Mama saya adalah seorang pekerja di ranah publik. Sedari kecil, setiap pagi saya sudah merasakan dan terlibat dalam rutinitas pagi sebelum mama berangkat ke kantor dan saya berangkat sekolah. Mama pernah cerita, dulu sebelum saya sekolah, mama sudah pastikan kami -saya dan adik, sudah mandi dan sarapan pagi sebelum mama berangkat ke kantor. Belum sepenuhnya kami melakukan smeua sendiri sih, karena setiap pagi ada mama dan pengasuh yang mandiin dan nyuapin makan. Sejujurnya memang saya bisa dibilang telat mandiri waktu itu.
Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama (hmm...ga pas sebenernya bilang kesalahan ya, karena setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, terlepas ada kekurangan atau ketidaktahuan metode pendidikan), saya belajar untuk mengajari anak-anak saya kemandirian dari usia dini. Saya sangat menyadari sebagai ibu yang bekerja di ranah publik, saya tidak bisa 24 jam hadir dalam kehidupan anak saya, implikasinya adalah saya ingin anak-anak dapat mengurus dirinya sendiri, terutama ketika saya tidak ada dan tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka.
Anak pertama saya, Nadya (6 tahun, 11 bulan), menurut saya di usianya sudah cukup mandiri. dia sudah tuntas dengan dirinya, peka terhadap lingkungan, dan memiliki empati terhadap lingkungan. Sejauh ini, saya merasa cukup 'berhasil' melatih kemandiriannya. Tentunya ke depannya masih harus dilatih dan meningkatkan skill kemandirian lain sesuai tingkatan umurnya.
Beda anak, beda treatment, beda hasilnya. Masih menjadi PR besar bagi saya untuk melatih kemandirian anak kedua saya, Umar (2 tahun 10 bulan). Jika di usia yang sama, si kakak sudah memperlihatkan kemandiriannya, si adek malah belum mandiri sama sekali. Barangkali karena saat ini jadi anak bungsu, setiap orang di rumah termasuk kakaknya ikut mengurus dan membantu hampir semua kebutuhannya. Faktor lainnya adalah masalah komunikasi. Adek ini belum dapat menerima komunikasi dengan baik. Bahasa jawanya, masih sak karepe dewe. Di zona kedua ini, saya akan melatih kemandirian Umar. dimulai dari rutinitas paginya. Karena beberapa bulan ini masih wfh-sfh, tentunya rutinitas pagi dan treatmentnya jadi agak seidkit berbeda dengan kehidupan normal. Rutinitas pagi yang akan saya latih adalah sebagai berikut:
- bangun tidur => bangun sendiri, tidak nangis
- minum susu => minta dibuatkan susu dan minum susu sendiri
- mandi pagi => mandi, tidak pakai drama
- sarapan
Hari ini, seperti biasa Umar sudah bangun tidur tanpa nangis. Cukup dipeluk saja, terus minta ke dapur, minta dibuatkan susu. Biasanya saya ga akan menawarkan susu, tapi menunggu Umar minta sendiri. Minum susu sifatnya opsional sebenernya, Umar berhak meminta atau tidak minum susu pagi hari. Rutinitas selanjutnya adalah mandi pagi. Bagian paling susah adalah diminta mandi. di jam ini, biasanya saya sudah mulai bekerja, jadi Umar sudah dipegang pengasuhnya. Membujuk Umar mandi kadang butuh extra effort bagi pengasuhnya. Pagi ini, Umar yang sudah buka baju, lari dari kamar mandi menangis ke arah saya minta dipakaikan lagi bajunya. Alih-alih menyuruhnya masuk lagi ke kamar mandi, saya tanya ke Umar, "Adek, habis ini adek mau pakai baju apa? kita pilih baju dulu yuk". Kemudian Umar memilih baju yang akan dipakainya. Selanjutnya dia dengan hati lapang mau diajak ke kamar mandi untuk mandi. Urusan mandi beres, Alhamdulillah sarapan juga kelar karena hati sudah riang.
Mengajari mandiri tanpa dimulai dengan komunikasi produktif menjadi tidak efektif. Tantangannya adalah kit aharus terbiasa dulu untuk berkomunikasi produktif agar dapat melatih kemandirian anak dengan baik. Alhamdulillah, hari ini saya merasa cukup berhasil, Umar juga jadi bersemangat dengan rutinitas paginya. Rencana besok saya masih melatih kemandirian untuk rutinitas paginya, fokus pada minum dan makan sendiri.
#harike 1
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
0 komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejakmu disini ^^