Jumat, 04 November 2011

Happy Working

Belakangan ini ada hal yang membuat saya galau berpikir (eh, galau pertanda hati sedang tak sehat ya). Iya nih, saya memang lagi banyak merasa bersalah. Dalam tulisan terdahulu saya, saya pernah menulis tentang bagian tersulit dari bekerja. Ah ya, selama hampir dua tahun ini sudah terbukti. Iya, pekerjaan saya ini masih jauh lebih mudah dihadapi daripda mengahdi orang-orang yang berada di sekitarnya. Yang salah jelas bukan orang-orang tersebut, tapi saya yang tidak bisa menghadapinya. Ya, saya katakan saya telah kalah..

gambar disini


Dalam perbincangan di beberapa forum, saya menemui bahwa teman-teman saya mengalami hal yang hampir serupa. Dalam hampir setiap sesi sharing kami, kebanyakan yang mereka keluhkan, saya juga sih, adalah  bagaimana berhadapan dengan human nya, bisa dengan rekan kerjanya, bisa dengan atasannya, atau dengan orang-orang lain yang berhubungan dengan pekerjaanya. (Bisa dibilang ghibah ga ya, sharing macam begini..) Tapi paling tidak dengan bercerita saya jadi tau keadaan di tempat lain seperti apa, dan terkadang bisa dapat solusi atas apa yang saya hadapi (Ya Allah, maafkan saya, jika pernyataan ini adalah pembenaran dari kesalahan saya). selain itu saya jadi tahu bagaiman masing-masing teman saya itu mengahdapi permasalahan human di kantor mereka masing-masing.

Yang jelas sih, saya katakan kalo saya masih harus banyak belajar untuk ini. Saya yang masih sering emosi dan ngambek, sepertinay harus pelan-pelan diubah. Bagaimanapun juga, kenyamanan itu dimulainya dari kita sendiri ya. Percuma deh, saat ini ga nyaman dengan suasana kerja, minta dipindah ke tempat lain, tapi kalo saya nya sendiri tidak merubahnya, ya ga akan pernah ketemu nyaman dalam bekerja. sepertinya poin masalahnya adalah disitu. 

Saya sempat takjub nih dengan seorang teman saya. Dia cerita kalo dia sedikit banyak ding bermasalah dengan atasannya. Kalo saya amati sih memang si atasan ini memang sedikit banyak juga sih di luar kewajaran kalo memberi perintah (cerita bagian ininya off the record aja). Walaupun ga satu kantor sih, dan ceritanya subjektif sekali, tapi saya mengambil kesimpulan nya di luar kewajaran deh. Bagian yang mebuat say takjub dan terharu adalah ketika teman saya itu mengatakan statement (dengan edit seperlunya) seperti ini

aku lg diberi hukum karma, karna biyen, aku skolah + kuliah cengengesan, gak srius, jd saiki kerjo hrs srius, dgn keadaan begini, aku ga  iso cengengesanaku postive thinking, aku lg diuji dg beban kerja yg "mungkin " lebih berat dr yg laen, karna Allah ingin menyiapkan aku untuk duduk di posisi pempimpin

Terharu banget teman saya itu bisa bilang seperti itu. Selalu ada cara Allah untuk mengajarkan hambaNya( takjubnya bener-bener ga nyangka teman saya ini bsia bicara seperti itu). Dan selalu yang diberikan Allah itu yang terbaik untuk kita. Ketika kita bermasalah dengan atasan, bisa jadi Allah sedang mengajarkan kita (atau mungkin mempersiapkan kita) untuk bisa kelak menjadi atasan yang baik. Ketika kita sedang bermasalah dengan rekan kerja, Allah sedang memberikan pelajaran tentang habluminannas, bagaimana bermuamalah dengan baik, termasuk sebagai bawahan adalah menjalankan muamalah dengan baik kepada atasannya (kalo yang ini, saya masih sangat sangat harus belajar. Maaf ya bapak-bapak bos, kalo saya masih sangat sering jutek dan bersikap tidak baik). sudah banyak yang tau teori muamalah yang baik, tapi sedikit yang bsia mempraktikannya (sepertinya saya masih masuk dalam bagian yang banyak itu, semoga Allah memberi kemudahan untuk menjadikan saya bagian yang sedikit itu). Kuncinya adalah positive thingking, khusnudzon kepada Allah..Selain itu juga menyadari bahwa segala yang kita temui itu kembali pada refleksi atas sabar dan syukur.

Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)

Eh, ingat hadits ini, ingat lagi dengan seorang teman yang punya jargon "sing sabar". Setiap dia bicara, paa ujung kalimat hampir selalu ditambahi "sing sabar" Pada praktiknya, teman tersebut memang menjadi seorang yang sabar menghadapi apapun (sejauh pengamatan saya sih). Segala sesuatu ditanggapi dengan senyum (aih, kapan coba saya bisa kaya gini). Kata teman saya itu, dia mendengungkan jargon tersebut sebagai implikasi dari surat Al Ashr (monggo dibuka mushafnya), dan juga agar bisa disebarkan ke orang-orang sekitarnya mengingat beban kerja di kantor membuat orang stres dan kurang bersabar (kaya saya kali ya :D ). Cara seperti itu cukup efektif juga, paling tidak orang-orang di sekitarnya jadi selalu inget untuk selalu bersabar, terutama ketika stres dan emosi melanda.

Ada juga solusi lain selain sabar. Dari majalah Tarbawi (edisinya lupa kapan) mengenai orang-orang yang namanya lupa tersebut dalam doa kita. Disitu ditulis bahwa doa merupakan kunci dan kekuatan Rasul dan para sahabatnya. Dan merupakan kebiasaan para sahabat untuk mendoakan kebaikan bagi sahabat yang lain. Fenomena sekarang ini, seringkali kita lupa mendoakan orang-orang di sekitar kita. Jangankan pemimpin kita, orang-orang dekat kita seperti sahabat, teman kos, teman kantor kadang terlupa disebut dalam doa. Untuk pemimpin sendiri, dalam majalah itu dibahasa, bagaiman seorang rakyat hendaknya mendoakan kebaikan bagi pemimpinnya karena di tangan pemimpin inilah kesejahteraan rakyat berada. Bisa jadi kegagalan para pemimpin disebabkan karena rakyatnya kurang mendoakan pemimpinnya. dan bahwa Allah akan memberikan pemimpim paa suatu kaum sesui dengankaum itu. Jadi ga ada salahnya dari sekrang mulai mendoakan para pemimpin kita baik yang di level atas sana (baca; pemimpin negara), maupun pemimpin kita disini. Mendoakan juga temen-teman kita dan orang -orang yang berhubunagn dengan kita supaya berkah dan keberkahannya dapat dirasakan bersama.

Kesimpulannya masih banyak pe er saya, yang paling utama adalah mengelola emosi saya. Selain itu, pe er juga mencari barang-barang lain berwarna pink dan ungu untuk ditaruh di meja kerja (ga penting banget sih). Ini penting kok, warna kesukaan itu bisa membuat mood membaik :D. 

Klo dipikir-pikir, kantor itu tempat kuliah psikologi gratis. dibayar pula. Kantor juga jadi laboratorium muamalah. Tempat praktik muamalah dengan orang lain. Saya sudah memutuskan untuk bekerja. Bonusnya adalah dapat kuliah psikologi, langsung praktik pula. Jadi..nikmati sajaaa.... (sambil berdoa dan berharap semoga Allah memudahkan diriku untuk belajar disini..amiin..allhumma amiin..)

Love my Work
gambar disini

0 komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejakmu disini ^^