Minggu, 01 Mei 2011

High Risk High Return

Ketika dihadapkan dalam sebuah pilihan, tentu tak mudah ketika memutuskan mana yang harus dipilih. Apalagi jika pilihan itu menyangkut keputusan besar yang cukup berpengaruh di masa yang akan datang. Baru-baru ini aku baru saja memutuskan sesuatu untuk hidupku. Keputusan untuk melanjutkan kuliah tahun ini.


Hmm..sepertinya tidak terlalu terlihat besar dan urgent ya. Toh, mau kuliah kan tinggal kuliah aja. Tapi sebagai seorang kuli negara yang hidup dibawah banyak peraturan, memutuskan untuk melanjutkan kuliah atau tidak, kapan melanjutkan kuliah akan berpengaruh terutama pada jenjang karier selanjutnya. Letak permasalahannya adalah ada sebuah wacana tentang peraturan menteri yang mengatur belajar atas inisiatif sendiri di kementerian kami. Singaktnya sih, dalam peraturan tersebut diatur bahwa belajar atas inisiatif sendiri baru diijinkan dua tahun setelah yang bersangkutan menjadi PNS. Mungkin perlu aku jelasin sedikit disini, belajar atas inisatif sendiri itu maksudnya adalah melanjutkan kuliah atas biaya sendiri. Untuk kuliah itu perlu untuk mendapat izin dari atasan dan acc dari bagian kepegawaian supaya setelah lulus dari perkuliahan yang bersangkutan dapat mengikuti semacam ujian penyesuaian agar pangkat dan golongan dapat disesuaikan dengan lulusan yang bersangkutan. Teknisnya seperti apa, aku sih tidak akan menceritakan disini. Yang jelas, berhubung tahun ini aku baru resmi jadi PNS, jadi belum diizinkan untuk melanjutkan kuliah. Kalopun ngotot ambil kuliah, kuliah itu nantinya tidak diakui dan tidak bisa diikutsertakan dalam ujian penyesuaian.

Okey, itu jelas berita buruk untukku. Soalnya tahun-tahun kemarin belum diberlakukan peraturan seperti itu.Dan jelas merubah planning dalam hidupku beberapa tahun ke depan. Kebimbangan dimulai. Antara tetep pengen kuliah dan tidak. Udah upaya pula buat konsultasi ke beberapa orang termasuk orang-orang dari Kepegawaian. Sebagian besar menyarankan untuk tidak kuliah dulu. Paling tidak menunggu sampai peraturan itu jelas akan seperti apa (fyuh..padahal peraturannya akan disahkan kapan juga belum jelas). Bisik-bisik dari sekeliling juga bilang, ngapain sih kuliah mahal-mahal kalo toh ijazahnya ga diakui, rugi kali. Ato udah sih, kuliah di tempat yang murah aja, yang penting lulus. Ga perlu lah kuliah di tempat mahal-mahal, toh ga ngaruh ke kenaikan pangkat juga (hmm..ya..sebenernya memang aku sendiri berencana untuk daftar di tempat kuliah yang katanya-emang sih-agak mahal). Yup, aku sangat menghargai pendapat-pendapat itu. Mereka memberi saran itu berarti mereka perhatian dan ga pengen aku susah. Tapi, kadang sifat ngeyelku pun bisa menang juga. Dan hanya butuh dikuatkan satu opini dari seorang kakak, "udah sih, kuliah ya kuliah aja. Insya Allah ga akan ada yang sia-sia". Akhirnya memutuskan untuk kuliah tahun ini di tempat yang konon katanya mahal itu. 

Ternyata, setelah itu masih ada ujian terakhir sebelum memuluskan langkah untuk kuliah. Ketika pendaftaran, tenryata diharuskan membayar penuh uang kuliah satu semester. Buat nyesek juga, soalnya dari informasi sebelumnya, uang semester itu bisa dicicil sampai lulus kuliah. Tapi kenyataan tidak seperti itu rupanya. Ujian lagi tampaknya untuk benar-benar menguji kesungguhanku buat kuliah.Sempet mikir tuh, udah bayar mahal gini, kalo sampe ga diakui gimana, Berarti besok mesti kuliah lagi kan ya..hmm.. Sudah seperti ini, kembalikan lagi pada niat awal kuliah, untuk apa. Hanya untuk mempercepat kenaikan pangkat, atau untuk pelarian mencari kesibukan, atau karena Allah semata. Aku memilih alasan yang ketiga (walaupun ga munafik juga, dua alasan sebelumnya juga ambil bagian dari alasanku cepat kuliah). Tapi insya Allah dengan niat semata karena Allah, semuanya akan menjadi lebih mudah.

Baiklaah, dalam bagian kehidupanku ini, aku telah banyak belajar. Pertama, belajar untuk mengambil keputusan penting. Masing-masing keputusan itu akan selalu memiliki risikonya masing-masing, keputusan apapun yang akan aku pilih. Termasuk keputusanku memilih kuliah tahun ini, risikonya adalah kuliah itu tidak diakui (dalam versiku hanya tidak diakui untuk ujian penyesuaian aja kok). Tapi aku rasa, aku tahu apa yang baik untuk hidupku, aku tahu apa yang sebenarnya ingin aku capai dalam hidupku. Kedua, aku belajar untuk bertangung jawab atas keputusan yang sudah diambil.Menurut aksioma pertama Manajemen Keuangan, High Risk High Return. Ketika kita berani mengambil risiko besar, maka imbal baliknya pun akan besar juga. Selalu percaya bahwa tidak ada yang sia-sia yang kita kerjakan, apalgi jika dilandasi niat karena Allah semata. Ketiga, aku belajar untuk tidak banyak mendengarkan opini orang. Bukan bermaksud menyalahkan opini tersebut, tapi terkadang opini itu tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya kita butuhkan. Kita yang lebih tau apa yang baik untuk kita karena kita sendiri yang menjalani hidup kita. Ga berarti selalu ngeyel dengan saran orang lain. Tapi ya ambil saja yang baik, dan tinggalkan yang tidak baik.. :) Aku hanya paham, bahwa saat ini Allah sedang memberi kelapangan dalam waktu dan kesempatan dan rizqi. Dan aku ga pernah tau apakah nikmat tersebut masih Allah berikan di tahun-tahun mendatang.

Di akhir tulisan ini, aku mau menutupnya dengan bacaan basmalaah (loh..!!). Yup, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang..Semoga Allah selalu memberikan keberkahan dan kemudahan dalam menuntut ilmu.. Amiin..Amiin ya Robbal 'alamin..

Satu harapan di masa yang akan datang..Semoga ilmu yang didapat berkah..dan ilmu tersebut bisa aku bagi ke orang-orang..

6 komentar:

  1. selamat berkuliah kembali ^^
    hosh hosh semangaaaattt hosh hosh

    BalasHapus
  2. terimaksih....^^
    hmm..tapi ada yang kurang..
    pas kuliah ga bisa ngrumpi via sms dengan kalian... :D

    BalasHapus
  3. Boleh kok nis, tp saranku ya, kalo pengen menjalankan islam scr Kaffah ya daftar STIE Muhammadiyah aja, hehehe

    BalasHapus
  4. ada kampanye terselubuung......!!!!
    klo d STIEM, ntar langsung UTS pula...^^v

    BalasHapus
  5. sama dengan kondisiku, cuma aku sudah lulus tahun 2010 kemaren. yang menjadi motivasi waktu itu perkataan said hawwa "semakin bertambahnya ilmu seharusnya makin bisa berbuat banyak manfaat untuk lingkungannya". benar2 kurasakan saat ini aku dapat memecahkan permasalahan penelitian di tempat kerjaku. hanya kendalanya banyak orang2 disekitar kita yang memandang iri dengki dengan semakin naikknya derajat kita. waktu itu aku dibilang ambisius pribadi sekolah lagi, "pembangkang", "sekolah TK", oleh orang-orang yang ada disekitarku. semoga dilancarkan kuliahnya mbak karena Allah.

    BalasHapus
  6. heheh..sabar ya ms..makin tinggi pohon menjulang makin kencang anginnya kan ya..:)
    makasih share motivasinya, makin bertambah ilmu harus makin banyak berbuat manfaat untuk lingkungannya.."
    yup, semoga bisa dilaksanakan..smg ilmu dari kuliah ini bsia dirsakan manfaatnya untuk orang2..amiin,,allahumma amiin..

    BalasHapus

tinggalkan jejakmu disini ^^