak, saya langsung diserang dengan pertanyaan bertubi-tubi. Mulai dari nikah sama siapa? kenal dimana..? Kerja dimana..? Asal darimana..? daan seterusnya.. Pertanyaannya mirip-mirip sih..Tapi berhubung saya lagi berbahagia (ceilah..), saya jawab satu per satu pertanyaan teman-teman itu. Satu pertanyaan yang jadinya meembet kemana-mana adalah pertanyaan calon suami saya itu asalnya darimana. saat itu tentu saya jawab, suami saya dari Sulawesi. Merembetlah pertanyaan dan pernyataan, mulai dari Sulawesinya dimana..Kok jauh banget..Wah, nanti mudiknya susah..daan seterusnya.. Waktu itu sih, saya juga ga kebayang Sulawesi kaya apa, kesana juga belum pernah. Jadi pertanyaan dan pernyataan itu paling cuma dijawab singkat, atau senyum aja atau bilang aja ga tau :D..Yaa mau gimana lagi, walaupun jauh disana, tapi setelah melewati perenungan panjang, saya memutuskan untuk tidak mempermasalahkan asal calon suami saya saat itu.

Alhamdulillah setelah kami menikah, berarti secara resmi pula Sulawesi menjadi kampung halaman kedua saya. Baiklah, saya menceritakan sedikit tentang kampung halaman kedua saya itu. Namanya Pomalaa. Saya pertama kali tahu nama tempat ini dari cv yang suami saya beri ketika kami berta'aruf. Yang mana kalau saya tidak bertemu beliau, niscaya saya pun tidak akan tahu suatu tempat bernama Pomalaa ini. Pomalaa ini adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Mungkin karena Kecamatan ya, orang tidak banyak tahu nama Pomalaa. Tapi kalau nama Kolaka mungkin sebagian orang sudah pernah dengar (gegara ada pengacara kondang ibukota yang mencalonkan diri jadi bupati Kolaka). diantara Kecamatan lain di Kabupaten Kolaka, Pomalaa termasuk salah satu yang paling maju, terutama dari segi perekonomian. Pomalaa memiliki potensi alam berupa nikel. Disinilah tambang nikel terbesar di Indonesia. Tambang ini dikelola oleh PT. Antam Tbk. Berkat adanya PT Antam Tbk. ini jugalah infrastruktur di Pomalaa dapat dikatakan relatif lebih baik dibanding Kecamatan lain sehingga banyak juga pendatang di Pomalaa.

Berbicara tentang Sulawesi, selalu identik dengan laut. Begitu pula dengan Pomalaa, daerah ini terletak di tepi laut. rumah mertua saya, hanya sekitar 200 m dari garis pantai. Sayangnya pantai paling dekat dengan rumah itu menjadi perkampungan nelayan. Jadi jangan dibayangkan kalo pantainya itu bersih, berpasir putih, banyak pohon kelapa..hehe..karena kenyataanya begiitu jauh. Disana tidak ada pantai berpasir putih,yang ada pantai dengan kerikil-kerikil kecil. Sebenarnya bukan kerikil juga sih, tapi itu adalah limbah dari pengolahan nikel. jadi limbah dari pengolahan nikel dibuang di sepanjang garis pantai. Limbah tersebut semakin lama semakin banyak hingga akhirnya menjadi timbunan yang menutupi laut. Jadi tidak heran jika wilayah Pomalaa sendiri semakin lama semakin luas karena timbunan limbah nikel tersebut menjadi daratan lagi. Garis pantai semakin menjauh. Jadi dulu waktu suami saya kecil, jarak rumah dan pantai itu tidak sejauh sekarang tapi karena daratannya semakin luas, jarak pantai dan rumah jadi semakin jauh juga. Ada cerita menarik terkait limbah nikel ini. Konon di Jepang ada pulau buatan bernama Pomalaa. Hal ini disebabkan dulu tanah dari Pomalaa banyak diekspor ke Jepang. tentunya setelah di Jepang tanah tersebut diolah untuk diambil nikelnya. Nah sisa limbah itu lama menjadi pulau sendiri sehingga dinamakan Pomalaa. entah benar atau tidak cerita itu, soalnya setelah saya searching di Google, tidak ada nama pulau Pomalaa di Jepang :D.

Walaupun pantainya tidak terlalu menarik untuk wisata, tetapi bagi saya berjalan-jalan di sekitar kampung tersebut tetap saja menyenangkan dan di mata saya tetap terlihat unik. Salah satu uniknya adalah masih banyak terdapat rumah adat Bugis. Rumah adat Bugis adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu dengan atap yang sangat rendah. Dibuat rumah panggung karena memang dekat dengan laut. Hal tersebut untuk mengantisipasi saat ait laut pasang. Namun seperti yang saya sampaikan sebelumnya, garis pantai semakin jauh, jadi air pasang sudah tidak sampai ke rumah-rumah Bugis ini. Jadilah bagian bawah rumah itu sekarang difungsikan menjadi gudang, tempat parkir, ataupun ruang tambahan rumah. 

Berjalan sedikit dari perkampungan tadi, tentu saja laut :D. Kata suami saya, kalau air laut sedang surut, biasnaya bisa menangkap kepiting, cari bintang laut atau hewan laut lainnya. Secara saya kan pernah liat negituan, pengen juga dong yaa :D. Sayangnya pas datang kesana pagi-pagi, air laut belum terlalu surut. Air surut menjelang tengah hari, yang mana tentunya saya ga akan diijinkan pergi ke laut. Panas bangeeet, kasian juga Nadya kan,,Jadi yasudahlah, lain waktu semoga masih ada kesempatan buat bisa main-main di laut, cari kepiting dan lain-lain.. :))

Jika di dekat rumah mertua bukanlah pantai untuk wisata, bergeser sedikit di garis pantai yang sama, terdapat pantai yang memang dikhususkan untuk wisata, namanya Pantai Harapan. Jaraknya sekitar 10 menit naik mobil. Pantai ini merupakan salah satu tempat pariwisata murah meriah di Pomalaa. Masuknya sama sekali tidak bayar. Motor dan mobil bisa masuk sampai dalam, dan parkir dimanapun suka :D. walaupun tempat pariwisata, tapi menurut saya sih belum dikelola dengan baik. Mungkin karena sebenernya kalo mau ke pantai dimana-dimana juga pantai kan, cuma ya pantai Harapan itu yang dikukuhkan sebagai tempat pariwisata. Dan namanya tempat pariwisata, setelah lebaran ya ramai aja.Hal yang menarik di pantai Harapan ini adalah terdapat dua buah kolam buatan yang besar (kolam atau empang ya). Kolam itu terisi air laut. di kolam itulah orang-orang ramai berenang. jadi berenangnya tidak langsung di laut, tapi di kolam itu. kalau di lautnya sendiri malah ga ada orang yang berenang, ga tau juga kenapa. Mungkin batasnya langsung laut kali ya, ga ada pantai atau laut yang dangkal.

Yang banyak orangnya ini, adalah kolam tempat pengunjung mandi
di belakangnya, baru laut

Nadya hepi dibawa ke pantai ^^


Tentang kuliner. Namanya di tepi laut, seafood jadi makanan utama. Tentu saja tidak sulit mencari seafood segar. dan karena bapak mertua saya adalah penggemar ikan, setiap hari di meja makan pasti tersedia ikan. Ikan segar tentunya. Saya icip-icip dong.. Dan ternyata enak.. :D  Yang kenal saya pasti tau,saya geli makan ikan. Jadinya makan ikannya minta disuwirin dulu. Tapi rasa ikan segar itu memang enak. Nadya aja doyan makan ikan ^^. Sayangnya, Pomalaa ini memang bukan tempat wisata, jadi jangan berharap menemui restoran seafood di pinggir pantai. Karena tidak ada sama sekali. Kalau mau makan ikan di pinggir pantai, boleh juga sih datang ke pantai Harapan, bawa ikan sendiri, bawa tungku sendiri, terus bakar-bakar deh :D. 

Tentang Pomalaa yang lain. Saya belum bisa cerita yang lain-lain. Soalnya saya juga baru dua kali kesini. Pertama pas nikah, kedua pas Lebaran kemarin. Oh ya, ini yang paling penting yang harus saya ceritakan, yaitu bagaimana cara menuju Pomalaa :) Walaupun Pomalaa ini nampaknya terletak nun jauh disana, tapi disini ada bandara lo..Iya, sekali lagi saya katakan, disini ada Bandara. Namanya Bandara Sangia Ni Bandera. Harus di bold biar jelas. Habisnya teman-teman kadang ngeledek harus naik sampan sampai Pomalaa (saking nama tempat ini ga pernah kedengeran sama mereka) :'(. Memang hanya bandara kecil. Tapi lumayanlaaah :D. Bulan November tahun lalu, Bandara ini mengalami kebakaran. Untuk sementara, bangunan yang semula menjadi tempat mobil pemadam kebaran dialihfungsikan menjadi bandara darurat.

Gedung lama Bandara Sangia Ni Bandera sebelum terbakar
pict from here


Rute penerbangannya adalah sebagai berikut: dari Jakarta-Makassar- Pomalaa. Jakarta-Makassar terbang sekitar 2 jam kurang dikit. Terus transit, Makassar-Pomalaa sekitar 45 menit. Untuk rute ini memang baru satu maskapai penerbangan yang masuk, yaitu Lion Air. Ini pun untuk penerbangan Makassar-Pomalaa ganti Wings Air, yang kapasitas kursinya adalah 70 kursi. Ini juga perlu saya sampaikan, habisnya bayangan orang-orang pesawat sampai Pomalaa itu pesawat keciiil, yang isinya cuma 5 orang TT. Oh ya, menurut informasi, Setelah Lebaran, Garuda juga akan menambah rute sampai Pomalaa. Sayangnya, rute tersebut dibuka beberapa hari setelah kami pulang. Padahal tadinya ngarep, siapa tau tiketnya bisa lebih murah. Masih promo gitu :D

Selain rute tersebut, untuk menuju Pomalaa bisa juga turun di Kendari. Cuma ya dari Kendari masih harus melanjutkan perjalanan darat selama kurleb 4 jam. Lebaran kemarin, kami berkesempatan menikmatai perjalanan Kendari-Pomalaa. Kebetulan jalan yang dipilih adalah jalan potong, yang katanya menghemat 60 km dibanding lewat kota Kendari. Namanya juga jalan potong, jadi jalannya belum bagus. Perjalanan 4 jam itu goyang-goyang dan berliku-liku. Lumayan, kalo mau ngosongin isi perut ^^v. Dan karena itu saya memilih untuk tidak melewati jalan itu lagi :). 

Alternatif lain, bisa juga sih naik kapal laut dari Jakarta. Jelas itu memakan waktu beberapa hari. Untuk alternatif ini, setidaknya sampai saat ini, saya benar-benar belum pengen nyoba :D 

Begitulah, sedikit cerita saya tentang kampung halaman kedua saya ini. Insya Alloh lain waktu, jika saya pulang lagi akan ada cerita lain tentang Pomalaa :)
 


12 komentar:

  1. Klo dari pomalaa ke ibukota kabupaten brp km ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berapa km nya saya ga tau..:)
      Perjalanan naik mobil 30-45 menitan..

      Hapus
  2. Katanya ada bandara baru Sangia, itu dekat sama pomala?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barunya sih udah beberapa tahun lalu juga..Itu dekat dari Pomalaa..Perjalanan naik mobil sekitar 1/2 jam

      Hapus
    2. Bandara lama yang di perbaharui ..

      Hapus
  3. klo dari bandara sangia ni bandera ke pomalaa ada transportasi apa aj y?mksh

    BalasHapus
  4. maaf saya numpang nulis....banyak Mobil rental kok, yang bisa antar jemput dari dan ke bandara sangia nibandera.....dan sekedar info, ruang tunggu bandaranya nya sudah bagus...baru beberapa bulan lalu di resmikan....untuk lebih lengkapnya coba browsing di google...destinasi wisata juga banyak kok....

    BalasHapus
  5. Pomalaa, setahun lalu, saya berkunjung ke Pomalaa karena ada tugas dari kantor. awalnya terbayang Pomalaa dan Kolaka itu sebuah daerah tertinggal?belum maju, Tapi saat pesawat mendarat di Bandara Pomalaa pikiran brubah. Pomalaa suatu daerah yang lumayan untuk dikunjungi. Saya dijemput seorang teman.Selama perjalanan kami melewati jalan yang kondisinya kurang bagus. tapi tidak masalah. kiri kanan pepohonan dan beberapa rumah tinggal.dan melewati ANTAM. Akhirnya kami sampai tujuan. Tempat yang damai dengan penduduk yang ramah, sorenya kami jalan ke Kolaka yang merupakan salah satu kabupaten di Prop. Sultra. dalam perjalanan melewati pantai yang lumayan ramai. kami makan di tepi pantai yang cukup romanis. karena waktu yang terbatas kami tidak sempat ke tempat wisata. tapi walau hanya 2 mLm di Pomalaa ada kesan yang sangat mendalam. Pingin lagi ke Pomalaa/Kolaka. Semoga.

    BalasHapus
  6. d banding daerah lain tambang d sulawesi..pomalaa masih tertinggal..limbah sprti yg anda tuliskan yg d buang kelaut sehingga menjadi daratan,tentu sangatlah berbahaya..

    BalasHapus
  7. kalau foto corong penigalan belanda masi ada kah di kolaka rencana mo penelitia
    by mamun

    BalasHapus
  8. Klo dari bandar udara sangia ni bandera ke pomala naik apa bu? Trs ongkosnya brp?? Kira2 jauh ga ya ke PT. ANTAM?

    BalasHapus

tinggalkan jejakmu disini ^^