Minggu, 02 Agustus 2020

Building My Best Sand Castle

Bismillahhirrohmaanirrohiim..

Membuka kembali rumah yang sudah berdebu, penuh sarang laba-laba.. Postingan terakhir saya adalah tugas matrikulasi IIP 2 tahun yang lalu, tentang menjadi saya yang profesional. Setelah berjalan 2 tahun apakah saya sudah menjadi profesional seperti yang saya harapkan waktu itu? Hmm..senampaknya tidak, atau belum.. Matrikulasi IIP sepertinya belum membuat saya menemukan saya yang sesungguhnya.. Waktu itu saya bertanya kepada fasilitator saya, kenapa saya belum menemukan saya, masih belum menemukan apa yang ingin saya lakukan dan ingin capai di univeristas kehidupan ini. Jawabannya beliau singkat, "lakukan saja, kerjakan saja dulu, seiring waktu berjalan, pemahaman akan semakin bertambah". 

Setelah lulus matrikulasi, Qodarullah saya belum bisa langsung lanjut ke kelas Bunda Sayang. Proses belajar di IIP sempat terhenti selama 2 tahun. Dan selama 2 tahun itu, saya selow menjalani dan mencari pemahaman tentang apa yang yang akan saya lakukan, apa yang ingin saya capai, untuk tujuan apa saya dilahirkan, bagaimana saya bisa berkontribusi. Dalam perjalannya, ga semudah itu mencari. Ada masa setelah matrikulasi,  banyak ilmu dan pencerahan yang saya dapat, berimplikasi pada banyak yang ingin dikerjakan, banyak yang ingin saya capai sehingga saya menetapkan target-target normatif yang pada akhirnya tetap sulit untuk dikerjakan. Pada akhirnya saya mengatakan pada diri saya, matrikulasi saya belum tuntas. Tapi saya tidak dapat berputar kembali ke titik nol atau bahkan minus, karena pilihan saya adalah maju ke depan., Walaupun dalam perjalannya, saya akan banyak berhenti, saya akan menentukan arah kembali, tapi tidak ada pilihan untuk kembali..

Juli lalu, pendaftaran kelas Bunda Sayang kembali dibuka. Alhamdulilah kali ini saya keangkut masuk. Saya percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena ada yang mengatur, dan  bagiNya ini waktu yang tepat bagi saya untuk memulai kelas Bunda Sayang. Kelas Bunda Sayang dimulai dengan kelas pra Bunda Sayang. Acaranya dikemas menarik seolah-olah peserta sedang tour di Pulau Cahaya Bunda Sayang. Ada 4 wahana selama tour ini berlangsung, yaitu wahana istana pasir, wahana surfing, wahana wake boarding, dan wahana diving. Setiap wahana akan berisi 2 materi dan 1 game. Kali ini saya sedang berada di wahana pertama, yaitu wahana istana pasir dengan game nya adalah membuat istana pasir. Disini peserta diminta untuk membangun istana pasir versi terbaik dari diri kita. Cluenya adalah peta diri, cari makna ibu profesional bagi kita.


source: kindpng.com

Bagi saya yang masih meraba-raba, jelas bingung. hahah..Tapi kembali pada poin, bahwa saya harus bergerak maju- lakukan saja, maka saya harus mulai membuat istana pasir ini dari pertanyaan, 'mengapa saya harus mengikuti perkuliahan di IIP'. Sejujurnya saya merasa skeptis sendiri ketika menjawab, saya ingin menjadi ibu profesional, ibu yang dibanggakan keluarga, menjadi istri terbaik dan menjadi pribadi yang bermanfaat. Dua tahun sejak selesai matrikulasi ini, saya merasa alasan saya menikuti perkuliah di IIP semata-mata bukan hanya untuk mencapai tujuan tersebut. Saya memahami ketika awal bergabung dengan IIP, senampaknya hanya pelarian atas kebosanan menjalani rutinitas pekerjaan. Saya merasa waktu itu, saya butuh mencari kegiatan lain. Selain itu, mungkin juga ada secuil riya' dalam diri saya, yang menginginkan pengakuan dari orang lain bahwa 'saya loh walaupun kerja di ranah publik, tapi saya tetap profesional di rumah'. Barangkali niat dan pencitraan seperti ini yang membuat matrikulasi saya tidak mendapat hasil sebagaimana diharapkan. Dan saat ini, ketika memulai kelas Bunda Sayang, saya berharap tidak akan mengulanginya lagi. 

Belakangan ini, ada pertanyaan yang cukup mengganggu buat saya, apalagi sejak pandemi bulan Mei lalu, saya mulai bekerja dari rumah. Tidak pernah kepikiran sebelumnya, bisa kerja dari rumah seperti ini. Rasanya seperti, barangkali ini jawaban dari doa dan keinginan untuk selalu membersamai anak-anak di rumah. Awalnya menyenangkan, tapi lama kelamaan, saya bisa bilang ini ga mudah, membagi beberapa fokus dalam 1 waktu. Bisanya ketika jam kantor, saya fokus dengan kantor, di rumah saya fokus dengan pekerjaan rumah. Kali ini, ketika di rumah saya harus fokus dengan pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah. hasilnya, seringkali pekerjaan rumah terbengkalai, apalagi membersamai anak-anak. Pekerjaan kantor yang terkadang menyita waktu, membuat anak-anak terkadang harus mengalah demi agar saya dapat menyelesaikan pekerjaan kantor dengan tepat waktu. Sejujurnya, saya ga ingin ada stigma, di rumah = berlibur. Karenanya saya cukup ketat memberlakukan jam kerja saya, sesuatu yang akhirnya dikeluhkan suami saya. Karena bagaimanapun juga, bekerja dari rumah itu akan berbeda dengan bekerja di kantor. Harus ada hal-hal yang dikompromikan, misalnya anak minta dikelonin tidur siang. saya harus ngalah, ngelonin dulu baru melanjutkan kerja. Pertanyaan yang muncul, kalau saya bisa mengusahakan profesional di ranah publik, kenapa justru sulit mengaplikasikan keprofesionalan di ranah domestik. Ketika setiap hari saya punya target pekerjaan kantor yang harus diselesaikan dengan tepat waktu dan sempurna, kenapa justru di ranah domestik saya terkesan asal memasang target.

Pertanyaan tersebut akan menjadi pondasi dalam istana pasir saya. saya juga sudah menyiapkan fasilitas untuk membangun istana pasir saya, yaitu waktu, mental, fisik, hati..menjadi istana seperti apa istana pasir saya, sejujurnya saat ini saya juga belum tahu. Waktu akan memberikan saya pemahaman lebih dalam dan lebih banyak dalam membangun istana pasir saya. Walaupun secara gambaran besar, saya tahu, goalnya adalah membuat saya menjadi profesional baik di ranah domestik maupun ranah publik. Bagi saya, ibu profesional adalah ibu yang dapat menjalankan profesionalisme dan peran terbaiknya,baik di ranah publik, maupun ranah domestik dengan bahagia, tanpa membuat salah satunya tersisihkan, Kedua peran dapat berjalan beriringan dengan baik. IIP akan menjadi wadah saya untuk bermetamorfosis, membenahi dan memperpaiki apa yang sudah saya lakukan, agar saya dapat hidup lebih baik dan lebih profesional. Selayaknya kepompong yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan selama menjadi kepompong, sebelum akhirnya menjadi kupu-kupu yang cantik..



"Ibu Profesional adalah ibu yang dapat menjalankan profesionalisme dan peran terbaiknya,baik di ranah publik, maupun ranah domestik dengan bahagia.."






0 komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejakmu disini ^^